Thursday, January 23, 2014

Cerpen : Pulau Hamil

“Anginnya sejuk, Yah. Tempat apa ini?”
“Ini namanya Pantai, Nak.”
“Pantai apa, Yah?”
“Namanya Pantai Ujung”
“O, ujungnya yang mana, Yah?” ucap Latifah sementara dua jari telunjuk mungilnya yang baru berusia hampir lima tahun menunjuk ke arah yang berlawanan.
“Aduh, Fah, kamu banyak tanya. Dari tadi tidak pernah diam,” kata Maliki, sebuah tangannya merangkul tangan Latifah kecil yang hampir berlari di sampingnya.

“Yang mana, Yah?” ulang Latifah seakan tidak mendengar keluhan ayahnya. Pertanyaan beruntun tak putus-putusnya keluar dari mulut mungil anak itu, menghujani Maliki sejak mereka tadi meninggalkan Rumah dan di sepanjang jalan di dalam mobil, hingga mendarat di Pantai Ujung tidak jauh dari Kota. Tempat mereka biasa melepaskan kepenatan di akhir pekan.

Maliki tidak habis pikir dengan anak tunggalnya itu yang sangat rajin mengoceh dan tidak mengenal lelah. Padahal jarak dari rumah ke pantai tidak kurang dari lima jam perjalanan. Dan perjalanan itu pun mengantukkan bagi orang dewasa. Tetapi Latifah tetap bersemangat, kadang-kadang kasihan juga Maliki melihat anaknya. Dicobanya untuk mengajak istirahat sebentar sambil tidur-tiduran di tenda dekat mobil mereka diparkir, tetapi Latifah menolak. Dan terus bertanya.

“Kenapa pohon kelapanya banyak yang condong ke arah laut, Yah?”
“Itu karena angin lebih kencang dari darat ke laut,”
“Yah, disana itu apa?” Jari kecilnya menunjuk lagi.
“Semacam kapal. Ayah tidak tahu…”
“Bukan, Bukan kapal itu.”
“O, yang bulat itu. Namanya…”
“Bukan!” Suaranya meninggi. Kakinya yang mungil dihentak-hentakkan ke tanah, jengkel karena ayahnya tidak tahu apa yang dimaksudkannya. “Bukan Batu.”
“Yang mana?”
“Itu,” katanya sambil menunjuk lagi.
“Pulau itu?”
“Pulau? Pulau itu, apa, Yah?”
“Pulau adalah tanah yang ditumbuhi tanaman juga tempat hidup para binatang dan dikelilingi oleh air laut”
“Berarti seperti tempat tinggal kita juga, Yah?”
“Ya, kita dan semua orang juga tinggal di atas Pulau.”
“Apa disana ada orang, Yah?”
“Tidak, pulau itu tidak ada orangnya.”

Latifah menghentikan langkahnya. Dan terus memandang ke arah laut. Kemudian bertanya, “Mengapa pulau itu kelihatan seperti orang hamil, Yah?”
Maliki paling merasa susah jika ditanya “mengapa” oleh Latifah. Kalau “apa” masih tidak terlalu sulit untuk dijawab. Anak-anak lainnya seusia Latifah juga senang sekali bertanya. Ya, keingintahuan anak kecil. Namun, Latifah bertanya bukan hanya sekedar ingin tahu. Perhatian Latifah juga tertuju pada alam sekeliling, pada jawaban yang diberikan pada setiap pertanyaannya, baik oleh Ayahnya atau siapa saja.
“Itu ada ceritanya, Fah,” jawab Maliki. “Pulau itu namanya Pulau Hamil.”
“Bagaimana ceritanya, Yah?”
“Panjang ceritanya, Fah. Nanti malam Ayah ceritakan,”
“Janji, Yah?”
“Ya, Ayah janji.”

Latifah tambah senang hatinya dan tambah tegap langkahnya. Janji Maliki membuatnya berhenti bertanya tentang pulau itu, tetapi hujan pertanyaan makin lebat. Tentang air laut yang terasa asin, ombak yang bergiur diterpa angin, tentang serpihan binatang laut yang berserakan di bibir pantai.
Dahulu kala hidup di wilayah pantai ini sebuah keluarga kecil. Di dalam keluarga itu hanya ada dua orang: suami dan istrinya. Mereka sudah lama menikah namun belum mendapatkan buah hati. Mereka merupakan keluarga sederhana yang tidak kaya dan juga tidak begitu miskin. Pasangan itu hidup di sebuah pondok. Untuk menghidupi mereka, suaminya bekerja sebagai penangkap ikan dan istrinya sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT).

Hidup di lingkungan bersama masyarakat setempat. Mereka merupakan keluarga yang sombong dan kikir, tidak pernah mau untuk membantu orang lain yang lagi kesusahan. Setiap ada warga yang meminta bantuannya selalu ditolak dengan berbagai alasan dan tepisan. Kadang tidak bisa membantu, tidak memiliki uang, lagi sibuk dan berbagai alasan lainnya selalu muncul dari bibir mereka baik suami maupun istrinya.
Hubungan keluarga itu dengan warga setempat pun semakin memburuk. Orang-orang sudah tidak begitu peduli dengan mereka. Kala itu, istrinya diketahui mendapatkan kado istimewa dari Tuhan yaitu kehamilan. Alangkah senang hatinya. Dia kemudian menceritakan kepada suaminya. Dan suaminya pun ikut senang. Tujuh bulan berlalu. Sang istri makin jelas kehamilannya dengan perut yang menonjol ke depan seakan sangat berat membawanya dan semakin nampak besar bulatannya.

Suatu hari, sang suami sedang pergi menangkap ikan. Tinggallah istrinya sendirian di rumah berduaan dengan anaknya yang masih dalam kandungan itu.
“Bapak ke laut dulu, Bu. Mencari ikan untuk kita makan nanti malam.”
“Iya Pak.” Jawab istrinya dengan nada rendah.
“Ibu baik-baik di rumah, ya, jaga kondisi Ibu dan buah hati kita!” pesan suami kepada istrinya, lalu pergi ke luar rumah dengan memikul serumpun jala.

Setelah beberapa jam berlalu suaminya pergi, tiba-tiba wanita itu sangat ingin makan buah lamun: buah dari tumbuhan laut yang bisa dipetik ketika air laut sedang surut dan rasanya manis. Berfikirlah Ia bagaimana cara mendapatkannya. Hendak keluar rumah untuk mencari, terasa agak begitu repot dengan kondisi kehamilannya. Karena terpaksa oleh keinginan yang tidak boleh ditunda-tunda. Keluarlah Sang istri menuju rumah-rumah warga untuk mencari segelintir bala batuan.

