Sunday, November 16, 2014

Explore Semarang, Kota Tua di Utara Jawa Tengah

Mumpung masih di Jawa ya kan, sebuah pulau dengan penduduk terpadat di Indonesia ini, namun juga banyak menyimpan sejarah dan tempat-tempat keren. Nah, trip kali ini, saya dan teman-teman akan memadukan keduanya, dengan tujuan : Semarang. Jejeeeeeng.

Perjalanan ke Semarang kami mulai dari Jogja, secara disini kita kuliah ya kan. Setelah segala persiapan kami siapkan secara baik dan benar, -dengan budget mahasiswa tentunya-. Langkah awal yakni ke halte TransJogja yang kebetulan tak jauh kontrakan dengan tujuan ke Stasiun KA Maguwoharjo yang ada bandara. Lumayan hemat biaya, bayarnya juga 3000/orang. Setelah sampai di stasiun kami membeli tiket perjalanan Kereta Api lokal Jogja - Solo seharga 10.000/org. Tujuan kami adalah stasiun Solo Balapan. Setelah sampai, kami istirahat sebentar sambil membuka dan makan bekal yang sudah dipersiapkan. Malam ini kami akan tidur di stasiun, karena kereta api Solo - Semarang baru berjalan besok pagi. Awalnya kami ingin numpang tidur di mushala, namun petugas KA tidak membolehkan, bahkan kami sempat akan diusir keluar stasiun. Tapi alhamdulillah tidak jadi, mungkin petugasnya iba dengan kepolosan wajah-wajah kere kami. Kami boleh menginap di area dalam stasiun sambil menunggu besok pagi untuk melanjutkan perjalanan ke Semarang.
Neng Setasion Balapan

Pagi-pagi setelah shalat subuh, kereta api Kalijaga sudah standby di jalurnya, kami yang dari tadi malam sudah berada di stasiun langsung naik ke KA tersebut. Perjalanan dari Stasiun Solo Balapan Solo ke Semarang Poncol memakan waktu 3 jam lebih, tidak sesuai dengan yang tertera ditiket, tapi ya gak apa-apa lah. Biaya perjalanan dikenakan sebesar 10.000/orang yang tiketnya sudah kami beli secara online beberapa hari sebelumnya (thanks technology). Di dalam kereta kami menyempatkan tidur sejenak untuk menyimpan tenaga. Setelah menikmati pemandangan indah yang tersaji selama perjalanan. Pukul 9 pagi kami tiba di Stasiun Semarang Poncol, Kota Semarang.
Kereta Api Kalijaga, gak pake sunan



LAWANG SEWU.
Lawang Sewu diambil Dari Sisi Kanan.

Tujuan utama setelah menginjakkan kaki ke Kota Lumpia ini adalah Lawang Sewu. Wisata andalan Kota Semarang, campuran wisata sejarah sekaligus wisata misteri. Dari stasiun ke Lawang Sewu kami berjalan kaki, letaknya tidak terlalu jauh (menurut mbah gugel). Berjalan selama 20 menit menikmati panasnya kota juga sambil melihat kalau-kalau ada penginapan untuk backpacker yang murah meriah. Akhirnya sampai kami di Lawang Sewu yang terkenal ini, terletak di Simpang Lima yang satunya Semarang (karena ada setidaknya dua simpang lima yang besar di sini). Bangunan-bangunan di Simpang Lima ini hampir semua berarsitektur Belanda, kami seakan kembali ke masa lalu saat berada disini. Barangkali tempat ini dulu merupakan pusat pemerintahan saat zaman penjajahan Belanda dulu.
Lawang Sewu....
Lawang Sewu sendiri merupakan bahasa Jawa yang berarti Pintu Seribu. Dulu bangunan ini merupakan kantor pemerintahan Belanda, kantor Perkeretaapian sekaligus penjara saat masa penjajahan Belanda dulu. Setelah membeli tiket seharga 10.000/orang dan membayar jasa tour guide (wajib sepertinya) sebesar 30.000 kami berkeliling-keliling area ini.
"jangan foto pintunya ya mas, "berat""
Itu adalah kata-kata dari sang pemandu yang saya ingat ketika dia memandu kami mengitari Lawang Sewu ini. Tempat pertama yang saya kunjungi adalah toilet, hweew. Emang lagi kebelet sih. Toiletnya juga tak luput dari gaya arsitektur Belanda. Kuno, namun elegan. Perjalanan berlanjut ke beberapa ruangan yang entah saya tak terlalu mendengarkan karena terlalu excited dengan tempat ini, yang saya ingat sang pemandu hanya menunjukkan rungan kerja, ruangan pertemuan / pesta, ruangan bawah tanah, penjara bawah tanah, serta loteng. Di Lawang Sewu ini juga menampilkan berbagai dokumentasi dan artikel-artikel bersejarah mengenai Indonesia dan Semarang. Di samping bangunan Lawang Sewu terdapat lokomotif tua yang tentunya menjadi objek jepret-jepreet.
Lokomotif Tua

