Wednesday, May 27, 2015

Balada Anak Pulau yang Merantau ke Jogja (part III, habis)

part II klik disini


20. Yang Bikin Homesickmu Kambuh Lagi Adalah........
Selain sakit, ada hal lain yang bikin kamu homesick sesaat adalah saat Ramadhan tiba, apalagi hari pertama sahur yang biasanya bareng keluarga, tapi malah sendiri, atau paling tidak sama teman-teman kost, yang biasa sahur dibangunin sekarang kamu harus mensetting alarm di HP berkali-kali agar tak ketinggalan sahur. Biasanya setelah sahur, kamu nelpon tu keluarga, nanyain masak apa, makan sahur apa? eh ujung-ujungnya nangis. Perjuangan banget kan yak. hha
Masak, masak sendiri, makan sahur sendiriiiii, via m.infospesial.net

21. Dan Tentu Saja, yang Satu Ini Akan Membuatmu Berlinang Air Mata...
"Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, Laailaahailallahu Allahu Akbar, Allahu Akbar walillah ilhamd."
Ketika Bulan Suci pergi, Hari yang Fitri menghampiri, sebagian dari kita ada yang tidak bisa pulang kampung untuk merayakan hari yang penuh suka cita ini bersama keluarga dengan berbagai alasan. Ada yang libur kampusnya cuma sebentar, ada yang tidak kebagian tiket, macam-macam. Ini yang membuat kamu lebaran di tanah rantau tanpa ditemani keluarga. Ini juga ni yang bikin kagak nahan untuk nahan air mata, rasa sedih bercampur rindu sudah muncul saat pagi hari kamu bersiap-siap menuju ke tempat shalat ied.
Lebaran kurang lengkap :(
Belum lagi dengar Khatib yang khutbahnya tentang maaf-maafan dengan keluarga, belum lagi setelah shalat kamu lihat orang di sekitar saling maaf-maafan bercengkerama bersama handai taulan. Dan saat kamu menelepon atau ditelpon keluarga dari seberang, dari kamu mungkin ada yang cuma angkat telpon tapi gak bisa ngomong, mata udah penuh aja oleh air yang siap tumpeh-tumpeh. :(
Ada sedikit obat, yakni berkumpul di asrama bersama teman-teman senasib yang sama-sama lebaran di perantauan. Bercanda mengobati rindu yang sesak memenuhi dada.

22. Kamu "Terpelongo" Ketika Pembicaraan Beralih ke Bahasa yang Tidak Kamu Kuasai
Itak buel mbeu nak????, via kaskus.co.id
Roaming sering terjadi saat kamu ngumpul dengan teman-teman sekampus. Terutama di Jogja dengan Jawa nya yang "medok". Dengan asyik nya ketika rapat atau forum-forum tertentu temanmu ngobrol bersama yang lain dengan menggunakan bahasa mereka sendiri. Hal yang bisa kamu lakukan adalah "pelongo", menjadi pendengar yang baik sambil mendengarkan secara seksama. terkadang kamu juga bakal ikut tertawa, meski kamu tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. :D

23. Kamu Akan Diajari Bahasa Jawa : "Kulo Segawon"
Kamu : "coy, ajarin aku bahasa Jawa, donk"

Teman: "oke, yang gampang dulu ya, nanti kalo kamu lewat depa orang tua, kamu sapa dia, sambil bilang kulo niki segawon pak, itu artinya permisi"

Kamu : "oke"

-----dan kamu mempraktekkannya dengan wajah tanpa dosa.....-----
Hahaha, ya gitu deh, bukan temen namanya kalo gak usil. Memang kedengarannya kata "segawon" merupakan bahasa yang halus dan elegan, sopan sekali saat kamu mengucapkannya. Namun segawon itu berarti anjing, dalam bahasa Jowo Kromo. :D
Segawon, via tilulas.com

24. Gempa dan Merapi, Coooyyyy!!!
Saat pertama kali ngerasain gempa di Jogja, kamu mungkin akan merasakan "goyang-goyang" seperti saat kamu naik perahu saat di kampung. Tanpa ekspresi kaget ataupun panik. Kamu baru tahu kalau itu gempa setelah kamu mendengar teriakan temen-temenmu yang pernah merasakan dan mereka berlari keluar sambil teriak "gempa", ya kamu juga ikut keluar deh, paniknya belakangan, ludi. Trus baru bilang "oooh itu toh rasanya gempa".
Kepanikan saat gempa (atas) dan abu vulkanik Merapi (bawah)
Begitu pula dengan erupsi Gunung Merapi, Gunung Berapi aktif yang terletak di utara kota Jogja ini. Dalam 20 th terakhir, tercatat Gunung Merapi meletus 3 kali, yaitu pada 2001, 2006, dan 2010. Ini pengalaman baru yang kamu rasakan, yaitu merasakan "salju" di Jogja. Ia abu vulkanik dari letusan gunung sampai ke kota, dan kamu harus pake masker kemana-mana.