“Pak, saya sedang ingin makan buah lamun, dapatkah membantu untuk mencarikannya?” Pintanya kepada seorang warga yang tampak sedang duduk di teras rumah yang tidak jauh dari pondoknya.
“Saya sedang tidak sehat sekarang, Bu.” Jawab lelaki itu yang kemudian menghilang di balik pintu rumahnya.
Wanita itu terus mengayunkan langkahnya, berharap ada yang bersedia menerima permohonannya.
“Bu, bisakah mencarikan buah lamun untuk saya. Kebetulan air laut sedang surut.”

“Aduh Bu, saya sedang buru-buru mau ke pasar sekarang.” Jawab wanita yang ditemuinya itu.
Dengan mata sendu yang melambangkan keputusasaan serta langkah lesunya yang semakin melemah, wanita itu menuju pesisir pantai untuk mencari buah yang di idamnya. Tanpa harus menunggu bantuan yang tidak pasti, Dia terus berjalan di tepian. Air setinggi tumit mengharuskan pandangan matanya tidak lepas dari gundukan-gundukan pasir di bawah air dengan harapan menatap serumput lamun yang siap untuk disantap.
“Dimana buah itu, dari tadi tidak satupun ku temukan.” Gumamnya dalam hati. Kemudian Ia berenti sejenak mengenang kehadiran buah lamun yang tidak kunjung datang.
“Mungkin mereka hidup di air yang lebih dalam.” Pikirnya.

Teruslah dia menyusuri ke arah laut yang sedikit dalam dan menjauh dari pesisir pantai. Dengan alunan langkah yang lentur namun pasti, ditemukan juga buah lamun itu. Dan di petiknya lalu dimakan. “Mungkin disana akan lebih banyak.” Katanya sambil terus melangkah menyusuri lautan dangkal itu. Tidak sadar air laut semakin pasang yang kini sudah setinggi lutut rapuhnya. Melihat buah lamun yang makin banyak didapatkan, Dia semakin bersemangat.

Air laut terus meninggi. Hari mulai gelap tanda akan turun hujan. Bergegaslah ia hendak kembali kedaratan. Dengan ayunan langkah yang lamban dan keletihan sudah melanda dirinya. Ia terus menuju pesisir. Kini air laut mencapai dadanya. Semakin lambatlah langkah wanita renta itu. Silauan petir mulai terasa. Langit mulai gelap. Seketika wanita tua itu tergelam yang akhirnya mengapung dengan perutnya menonjol di atas permukaan laut. Jadilah ia sebuah Pulau yang berbentuk seperti orang hamil. Pulau itu hingga kini terletak didepan Pantai Ujung yang bisa kita datangi dengan berjalan kaki ketika air laut sedang surut.

“Kenapa wanita itu jadi Pulau, Yah?”
“Itu karena Tuhan marah kepadanya yang sombong dan pelit, Nak.”
“Orang yang sombong Tuhan tidak suka, ya?”
“Iya, Tuhan telah menyuruh kita untuk berbuat baik kepada orang lain.”
“Kalau badan berubah jadi pulau, sakit ya, Yah?”
“Tentu. Itu hukuman bagi orang yang tidak patuh kepada perintah Tuhan.”
Latifah terdiam. Maliki melihat anaknya menatap langit-langit. Matanya melukiskan bahwa otaknya sedang berputar cepat. Entah apa yang dipikirkannya. Maliki khawatir Latifah takut dengan ceritanya. Ia khawatir latifah ngeri membanyangkan sakitnya perubahan diri menjadi Pulau.
“Yah,” kata latifah sambil mengalihkan pandangannya ke wajah Maliki yang berdekatan dengan wajahnya. Maliki memeluk anaknya yang terbaring di tempat tidur. Senyum manis Maliki mencoba meyakinkan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan atau ditakutinya. “Kalau aku tidak patuh pada perintah Tuhan, apa tuhan akan menghukum aku.”
“Kamu anak yang baik.”
“Ini kalau saja, Yah. Bagaimana kalau aku tidak patuh?”
“Kamu akan jadi anak yang patuh, Fah.”

Lama Latifah berpikir. Dia tidak mengerti mengapa ayahnya tidak menjawab pertanyaannya. Dia terlalu kecil untuk membaca kerumitan pikiran ayahnya. Pikiran kecilnya terlalu lugu untuk mengarungi pikiran orang dewasa yang selalu punya banyak pertimbangan.

“Ya, ini kalau. Kalau anak Ayah tidak patuh, bagaimana?”
“ayah akan berdo’a kepada Tuhan agar Latifah di ampuni-Nya.”
Latifah diam lagi. Lalu, “Kenapa, Yah?” tanyanya sambil memainkan kerah baju ayahnya.
“Karena Ayah sayang Latifah.”
“Kenapa, Yah?” lanjut Latifah.
“Kenapa Ayah sayang kepadamu?”

Latifah mengangguk.
“Itu kewajiban orang tua, Fah.”
“Apa disuruh Tuhan?”
“Ya, Tuhan menyuruh manusia berbuat baik sesama manusia. Orang tua sayang kepada anaknya dan anak sayang kepada orang tuanya.”

Latifah berpikir lagi. Kemudian, “Kalau begitu, warga tempat keluarga itu tinggal juga tidak patuh, ya, Yah?” Terkejut Maliki mendengar perkataan anaknya.
“Kenapa Fah?”
“Mereka tidak patuh kepada perintah Tuhan. Mereka juga tidak mau membantu keluarga itu. Apa warga tadi juga di hukum Tuhan, Yah?”
“Ayah tidak tahu.”
“Apa warga tidak mau menolongnya karena warga disana juga orang-orang yang tua renta, Yah?”
“Entahlah, Fah.” Kata Maliki sambil mengusap pipi Latifah yang dihinggapi nyamuk. Mata anaknya hampir tertutup. Kantuk makin terasa menguasai dirinya.

“Apa ayah yakin yang menjadi Pulau itu istri penangkap ikan. Bukan warga yang lain, Yah?”
“Ayah tidak begitu yakin, Fah. Ini cerita orang.”
Latifah terlelap dengan seulas senyum tercipta di bibirnya.



Cerpen Karangan: Siswari
Facebook: Siswari Senju (https://www.facebook.com/sis.wari.7?fref=ts)
SISWARI, kelahiran Sedanau, Natuna 1991. mahasiswa prodi Ekonomi SYariah di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Natuna 2010. Alumni SMA Negeri 1 Bunguran Timur angkatan 2009. memperkenalkan tanah melayu adalah cita-cita.