Setelah dari Lawang Sewu, kami berencana mengunjungi museum perjuangan yang berada tepat di seberang Lawang Sewu, namun saat dilihat dari luar sepertinya museum ini tidak sedang dibuka. Akhirnya kami merubah rencana : menuju Masjid Agung Jawa Tengah. Menurut mbah gugel, letaknya agak jauh dari lokasi kami berada sekarang, setelah mencari refrensi dan bertanya sana sini, akhirnya kami menaiki TransSemarang dengan biaya 3500/orang. Cukup lama perjalanan, kemudian kami berhenti di halte depan pusat perbelanjaan. Berhubung cuaca sangat panas, akhirnya kami sepakat ke pusat belanja tersebut, sambil istirahat sebentar. Setelah mempertimbangkan waktu serta kondisi tubuh, akhirnya perjalanan menuju Masjid Agung Semarang kami batalkan. Kami rubah haluan menuju Ambarawa, Bandungan. Dari tempat kami berada, kami harus menuju ke Banyumanik, kami naik angkot (2000/org), kemudian ganti angkot menuju Banyumanik (7000/org), dari Banyumanik kami naik bus menuju Bawean (Ambarawa) dengan biaya 15000/org. Sampai di Bawean, Ambarawa kami kembali naik angkot menuju Palagan Ambarawa dengan biaya 2500/org. Tempos dah bokong.

MUSEUM KERETA API
Museum Kereta Api Ambarawa
Dari Palagan Ambarawa, kami berjalan kaki menuju Museum Kereta Api Ambarawa. Tiket masuk museum 10.000/orang. Namun saat itu, 10.000 merupakan harga yang terlalu mahal, museumnya seperti sedang direnovasi, belum terlihat hal-hal yang menarik kecuali bangunan utama yang juga berarsitektur kuno dan kumpulan gerbong-gerbong tua. Mungkin saat ini museum Kereta Api Ambarawa sudah bagus. Coba aja datang lagi. :D

Setelah dari museum, kami kembali mencari spot-spot menarik di sekitar. Dan mbah gugel menunjukan sebuah waduk besar yang terletak jauh dari museum. Rawa Pening, itu namanya kata si mbah gugel. Kami berjalan kaki selama 45 menit, melewati perkampungan, sawah hingga jalan raya untuk mencapai tempat ini. Sebuah objek wisata terapung sepertinya. Kami beristirahat sebentar dan mencoba kuliner dulu, kebetulan perut juga sudah lapar. Mencoba nasi jagung yang mantap sekali. Wisata Apung Kampung Rawa, begitu tertulis di gapura masuk utama, terdiri dari beberapa wahana bermain, cottage, dan fasilitas penyewaan perahu untuk mengitari waduk, dengan pemandangan yang sangat indah. 

Gapura Kampoeng Rawa
Tak memakan waktu lama, karena hari sudah beranjak malam, matahari pun sepertinya sudah redup, lelah menyinari. Kami kembali pulang menuju ke Polin, naik angkot (2000), kemudian berganti angkot dari Polin ke Bandungan (3000). Bandungan ini juga merupakan lokasi wisata andalan kabupaten Semarang, Kaliurang nya Semarang, boleh dibilang begitu, terletak di dataran tinggi membuat hawa dingin sudah menghampiri sejak sebelum turun dari angkot. Kami mencari tempat menginap, ketemu sebuah hotel dengan biaya 100.000/permalam dengan fasilitas tempat tidur untuk 2 orang, TV, kamar mandi di dalam dengan air panas, serta sarapan. Fix, hotel ini saja, badan pun sudah letih dan ingin istirahat, tapi kami mencari makan dulu, cacing di perut sudah demo setelah terguncang-guncang saat berada diangkot tadi. Ada rumah makan di dekat hotel dengan menu spesial : sate kelinci, enak boooo. Coba deh. :D
Umbul Sidomukti