25. Orang Lain Akan Bilang ke Kamu : "Bro, Ngomongnya Selo Aja, Bro!!"
Selo aja bro ngomongnya, via adelitakhairani-tugastik.blogspot.com
Emang logat kita kalau ngomong agak sedikit cepat dan bernada sedikit keras, tapi ya maksudnya kan baik. Sedangkan di Jogja, bahasanya pelan, santun, lembut, jadi saat mereka mendengar kamu berbicara, mereka anggap kamu marah-marah deh karena dengerin intonasi suaramu. "Selow aja bro, ngomongnya". Hahaha, sabar bro, butuh prosesss.

26. Ketemu Teman Sekampung Merupakan Pelampiasan "Nafsu" Rindumu
Pernah mungkin, secara gak sengaja, di kampus atau tempat lain kamu kenalan sama orang lain, dan ternyata dia berasal dari satu daerah. Tentu deh kamu girang banget jadinya. Kamu bakal ngerasa punya teman untuk berbagi kerinduan akan kampung halaman. Kalian bakal berbagi cerita tentang hal-hal sepele hingga gosip-gosip lokal di sana. Tanpa sadar, keluar deh logat dan bahasa aslimu, dan kamu pun tidak peduli dengan orang sekitar yang bingung mendengar kalian berbicara.
Kamu gak sendiriiii

27. Tak Jarang, Kamu Bakal Menemukan Jodohmu di Sini, di Jogja
ketemu jodoh, via aqlislamiccenter.com
Jelas saja, di Jogja kamu bakal nemuin ribuan umat manusia dengan segala bentuk rupa dan karakternya. Dari sekian banyak itu, sebagian dari kamu akan menemukan tambatan hati, ada yang beda daerah, atau malah ada jodohnya emang tetangga sebelah dikampung sana, hmmm. Entah itu hanya temen dekat, TTMan, gebetan, pacar, bahkan ada yang sampai mengikat janji suci dalam sebuah ikatan pernikahan.

28. Atau, Rasa Sedih yang Tak Terkira, Ketika Kamu Tahu, Waktumu di Jogja Tinggal Sebentar Lagi

Nangis Bombai, via cinta25hb.blogspot.com
Tujuan kita di Jogja adalah untuk belajar, menuntut ilmu, melanjutkan cita-cita serta menyelesaikan harapan orang tua. Senang rasa hati ketika mendapat tambahan "SARJANA" di belakang nama kita. Namun, dengan mendapat titel "SARJANA" tersebut itu berarti kamu harus akan pulang kembali ke kampung halamanmu, membangun daerahmu setelah beberapa tahun kamu tinggalkan. Artinya kamu harus meninggalkan Jogja. Kota yang menjadi rumahmu selama ini akan segera kau tinggalkan. Meninggalkan Jogja merupakan kenyataan dan keputusan berat. Panggilan boarding di bandara atau pengumuman keberangkatan di terminal atau stasiun kereta merupakan batu pemecah bendungan air di kelopak matamu, air mata berderai jatuh menganak sungai membasahi pipimu seraya berjalan meninggalkan kota yang selama ini bersamamu.

29. Ibarat Kamus > 
JOGJA (kata benda) : Adalah Tempat Dimana Aku Akan Kembali. :)



Ya, Jogja dengan segala keunikan, keasrian dan keramahannya akan menjadi cerita dalam buku ingatanmu ketika kamu kembali pulang ke kampung halamanmu. Jogja dengan Merapinya, Gempanya, Kraton dan Sultannya, Parangtritisnya, Bukit Bintangnya, Sunday Morningnya, alamnya, penduduknya, semuanya akan melekat dalam ingatanmu sebagai cerita terindah yang sulit untuk kau lupakan. Jika selama di Jogja kamu menjalani hidup dengan sewajarnya, dengan baik-baik tanpa melakukan tindakan yang bertentangan, maka Jogja akan membalas dengan segala keunikan, khas dan kenangannya, dan itu akan membuatmu tersenyum sambil berkata : "Jogja, aku akan kembali lagi".
JOGJA ISTIMEWA, via jogjapos.com

selesai...... :)

Balada Anak Pulau yang Merantau ke Jogja (part II)




part I klik disini


11. Kali Code dan Kopi Joss Akan Menjadi Tempat Barumu Bagi Kamu yang Suka Nongkrong
Nongkrong dulu, nikmati malam di Kota Istimewa
Bagi kamu yang suka nongkrong, sekedar ingin bercengkrama dengan teman-teman. Kopi Joss dan Kali Code merupakan pilihan tepat daripada kebanyakan milih. Rasakan sensasi nongkrong di tepian sungai yang berhulu dari gunung Merapi ketika nongkrong di Kali Code, atau nikmati hangatnya kopi campur arang khusus dalam balutan ademnya malam di pinggiran Stasiun Tugu. Di sini kamu akan bertemu berbagai macam manusia dengan tujuan yang sama, nongkrong, bercanda sambil menikmati alunan lagu musisi jalanan Jogja, sambil melewati malam. :)


12. Kamu Tetap Akan ke Borobudur
Borobudurrr
Candi megah yang masuk dalam 7 keajaiban dunia ini letaknya di Magelang Jawa Tengah, sekitar 45 km dari Kota Jogja. Candi dari simbol agama Budha ini tak pernah sepi pengunjung, paling tidak sekali seumur hidup selama di Jogja, kamu pernah ke sini, nunggu-nunggu waktu masuk kuliah, atau bahkan ajak jalan-jalan orang tua ketika mereka ke Jogja menghadiri wisudamu. Tol ndek?