Sumber : http://cerpenmu.com/cerpen-nasihat/pulau-hamil.html
dengan sedikit tambahan :)

Cerpen : Nan Toa

“Jas merah”. Aku teringat akan pesan presiden perdana Republik Indonesia, dalam buku sejarah yang ku pinjam di pustaka daerah kemarin. “Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah” itulah maknanya.
Hari ini, happy birthday ke Sembilan kabupaten daerahku, tepatnya 22 Oktober. Semangat patrionisme dalam dadaku memberontak keluar, seakan ikut berjuang kembali bersama Jendral Sudirman walau hanya bersenjata bambu runcing. Kemenangan akan selalu muncul dibalik semangat yang membara.
Aku bersiap menuju peraduan menimba ilmu, menunggu angkutan sekolah bersubsidi yang biasanya menjemput pukul Enam Setengah. Bersama teman sekampungku, Andi. Kami angkatan 1997. Empat puluh dua menit melaju, kami terjun di depan gerbang SMAN 1.

“Masih awal, gimana kalau kita ke kantin Pak Tomo”. Hasutku pada Andi. Pak Tomo guru Sosiologi di kelasku, Ia belum pulang dari kebunnya. Menasehati monyet-monyet nakal yang usil. Agar jangung manisnya tumbuh normal.
“Ayolah”, jawab Andi sambil melirik jam tangan hitam yang melingkari gelangan tangan kirinya.
“Kring, kring, kring,” terdengar raungan lonceng. Tanda Upacara bendera akan segera dilaksanakan.
“Topi, Oke. Sepatu, Oke. Rambut, No problem,” batinku. Mengingat selalu ada razia atribut.
“Aduh. Aku lupa ikat pinggang” rintih Andi.

“Terus gimana, nih?,” tanya ku khawatir. Saat upacara Pak Lubis: Guru kimia yang Killer, senang sekali menggeledah kesalahan anak didiknya. Dia sangat perhatian. Mungkin itu demi melatih kedisiplinan. Tanpa disiplin kita tidak akan sukses. Itulah Motonya.
“Begini sajalah,” cetus Andi, sambil menyodorkan sedikit bagian bawah baju putihnya, menutupi lingkaran pinggang.

“Yakin?” godaku.
“Aman, aman.” singkat Andi.

Kami menuju lapangan, dengan gerakan Sa’i : lari-lari kecil mirip jamaah haji di tanah Suci : Mekah. Setiap kelas berkumpul dan rapi berbaris bersama kelas masing-masing, jama’ah guru juga tepat di sisi kanan depan lapangan, 10 meter arah kanan tiang bendera.

Upacara dimulai, protokol mengeraskan suara bernada reporter dengan kecepatan 10 Km/jam. Komandan upacara, Tegas mengambil alih pasukan. Inspektur di jemput seorang ajudan bak bupati ketika menghadiri kondangan. Pandangan kami Lurus kedepan. Menerobos buaian cahaya yang melintas. Kaku, siap, dan serius. Tiga sosok : dua pria mengapit seorang wanita melangkah serentak, kaki silang-menyilang seperti hendak terbentur, namun itu mustahil. Mereka ahli. Tegap, tegas, bagai robot buatan Amerika. Merah putih di ulur menuju punjak kejayaan, melambai-lambai, tenang dan damai tersapu angin. Gema Indonesia raya menggelegar halaman. Motor, mobil dan sepeda yang lalu-lalang terpaku. Patriotisme bergejolak.
“Hiduplah Indonesia raya,” sayup-sayup lagu serentak berhenti. Gejolak patrionisme membara bagai api tersiram bensin tiga liter. Sang berani dan si suci telah menjulang, siap melayani sapaan awan. Melambai-lambai ria, mengingat tentara Belanda yang telah lama kocar-kacir.

Pak Hairul-Inspektur upacara terpancang tegak, tegap dan wibawa. Persis Soekarno kala 17 agustus 1945 yang tanpa teks di tangannya.
“Istirahat di tempaaaaat,” gaung komandan bernada guruh. Aku menikmati sinaran mentari pagi yang mengalirkan Vitamin D untuk penguatan tulang-tulangku. Terus berdiri dengan posisi kedua tangan terlingkung di belakang, tepat di atas bagian bokong. Protokol mengisyaratkan amanat Pembina upacara. Inspektur beraksi. Beberapa bait yang terekam dalam memori Super Giga titipan Tuhan kepadaku.
“kita patut bersyukur, hari yang berbahagia ini : Ulang tahun ke-9 Kabupaten kita. Jadikan moment ini untuk memacu semangat pendidikan kalian, bangunlah daerah ini memalui pendidikan, perkembangan pendidikan berbanding lurus dengan perkembangan daerah. Sebagai anak daerah kalian dituntut menguasai daerah. Menjelajah, Menggali potensi, dan mengembangkan kretifitas. Awali dengan sejarah daerah ini, dengan sejarah kita dapat dengan sempurna memahami sesuatu hal dari akar-akarnya. Begitu juga dengan Kabupaten ini, ungkapan “laut sakti rantau bertuah” harus kalian pahami.

Potensi alam tidak terhingga, ciptaan Tuhan yang kuasa memang tak terkira. Cadangan Gas alam 40% dari gas dunia. Laut terbentang 98% menggerogoti daratan. Cintailah daerahmu dengan berbuat hal yang berguna.”
Empat puluh satu menit sebelas detik. Kami tercengang. Masih kaku. Kaki terasa keram, ubun-ubun terserang demam dengan amper 100 derajat Celsius. Sengat mentari seakan berjarak beberapa kilo meter dari kepala. Panas, haus, dan menyenangkan. Upacara dibubarkan. Semangat Indonesia raya mesih tertanam, terus tertanam dan tetap tertanam.

Sore ini, Aku bersama teman sekelas, menuju pantai kencana. Persis pantai Nusa dua : Bali yang tanpa turis. Permainan rakyat dipajang memenuhi luasan tanah kuning, di atapi awan putih nuansa bias laut yang biru. Sepoi-sepoi melanda menghanyutkan pandangan, menerpa jiwa, menusuk sanubari, membuat membahana para pengunjung. Panjat pinang 3,5 meter dengan peserta 4 orang ditambah 1 orang. Bergelantungan kupon-kupon, melambai-lambai menunggu seorang pahlawan penyelamat : bermandikan Oli kotor. Merayap di pokok pinang. Tarik tambang antar kecamatan, tepat di sudut utara. Bersorak supporter bagaikan Derby manchester akan bertanding sore ini di stadion Old Trafford – Inggris. Sebelah selatan, tiang-tiang seukuran betis tercancang. Berbaris lingkar. Terdengar suara hitungan. “Satu, Ikat kepala. Dua, gulung penuh. Tiga, siap-siap”.