Pagi hari setelah sarapan, mandi dan ganteng. Kami meneruskan perjalanan. Kali ini tujuannya adalah UMBUL SIDOMUKTI. Dari Bandungan kami naik angkot menuju Jimbaran (3000), kemudian angkot berhenti di persimpangan yang jalannya nanjak keatas. Tapi angkotnya lurus, kita ditinggalin dah. Dari Jimbaran ke Umbul Sidomukti kami sewa jasa ojek (15000). Tiket masuk objek wisata ini dikenakan biaya sebesar 10.000/org. Terdapat banyak wahana permainan di tempat wisata ini, namun sayang tak didukung dengan fasilitas mushalanya yang berukuran kecil. Mengingat bekal finansial sudah mulai menipis, kami hanya main disalah satu wahana outbond saja dengan biaya 40.000/org. Kemudian, berisrihat sebentar dan pulaaang.
Wahana Outbond

Perjalanan pulang dimulai dari Umbul kembali ke Jimbaran dengan naik ojek yang tadi. Sebelumnya kami meminta no HP mamang-mamangnya. Biayanya masih sama 15.000 tak berubah, kaya cinta aku ke kamu. Dari Jimbaran kami harus menuju Pasar Babadan dengan upah jasa angkot sebesar 5.000. Dari pasar Babadan kami naik bus tujuan Semarang dengan biaya 7.000. Setelah beberapa waktu berkutat dengan padatnya penumpang bus, ditambah lagi dengan gaya khas supir bus yang melaju kencang dan tak lupa ngerem mendadaknya, akhirnya kami sampai kembali ke Semarang, hal pertama yaitu mencari hotel diseputaran Kota, dapat sebuah hotel kelas melati seperti nya, harga 120.000 / malam dengan fasilitas, tempat tidur untuk 3 orang (1 single, 1 double), kipas angin, kamar mandi di dalam. Setelah menaruh barang-barang dan beristirahat sebentar. Kami melanjutkan perjalanan mengitari Kota Tua Semarang.
Kantor Pos Semarang

Kembali merasa berada dimasa lalu dengan pemandangan bangunan-bangunan tua serta jalanan yang sepi. Namun sayang, kota ini terkesan kumuh, selokannya tidak mengalir yang mengakibatkan bau, sampah-sampah juga terkesan tidak diurus. Semoga saja kedepannya pemerintah kota lebih peduli akan hal ini. Perjalanan berlanjut kebeberapa tempat di sekitaran kota tua, bangunan-bangunan khas arsitektur Belanda menemani perjalanan kami, kantor pos Semarang, kantor Pelni, koperasi batik, Gedung Keuangan Negara, jembatan merah, semua bangunan bergaya kuno, namun tetap elegan. Kami beristihat di sebuah waduk kecil tempat oran-orang memancing. 
Kota Tua Semarang

Lalu perjalan kami lanjutkan melewati Gedung Marabunta, sebuah rumah tempat panggung kesenian, namun kini sudah tak digunakan lagi, kemudian kami berjalan melewati pasar kaget sepertinya, yang menjual beberapa barang antik, hampir semua benda antik, mulai dari koin, alat minum, kamera, keramik, mesin ketik, sampai poster-poster zaman dulu juga tersedia disini.

Hari sudah hampir gelap, kami beristirahat dan menunaikan kewajiban di Masjid Agung Semarang, masjid megah yang terletak di tengah-tengah Kota Tua Semarang. Setelah itu, kami mencari tempat mengisi perut lalu menuju hotel untuk beristirahat.
Pasar Barang Kuno

Pagi-pagi sekali kami sudah berada di Stasiun Semarang Poncol, dengan kereta yang sama dan harga yang sama pula. Kami menuju Solo Balapan, dan lanjut ke Maguwo Jogja dengan KA Prameks (6.000). Perjalanan kami akhiri dengan naik transJogja dari halte Maguwo (Bandara) menuju halte INSTIPER (3000) dan pulang kerumah lalu istirahat. Sebuah perjalanan yang lumayan luar biasanya.. :D

Wednesday, November 12, 2014

Pantai dan Pulau Sahi, Pantai Menawan di Bunguran Timur Laut

Setelah berkunjung ke Pantai Teluk Selahang, sempatkan memacu kendaraan anda kearah utara. Berjarak kurang lebih 5 km dari Pantai Teluk Selahang, anda akan menemukan satu lagi pantai indah dengan ditemani pulau batu di depannya. Yap, itulah pulau Sahi, yang terletak di Desa Kelanga Kecamatan Bunguran Timur Laut, Natuna.