Benda pipih yang berputar dilemparkan bersamaan ke tanah, pak cik-pak cik sibuk memulung kembali menggunakan skop khusus: berbentuk sendok nasi namun agak besar dan rata terbuat dari triplek. Gasing tetap berputar. Menari-nari di atas kaca. Pakcik-pakcik duduk rapi. Posisi nol besar persis mengelilingi api unggun di malam penutupan camping : pramuka.

Terus berputar. Tiga puluh menit berlalu, lima gasing berhenti berputar. Mundur dari arena. Empat puluh tujuh menit, tersisa dua gasing. Bersaing ketat. Saling menunjukkan potensi. Meliuk-liuk, namun putaran semakin lembut nan lamban. Pertanda tenaga listrik : Baterai melemah. Lima puluh dua menit. Jawara bertahan. Angka dua juta rupiah sudah dibenak pak cik: Tuan gasing hitam nan berkilau. Juri mengintrogasi jawara. Mengukur diameter kemudian membelah dada sang gasing, khawatir ada besi atau timah yang memberatkan hingga perputaran gasing menjadi lebih lama. Tamatlah sang juara. Tuannya tentu tidak merasa iba. “Itulah aturan main yang disepakati,” jawabnya ketika kami tanya.

Kelompok ibu-ibu riuh di sisi tenggara, mengayam ketupat sambil berjalan. Gemuruh, nyaring dan menggelora. Hari mulai gelap, bukan karena corak hitam yang menggantikan awan putih. Mentari tersipu malu, cahaya memudar. Akibat rotasi bumi yang mengelilingi matahari hingga tercipta siang dan malam. Maghrib akan bertamu. Kami melangkahkan gerakan kaki ke arah peraduan, memaksa diri menuju rumah masing-masing.

Ingatanku terus berkobar. Penarasan tentang sejarah daerah ini semakin kuat. “Semua hal pasti ada sejarahnya”, pikirku. Manusia berasal dari tanah, sejarah dalam al-quran. Namun evaluasi Darwin bertentangan, Manusia berasal dari kera. Samakah sejarah daerah ini dengan perjalan Columbus yang menemukan daratan. Negeri Paman Sam itu. Siapakah manusia pertama pulau ini?, dari mana nama daerah ini dibuat?, Pertanyaan menyerang otak miniku. Aku pusing. Berharap terlelap lebih awal malam ini.
Harapan bermimpi tentang semua hal yang dipertanyakan di benakku, walau mimpi hanyalah bunga tidur. Itu sedikit memberikan jawaban. Aku mulai merangkai mimpi. Kawan, ternyata mimpi bisa dirancang. Aku pernah membaca di media massa. Tips merancang mimpi. Salah satu baitnya, “pikirkan terus menerus apa yang ingin kamu impikan hingga matamu terpejam.” Insyaallah hal itu menjelma dalam mimpimu. “Malam ini moment tepat untuk mengaplikasikannya”, pikirku. Benar saja, aku pun bermimpi sesuai rencana. Mimpi yang tak dapat dirangkai dalam sastra. kelu bila di ungkap pada bibir. Terputus-putus dalam dunia ingatan.
Pagi ini mata pelajaran sejarah di kelasku. Pak Usman menampakkan posturnya yang kurus tinggi legam di ruang tunggu para guru. Sebuah lorong yang dihuni bergantian oleh pahlawan tanpa tanda jasa. Sebelum berangkat berjuang berbagi ilmu pada penerus kecil yang setia menunggu di bilik kelas.

“Assalamu a’laikum,”
“Walaikum salam,” nada kami serentak.
“Selamat Pagi,” sapa Pak Usman.
“Pagi,” suara gemuruh bersamaan kembali menggelegar dalam kelas. Pelajaran Berlangsung. Aku dan Andi duduk bersebelahan. Tepat di sudut kanan, menempel di tembok bercorak putih orange. Baris ke dua dari muka. Aku kembali sakau. Ingin tahu sejarah daerahku. Sejarah amat penting bagiku demi menyelami lebih dalam potensi daerah ini dan demi kecintaanku pada tanah tumpah darah.
“Ini kesempatannya” batin ku. Tiga puluh menit lewat lima puluh satu detik. Pelajaran hampir selesai.
“Ada pertanyaan?,” Pak Usman melontarkan kalimat penting bagi muridnya. Kadang saat murid tidak bertanya itu tandanya paham, kadang pula murid itu paling tidak paham sehingga tidak bisa bertanya.

“Saya, Pak?,” sontak Aku mengacungkan tangan.
“Iya, Apa pertanyaanmu?,”
“Bisakah bapak bercerita tentang sejarah daerah ini?”
Pertanyaanku membuat Pak Usman harus mengulang kaji. Kembali ke singgasana merah tua : kursi. Melipat tangan, menegakkan badan dan memulai merangkai cerita.
“Pertanyaan bagus” puji Pak Usman bernada rata. Dia mulai melangkahkan kata-katanya. Seperti yang dijelaskan ilmu Fisika bahwa suara bisa di dengar manusia karena merambat melalui udara. Corong-corong rekaman dalam otak kanan dan kiri telah di aktifkan. Siap menangkap semua huruf, semua kata dan semua kalimat yang disampaikan Pak Usman.

“Kala itu adalah masa Pemerintahan kerajaan Sriwijaya. Kerajaan asal Sumatra. Ada seorang pendeta cina yang menjelajah laut cina selatan kemudian beristirahat dan singgah di Sriwijaya. Pendeta itu Bercerita bahwa dia sebelum sampai ke Sriwijaya telah mengarungi laut dan berjumpa gugusan pulau, ada yang besar ada yang kecil. Pulau besar itu dalam bahasanya di ungkapkan “NAN TOA”. Nan yaitu Pulau, Toa berarti Besar. Berangkat dari ungkapan tersebut, kemudian di adopsi masyarakat setempat menjadi sebutan NATUNA.”

Kami semua terdiam, merekam, menikmati, dan menangkap ide cerita. Pengetahuan baru tercipta di buku lintang ilmuku. Mempatri jejak-jejak yang di ukir Pak Usman. Melukis nuansa indah dalam hati bak lukisan manohara yang terkenal. Andi mendekatiku, mengganggu khayalanku, mengagetkan ku.
“Begitu rupanya,” kata Andi.
“Apanya?” sahutku sambil menepuk pundaknya.
“Cerita Pak Usman tadi, Benar atau Tidak, Ya.?”
“Entahlah, Aku percaya karena Ia lebih tua dari kita, pun di guru, kan.?” Jelasku.
Perjalanan menunggu Bis pulang sekolah, suasana hati terisi penuh, penasaran kabur. Angka-angka sejarah di benakku menghilang. Aku meyakinkan Andi.

“Mungkin saja NANTOA itu susah penyebutannya bagi pribumi kita,” Kata ku.
“Bisa saja, Kakek kita mungkin lebih mudah menyebutnya NATUNA” Ungkapan setuju Andi. Kami menuju perut angkutan itu. Melelepas kepenatan. Menunggu setengah jam lebih sejak pukul 12.30 bel pertanda pulang berjerit


Cerpen Karangan: Siswari
Facebook: Siswari Senju (https://www.facebook.com/sis.wari.7?fref=ts)
SISWARI, kelahiran Sedanau, Natuna 1991. mahasiswa prodi Ekonomi SYariah di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Natuna 2010. Alumni SMA Negeri 1 Bunguran Timur angkatan 2009. memperkenalkan tanah melayu adalah cita-cita.

Sumber : http://cerpenmu.com/cerpen-dongeng-rakyat/nan-toa.html
dengan sedikit tambahan :)

Wednesday, January 8, 2014

Hewan dalam Perminyakan



Assalamu'alaikum..

Berbicara tentang perminyakan memang tak pernah habis, selalu ada saja topik yang bisa diambil untuk dijadikan bahan disuksi dan pembelajaran, bahan pengamatan, dan jugaaa bahan cacian. mulai dari isu tentang minyak yang akan habis 10 tahun lagi (saya sudah mendengar ini ketika masih SD, dan omongan yang sama masih saya dengar hingga sekarang, (-_-), isu yang pasti memicu kemarahan publik : isu kenaikan harga BBM. Banyak lagi isu-isu yang lain tentang bidang yang menjadi salah satu penyumbang terbesar devisa negara ini (apa lagi ditempat saya).

Yah, begitulah perminyakan, jurusan kuliah yang tak banyak orang tau ini (juga hanya sedikit kampus yang memilikinya, hanya kampus-kampus keren aja gitu), selain pelajarannya yang lumayan menguras pemikiran, juga sedikit menguras dompet. :D. tapi kalo udah sukses di industri ini, insya Allah uang kembali *iklan.

Industri perminyakan, selain dikenal dengan HIGH COST, HIGH RISK, and HIGH TECH, kedisplinan kerja yang tinggi ini, juga ternyata menyimpan banyak keunikan. Salah satunya adalah adanya binatang dalam perminyakan. Ya, binatang yang dimaksud adalah penggunaan nama-nama binatang dalam istilah-istilah yang dipakai dalam perminyakan. Terkadang sedikit bisa dicerna, namun ada juga yang memang gak nyambung jika diartikan "mentah-mentah".

Ini saya lampirkan beberapa penggunaan nama hewan dalam istilah perminyakan yang saya ketahui, kalo kalian mempunyai refrensi yang lebih lengkap silah kasih komentar untuk sama-sama berbagi. Yuppp, joooom.

1. Wild Cat
Wild Cat (sumber : namibian.org)
Yaaaa, kalo diartikan perkata berarti Kucing Liar, KUCING GARONG gitu broo. hha. Tapi wild cat dalam perminyakan mempunyai arti SUMUR TARUHAN, sumur explorasi. Ya jelas yang belum pernah di bor. Orang yang akan mengebor sumur wild cat ini adalah orang yang sudah merencanakan segala hal dengan matang, karena bila ternyata sumur ini kosong (tidak menemukan minyak). Secara otomatis akan rugi besar bro, bisa-bisa bangkrut. HIGH RISK HIGH COST. Tapiiiiii, jika berhasil menemukan minyak, hmmmm Insya Allah uang kembali, *iklan lagi*.
Kegiatan Pemboran Sumur Eksplorasi, (sumber : www.satunews.com)
2. Dog House
Real Dog House (sumber : hippshelp.com)
Rumah anjing. ya bener kalo itu diartikan secara "real english". tapi dalam industri perminyakan, terutama pemboran, dog house yang terletak di atas substructure adalah rumah tempat berisitirahat bagi para pekerja yang berada di dekat menara bor seperti operator menara bor, roostabout, juru bor, dan pekerja-pekerja lain. Juga berfungsi sebagai gudang kecil tempat penyimpanan sebagian peralatan.

Petroleum Dog House


3. Cat Walk
Real Cat Walk ( sumber : jerichostageinc.com )
Sebagian orang mengartikan cat walk sebagai tempat seorang model untuk memperagakan sesuatu yang telah dibuat oleh seorang desainer. Hmmm beda hal nya dengan "cat walk" nya perminyakan, meski secara bentuk hampir sama. Cat walk di perminyakan berfungsi sebagai tempat "istirahat" sebentar bagi rangkaian drillstring sebelum dilakukan tripping in dan tripping out.
Petroleum Cat Walk


4. Rat Hole
Real Rat Hole (sumber : cliffkule.com)
Lubang binatang pengerat sejenis tikus. Yoaiii, tapi di industri perminyakan rat hole merupakan suatu lubang dimana kelly ditempatkan saat berlangsung cabut pasang pipa.
Petroleum Rat Hole (sumber : www.osha.gov)

5. Mouse Hole
Mouse Hole (sumber : www.trekearth.com )
Yang pernah nonton tom and jerry, tentu tau mouse hole. Ini adalah lubang atau rumah untuk tikus. Nah kalau di perminyakan, mouse hole adalah tempat dimana drill pipe diletakkan saat dilakukan penyambungan pada kelly dan rangkaian pipa bor.
Petroleum Mouse Hole (sumber : en.wikipedia.org)


6. Monkey Board
Jangan bilang kalo ini adalah tempat monyet. Monkey board dalam industri perminyakan adalah suatu tempat kerja bagi para derrickman pada waktu cabut atau menurunkan rangkaian pipa bor. Serta tempat menyandarkan bagian rangkaian pipa bor yang kebetulan sedang tidak digunakan (pada saat dilakukan cabut pipa). Orang bekerja di monkey board disebut monkey man. :O

Monkey Board


7. Horse Head
Real Horse Head ( sumber : wallpaperswide.com )
Kepala kuda, begitulah arti sebenarnya. Diindustri perminyakan terutama pada bidang produksi, horse head adalah bagian dari sucker rod, yang berfungsi menurunkan gerak dari walking bean ke unit pompa di dalam sumur melalui bridle, polish rod dan sucker string atau merupakan kepala dari walking bean.