Pulau Sahi (bahasa orang lokal adalah "Sai") yang berarti toples, begitulah cerita yang terdengar. Pulau ini disebut Pulau Sahi karena memang terlihat seperti Sahi / Serahi / Sai / Toples, bentuknya yang hampir lonjong dengan bagian depan berlubang (goa), mirip seperti toples / serahi terbuka yang tumbang melintang. Ditambah lagi ada semacam pulau kecil yang berada sekitar 10 / 15 meter di belakang pulau ini, seperti penutup toples atau serahi yang semakin menguatkan alasan atas pemberian nama pulau ini. Menurut cerita rakyat, cerita tentang asal usul pulau ini sama seperti cerita rakyat yang terkenal dari Sumatera Barat, yaitu Malin Kundang, hanya saja jika Malin Kundang dikutuk menjadi batu, maka yang ini menjadi Pulau. 

Jika air laut sedang surut, maka pantai akan menyatu dengan pulau sehingga anda bisa pergi kesana dengan berjalan kaki atau membawa sepeda motor. Namun jangan khawatir, jika anda tiba disini saat air pasang anda pun bisa kesana dengan berenang dan bahkan berjalan karena letaknya sekitar 300 meter dari pantai, dengan kedalaman air laut hanya sepingang orang dewasa. Namun anda harus berhati-berhati dengan bebatuan karang yang agak tajam di sekitar pulau.

Pulau Sahi

Gunung Ranai dari Pantai Pulau Sahi



Pantai landai berpasir putih dengan ombak yang cenderung tenang ini juga memungkinkan anda untuk menginap dengan mendirikan tenda. Rasakan sensasi menikmati angin malam di tepian pantai dengan pemandangan indah ini. Jangan lewatkan sunrise dipagi harinya ya. Maka ini akan jadi pengalaman yang sulit untuk dilupakan.



Pulau Senoa dari PAntai Pulau Sahi




Enjoy Natuna.

Tuesday, November 11, 2014

Pantai Teluk Selahang, Pesona Ikon Wisata Natuna

Assalamu'alaikum,
Kali ini saya akan jelaskan salah satu destinasi pantai yang ada di Natuna, khususnya di Pulau Bunguran. Pantai ini bernama Pantai Teluk Selahang. Ia merupakan satu dari sekian banyak deretan pantai indah di sisi timur pulau Bunguran, dan sekaligus menjadi ikon wisata Kabupaten Natuna.

Pantai Teluk Selahang dahulu akrab disebut dengan nama Pantai Tanjung, terletak di Desa Tanjung, Kecamatan Bunguran Timur Laut, sekitar 7 km dari pusat Kota Ranai. Kita membutuhkan waktu kurang lebih 15-20 menit dengan kecapatan rata-rata kendaraan bermotor untuk sampai ke pantai ini. Sejak dulu Pantai Teluk Selahang merupakan destinasi wisata utama masyarakat Natuna. Pantai Teluk Selahang memiliki pasir landai yang putih, dihiasi oleh pepohonan kelapa, di depannya kita bisa langsung melihat Pulau Senoa yang seakan berhadapan mengajak bercengkrama, dan di belakang seakan pantai ini "dijaga" oleh Gunung Ranai yang kokoh.
Pantai Teluk Selahang dengan Latar Belakang Gunung Ranai


Diakhir pekan, pantai ini selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan, baik warga setempat maupun dari luar pulau untuk menikmati indahnya alam di sini. Bahkan pada saat-saat tertentu seperti liburan lebaran atau event-event lainnya, pantai ini akan menjadi padat oleh pengunjung. Pemerintah dan warga sekitarpun sudah menyediakan berbagai fasilitas seperti tempat parkir, tempat bilas, hingga warung yang menyediakan berbagai macam makanan dan minuman serta pondok-pondok kecil untuk bersantai. Jangan lupa untuk mencicipi kernas dan tabel mando serta air kelapa jika sudah berada di pantai ini.

Pantai Teluk Selahang juga merupakan "pintu gerbang" untuk menuju pantai-pantai indah lainnya di Kecamatan Bunguran Timur Laut dan Bunguran Utara seperti Pantai Pulau Sahi, Pulau Kambing, Pantai Bamak hingga deretan Pantai di Teluk Buton di Kecamatan Bunguran Utara.

Pulau Senua, terlihat dari Pantai
Lah kan? seperti itu lah penampakan pantai Teluk Selahang yang selalu ramai dikunjungi ini, semoga saja ada kepedulian pemerintah untuk menjadikannya lebih indah, Aamiin.