Petroleum Horse head

8. Snake Well
Ular yang baik. Yaah, begitu lah ketika secara umum diartikan, namun di Industri Perminyakan, snake well berarti sumur ular, yakni sebuah teknologi baru dalam pemboran untuk mendapatkan minyak. Adalah Shell yang menggunakan teknologi ini, dan diterapkan di Brunei. Snake Well merupakan teknologi yang boleh dikatakan baru, belum banyak oil or service company yang menerapkan ini. dan sampai saat ini kemungkinan masih diadakan pengembangan-pengembangan dalam metode snake well untuk menjadi lebih baik.

Snake Well ( sumber : www.shell.com )


9. Dog Leg
Real Dog Leg (sumber : bluekelpie.me )
Kaki anjing yak, ya bener kalo arti umumnya. tapi diperminyakan dog leg berarti "lubang cengkok", belokan pada pipa, selokan atau sumur yang disebabkan oleh perubahan arah yang tajam. Ini biasanya terjadi pada operasi pemboran berarah / directional drilling. Dog leg bila tidak beres dalam pengerjaannya akan menyebabkab pipe sticking yang akan menghambat operasi pemboran.
Petroleum Dog Leg (sumber : www.drillingahead.com )


Ada yang lain???



Refrensi :
http://diglib.lemigas.esdm.go.id/opac.php

Tuesday, January 7, 2014

Drilling Rig : Sistem Pencegah Semburan Liar (BOP System)

Fungsi utama dari blowout prevention system adalah menutup lubang bor ketika terjadi “kick”. Blowout merupakan suatu aliran fluida formasi yang tak terkendalikan sampai ke permukaan. Blowout biasanya diawali dengan adanya “kick” yang merupakan intrusi fluida bertekanan tinggi kedalam lubang bor. Intrusi ini dapat berkembang menjadi blowout bila tidak segera diatasi. Blowout prevention system terdiri dari dua sub komponen utama, yaitu BOP Stack dan Accumulator.
1. BOP Stack dan Accumulator
Ditempatkan pada kepala casing atau kepala sumur langsung dibawah rotary table pada lantai bor. Sedangkan accumulator biasanya ditempatkan agak jauh dari rig dengan pertimbangan keselamatan. BOP Stack meliputi peralatan berikut :
·   Annular preventer
·   Pipe ram preventer
·   Drilling Spool
·   Blind Ram Preventer
·   Casing Head
2. Supporting System terdiri dari :
·   Choke Manifold
·   Kill line


Komponen-Komponen Dasar Blowout Prevention System
Blowout Prevention System terdiri dari empat komponen dasar, yaitu Accumulator, BOP Stack, Choke Manifold, dan Kill Line :

1. Accumulator
Accumulator biasanya ditempatkan pada jarak sekitar 100 meter dari rig (karena alasan keamanan). Accumulator bekerja pada BOP stack dengan “High Pressure Hydraulis” (saluran hidrolik bertekanan tinggi). 

Accumulator
Fungsi dari accumulator adalah untuk menutup BOP Stack saat terjadi keadaan darurat. Mekanisme kerja dari accumulator adalah  dengan menghidupkan kontrol pada acumulator atau pada remote panel yang terletak pada lantai bor saat terjadi “kick”, dengan begitu crew dapat dengan cepat menutup Blowout preventer.

2. Blowout Preventer (BOP) Stack
BOP Stack ditempatkan pada kepala sumur di bawah lantai bor. Terdiri dari sejumlah valve (preventers) yang dapat menutup lubang bor bila terjadi “kick’.

3. Choke Manifold
Ditempatkan di luar substructure. Bekerja pada BOP Stack dengan “High Pressure Line” yang dapat memindahkan aliran lumpur bor pada saat terjadi “kick”.

4. Kill Line
Saluran yang merupakan perpanjangan dari mud pump ke BOP stack. Kill Line biasanya disambung berlawanan letaknya dengan choke line sehingga memungkinkan pemompaan lumpur berat ke dalam lubang bor.
***********

Komponen-Komponen Utama BOP System
Komponen-komponen utama Blowout prevention system terdiri dari BOP Stack, yang merupakan peralatan dengan valve tekanan tinggi yang didesain untuk menahan tekanan lubang bor bila terjadi “kick”, terdiri dari Annular Preventer, Ram Preventer, Drilling Spools, dan Casing Head.
 
1. Annular Preventer
Ditempatkan paling atas dari susunan BOP Stack. Annular preventer berisi rubber packing elemen yang berfungsi menutup lubang annulus baik dalam keadaan kosong ataupun ada rangkaian pipa bor.

Annular Preventer
2. Ram Preventer
Ram preventer hanya dapat menutup lubang annulus untuk ukuran pipa tertentu, atau pada keadaan tidak ada pipa bor dalam lubang. 
Pipe rams : digunakan untuk menutup lubang bor pada waktu rangkaian pipa bor barada dalam lubang. 
Blind or Blank rams : digunakan untuk menutup lubang bor pada waktu rangkaian pipa bor tidak berada dalam lubang bor. 
Shear rams : digunakan untuk memotong drill pipe dan seal sehingga lubang bor kosong (open hole), terutama pad offshore floating rigs.

Blind Ram Preventer

3. Drilling Spools
Drilling spool terletak di antara preventers. Drilling Spools berfungsi sebagai tempat pemasangan choke line (yang mensirkulasikan “kick” keluar dari lubang bor) dan kill line (yang memompakan lumpur berat). Ram preventer pada sisa-sisanya mempunyai “cutlets” yang digunakan untuk maksud yang sama.
Drilling Spools
4. Casing Head (Well Head)
Casing head terletak tepat di atas sumur. Ia merupakan alat tambahan pada bagian atas casing yang berfungsi sebagai fondasi BOP Stack.
Well Head


***********


Supporting System
1. Choke Manifold
Choke manifold merupakan suatu kumpulan fitting dengan beberapa outlet yang dikendalikan secara manual dan/atau otomatis. Bekerja pada BOP Stack dengan “High Pressure Line”, disebut “Choke line”.
Bila dihidupkan, choke manifold membantu menjaga back pressure dalam lubang bor untuk mencegah terjadinya intrusi fluida formasi. Lumpur bor dapat dialirkan dari BOP Stack ke sejumlah valve (yang membatasi aliran dan langsung ke reserve pits), mud-gas separator atau mud conditioning area back pressure dijaga sampai lubang bor dapat dikontrol kembali. 

2. Kill Line

Kill Line bekerja pada BOP Stack biasanya berlawanan dengan choke manifold (dan choke line). Lumpur berat dapat dipompakan melalui Kill Line ke dalam lumpur bor sampai tekanan hidrostatik lumpur dapat mengimbangi tekanan formasi. 

Kill Line

Peralatan Lain :
Gate Valve, merupakan salah satu bagian dari spesial tool (IBOP) untuk mencegah blowout. Tool ini terletak pada rangkaian pipa. Mekanisme kerjanya adalah ketika terjadi kick, maka system BOP akan mulai bekerja sehingga annular preventer akan menutup. Pada saat itu valve-valve akan menutup juga secara otomatis.
Gate Valve
_____________________********_____________________

Sunday, January 5, 2014

Drilling Rig : Sistem Sirkulasi (Circulating System)

Pada dasarnya sistem sirkulasi sangat erat kaitannya dengan fluida pemboran (drilling fluids) yang fungsi utamanya adalah mengangkat material pahatan (cutting) hasil dari mata bor (drill bit) dari dasar sumur ke atas permukaan melalui anulus, selain itu fluida pemboran juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan antara tekanan hidrostatik (hidrostatic pressure) dengan tekanan formasi (formation pressure) agar fluida reservoir tidak masuk kedalam lubang bor selama kegiatan pemboran. Sistem sirkulasi terdiri dari empat sub-komponen utama, yaitu Fluida Pemboran (Drilling Fluids), Tempat Persiapan, Peralatan Sirkulasi, dan Conditioning Area.
Sistem Sirkulasi
1) Fluida / Lumpur Pemboran (Drilling Fluid)
Fluida pemboran merupakan suatu campuran cairan dari beberapa komponen yang dapat terdiri dari : air (tawar atau asin), minyak, tanah liat (clay), bahan-bahan kimia, gas, udara, busa maupun detergent. Di lapangan fluida dikenal sebagai "lumpur" (mud).
Lumpur pemboran merupakan faktor yang penting serta sangat menentukan dalam mendukung kesuksesan suatu operasi pemboran. Kecepatan pemboran, efisiensi, keselamatan dan biaya pemboran sangat tergantung pada kinerja lumpur pemboran. Fungsi lumpur dalam suatu operasi pemboran antara lain adalah sebagai berikut :
  1. Mengangkat cutting ke permukaan.
  2. Mendinginkan dan melumasi bit dan drill string.
  3. Memberi dinding lubang bor dengan mud cake.
  4. Mengontrol tekanan formasi.
  5. Membawa cutting dan material-material pemberat pada suspensi bila sirkulasi lumpur dihentikan sementara.
  6. Memberikan hydraulic horse power pada bit untuk membersihkan serbuk bor (cutting) dari dasar lubang bor dan melepaskan pasir dan cutting dipermukaan.
  7. Menahan sebagian berat drill pipe dan cutting (bouyancy efect).
  8. Mengurangi effek negatif pada formasi.
  9. Mendapatkan informasi (mud log, sampel log).
  10. Media logging.
1.a. Komposisi lumpur pemboran.
Komposisi lumpur pemboran ditentukan oleh kondisi lubang bor dan jenis formasi yang ditembus oleh mata bor. Ada dua hal penting dalam penentuan komposisi lumpur pemboran, yaitu :
  • Semakin ringan dan encer suatu lumpur pemboran, semakin besar laju penembusannya.
  • Semakin berat dan kental suatu lumpur pemboran, semakin mudah untuk mengontrol kondisi dibawah permukaan separti masuknnya fluida formasi bertekanan tinggi (dikenal sebagai "kick"). Bila keadaan ini tidak dapat diatasi maka akan menyebabkan semburan liar (blowout).
1.b. Jenis Lumpur Pemboran
Penentuan lumpur pemboran yang digunakan dalam suatu operasi pemboran didasarkan pada kondisi bawah permukaan dari formasi yang sedang ditembus. Fluida pemboran yang umum digunakan dalam suatu operasi pemboran dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Water - based mud
2. Oil - based mud
3. Air or Gas - based mud 


a. Water-Base Mud 
Pada lumpur pemboran jenis water-base mud, zat komponen yang paling banyak digunakan adalah water base mud (kurang lebih 80%). Komposisi lumpur ini terdiri dari air tawar atau air asin, clay dan chemical additives. Komposisi ini ditentukan oleh kondisi lubang bor. Pedoman operasional dalam pembuatan water base mud secara umum adalah sebagai berikut :  
  • Surface drilling operasional, digunakan lumpur biasa (natural mud) dengan sedikit additive paling banyak digunakan.
  • Hard subsurface drilling operations, bila menembus formasi keras (porositas rendah) digunakan lumpur encer. 
  • Soft subsurface drilling operations, bila menembus formasi bertekanan tinggi (porositas tinggi), digunakan lumpur berat.
    Water based mud merupakan jenis lumpur yang paling umum digunakan karena murah, mudah penggunaanya dan membentuk "filter cake" (kerak lumpur) yang berguna untuk lubang bor dari bahaya gugurnya dinding lubang bor.

b. Oil - Based Mud
Digunakan pada pemboran dalam, hot holes, formasi shale, dan sebagainya. Lumpur ini lebih mahal, tetapi akan mengurangi terjadinya proses pengaratan (korosi) yang dapat mengakibatkan kerusakan fatal pada rangkaian pipa bor. 

c. Air or Gas - Based Mud 
Keuntungan dari lumpur jenis ini terutama adalah dapat menghasilkan laju pemboran yang lebih besar. Karena digunakan kompressor, kebutuhan peralatan dan ruang lebih sedikit.


2) Tempat Persiapan (Preparation Area)
Terletak pada tempat dimulainya sistem sirkulasi. Tempat persiapan lumpur pemboran terdiri dari peralatan-peralatan yang diatur untuk memberikan fasilitas persiapan atau “treatment” lumpur bor. Tempat persiapan ini meliputi Mud House, Steel Mud Pits/Tanks, Mixing Hopper, Chemical Mixing Barrel, Bulk Mud Storage Bins, Water Tank, dan Reserve Pits.
2.a. Mud house 
Merupakan gudang untuk menyimpan additives.

2.b. Steel mud pits/tanks
Merupakan bak penampung lumpur di permukaan yang terbuat dari baja.

2.c. Mixing hopper  
Mixing Hopper adalah peralatan yang bentuknya menyerupai corong. Melalui corong ini, additives padat ditambahkan ke dalam zat cair pengeboran pada waktu perawatan di dalam kolam lumpur. kemudian lumpur yang sudah dicampur additive ini digunakan untuk disirkulasikan. Mixing Hopper terletak di dekat rig.
Mixing Hopper, via www.prlog.org
2.d. Chemical mixing barrel
Merupakan peralatan untuk menambahkan bahan-bahan kimia (Chemicals) ke dalam lumpur
 
2.e. Bulk mud storage bins
Merupakan bin yang berukuran besar digunakan untuk menambah additives dalam jumlah banyak.
 
2.f. Water tank 
Merupakan tangki penyimpan air yang digunakan pada tempat persiapan lumpur dan persiapan kegiatan pemboran. Water tank umumnya terletak di samping rig, bisa juga ditempat lain tergantung kondisi lapangan.
Water Tank, via www.hlpetro.com
2.g. Reserve Pit
Merupakan kolam yang besar digunakan untuk menyimpan kelebihan lumpur.



3) Peralatan Sirkulasi (Circulation Equipments)
Peralatan sirkulasi merupakan komponen utama dalam sistem sirkulasi. Peralatan ini mengalirkan lumpur pemboran dari peralatan sirkulasi, turun ke rangkaian pipa bor dan naik ke annulus mengangkat serbuk bor ke permukaan menuju conditioning area sebelum kembali ke mud pits untuk sirkulasi kembali. Peralatan ini ditempatkan pada tempat yang strategis disekitar rig. Peralatan sirkulasi terdiri dari beberapa komponen khusus, yaitu Mud Pit, Mud Pump, Pump Discharge and Return Line, Stand Pipe, Rotary Hose, Special Pumps and Agigators, Steel Mud Pits/Tank, dan Reserve Pit.


3.a. Mud Pit 
Mud pit terletak sebisa mungkin di dekat rig, atau tergantung pada kondisi dan luas area pemboran. Fungsi mud pit adalah sebagai tempat penyimpanan lumpur atau air (untuk pemboran panasbumi) dalam kegiatan pemboran. Air atau lumpur yang terdapat di mud pit akan di pompa oleh mud pump dan melewati berbagai peralatan pada sistem sirkulasi untuk kemudian kembali lagi ke mud pit.
Mud Pit

3.b. Mud Pump
Mud pump terletak di dekat rig, berfungsi untuk memompakan lumpur pemboran yang bertekanan tinggi ke pipa penyalur lumpur hingga ke sistem sirkulasi.
Mud Pumps, via www.osha.gov
3.c. Pump Discharge and Return Lines
3.d. Stand Pipe
Stand pipe adalah suatu pipa baja yang dijepit secara vertikal di samping derrick, dan menghubungkan pipa-pipa sirkulasi dengan selang pemutar (kelly house). Selang pemutar ini disambung pada gooseneck penyambung pada stand pipe. Selang pemutar ini memindahkan lumpur pemboran ke swivel dean kemudian disalurkan ke bawah ke dalam drillstring. Stand pipe ini memungkinkan swivel dan selang pemutar untuk bergerak vertikal ke atas atau ke bawah.
Stand Pipe, via www.osha.gov
3.e. Rotary Hose 

3.f. Special pumps and agitators

3.g. Steel mud pits/tanks 



4) Conditioning Area 
Ditempatkan di dekat rig. Area ini terdiri dari peralatan-peralatan khusus yang digunakan  untuk “Clean up” (pembersihan) lumpur bor setelah keluar dari lubang bor. Fungsi utama peralatan-peralatan ini adalah untuk membersihkan lumpur bor dari serbuk bor (cutting) dan gas-gas yang terikut. Dua metode pokok untuk memisahkan cutting dan gas dari dalam lumpur bor, yaitu :
  1. Menggunakan prinsip gravitasi, dimana lumpur dialirkan melalui shale shaker dan settling tanks 
  2. Secara mekanik, dimana peralatan-peralatan khusus yang dipasang pada mud pits dapat memisahkan lumpur dan gas.
Peralatan-peralatan Conditioning Area antara lain Settling Tanks, Mud-Gas Separator, Shale Shaker, Degasser, Desander, dan Desilter.
4.a. Settling tanks 
Merupakan bak terbuat dari baja digunakan untuk menampung lumpur bor selama conditioning.

4.b. Reserve Pits 

Merupakan kolom besar yang digunakan untuk menampung cutting dari dalam lubang bor dan kadang-kadang untuk menampung kelebihan lumpur bor.

4.c. Mud-Gas Separator
Mud-Gas Separator merupakan alat Conditioning Area pertama dalam sistem sirkulasi. Fungsi alat ini adalah memisahkan gas yang terlarut dalam lumpur bor dalam jumlah yang besar, biasanya digunakan saat terjadi kick. Mud-gas separator ini terletak di samping rig, "satu komplek" dengan peralatan conditioning area yang lain.
Mud-Gas Separator, via gnsolidscontrol.blog.com

4.d. Shale Shaker
Merupakan peralatan pemisah cutting dan bagian-bagian dari lapisan tanah berukuran besar dari dalam lubang yang dibawa oleh lumpur bor. Fluida pemboran yang melewati shale shaker ini akan melalui saringan-saringan yang bergetar yang memisahkan cutting-cutting yang tidak digunakan. Sama seperti mud-gas separator, shale shaker terletak bersamaan dengan peralatan conditioning area yang lainnya.
4.e. Desander
Merupakan peralatan yang memisahkan butir-butir pasir dari lumpur bor yang tidak tersaring ketika melewati shale shaker. Prinsip kerjanya adalah memaksa masuk fluida pemboran dengan tekanan tinggi melalui silinder, kemudian bagian-bagian yang berat dikeluarkan oleh tenaga sentrifugal dan dibuang melalui dasar silinder. Desander terletak di samping shale shaker di conditioning area.
Desander, via www.derrickequipment.com
4.f. Desilter
Merupakan peralatan yang memisahkan partikel-partikel cutting yang berukuran paling halus dari lumpur bor.
Desilter, via www.osha.gov
4.g. Degasser
Merupakan peralatan yang secara kontinue memisahkan gas terlarut dari lumpur bor.
Degasser

Peralatan Lain :
1. Trip Tank 
Trip tank merupakan tempat penampungan fluida pemboran yang bersifat sementara. Fluida pemboran yang sudah disirkulasikan ditampung di tempat ini untuk kemudian disirkulasika kembali agar bersih dari cutting dan gas. Trip tank juga bisa menjadi media awal untuk mengetahui gejala/masalah pemboran.

Trip Tank


2. Mud Agigator
Mud agigator berfungsi untuk mengaduk lumpur yang terletak di trip tank. Lumpur bor yang tersimpan sementara di trip tank akan diaduk terlebih dahulu sebelum disirkulasikan.
Mud Agigator


Next :
Sistem Pencegah Semburan Liar (BOP System)