13. Berfoto di Tugu dan Jalan Malioboro
Siapa coba anak Jogja yang tak tau Tugu? Ikon Jogja ini merupakan tempat nongkrong para penghuni Jogjakarta. Dulu bentuknya tidak seperti ini, bahkan lebih tinggi dari yang ada seperti sekarang, namun telah mengalami perubahan-perubahan, hingga jadilah seperti sekarang ini. Tugu Jogja paling rame kalau malam, tengah malam lebih rame lagi. Kata orang kalau belum foto di sini, itu artinya kamu belum sah ada di Jogja. :D
Cekrek dulu biar eksis
Nah, Malioboro pula, hapou anak Natuna yang ndek nal tembat ni? Malioboro merupakan pusat perbelanjaan di Jogja, dari awal hingga ujung jalan akan kalian dapati mall hingga pasar pedagang kaki lima. Kalau malam, tempat ini juga dijadikan tempat nongkrong, dekat dengan stasiun Tugu, Keraton, dan Alun-alun, sempatkan foto di plang nama jalan yang JOGJA banget ini, oke.


14. Uang Receh Sangat Berharga
Duit cileng mbe ite abo. Di tempat kita uang receh ini seakan tiada gunanya. Namun jangan lakukan itu saat kamu ada di Jogja, uang receh ini sangat bermakna, barangkali saat nongkrong trus ada musisi jalanan, atau belanja di market. Dan yang paling penting diakhir bulan, saat dompet udah kosong bolong tapi cacing dalam perut udah demo, uang receh yang kamu punya bisa tu kamu kumpulkan, cleng cleng cleeeng, makan di angkringan, lumayan kan?
Recehan, via forum.liputan6.com


15. Sebagian Dari Kamu Hanya Akan Menelpon Keluargamu Satu Kali Sebulan, Yaitu........
Kamu : "Halo assalamu'alaikum, ape kabar yah"
Ayah : "wa'alaikumsalam, alhamdulillah baik, ape kabar nak?"
Kamu : "alhamdulillah kalau apak sehat, yak kat sini kurang sihat yah, lum makan dari pagi ti, ni lapa perut, duit lah abis upe e"
Ayah : (panik) "astaghfirullah, ye ke? tunggu benta ye yak, ni ayah transfer duit"
Kamu : (lompat-lompat kegirangan) "alhamdulillah, makasiiih yaah"
atau yang EXTRIM :
Kamu : "halo, assalamu'alaikum mak"
Mak : "wa'alaikumsalam yak, mbe cite?"
Kamu : "mak, yak lah kat depan ATM ni, bile nak kirim duit?"

Narik uang dulu lah, via cekonline.xyz
Fasilitas di Jogja terkadang emang bikin lupa waktu. Kadang membuat kamu lupa untuk menghubungi keluarga di kampung halaman. Baru dihubungi kalau ada maunya saja. Usah kohndok bro, ndek kacak laku. Ok.

16. Helm Adalah Benda yang Wajib Dimiliki Meskipun Kamu Nggak Punya Sepeda Motor
Jualan helm, via visualjalanan.org
Dimasa-masa awal perantauanmu, kamu mau gak mau harus beli barang yang namanya helm ini, tak peduli kamu punya sepeda motor atau bahkan kamu bisa mengendarai motor atau tidak, yang jelas kemana-mana saat berkendara, kamu harus menggunakan helm, (bukan Aek Lakon ni nak ndek pakai helm aman-aman jek). Dan dalam beberapa kesempatan kadang-kadang kamu menenteng helm mu, sebagai persiapan kalau-kalau ada yang bisa ditumpangi. :D

17. Mau Gak Mau, Kamu Juga Harus Beli Baju Batik
Indonesia ini punya beragam suku dan budaya, kalau ditempat kita familiar dengan baju kurung dan kain songket, nah begitu di Jogja kamu harus biasakan menggunakan batik. Batik adalah khas Indonesia yang diakui dunia. Minimal kamu punya satu lah. Karena nanti tentu akan ada event atau acara yang mewajibkan batik sebagai dresscode nya.
Batik, via www.jurukunci.net
18. Saat Bertanya Letak Suatu Tempat Ketika Hilang Arah, Kamu Malah Bertambah Bingung.
Kamu : "permisi mas, jalan ke Stadion lewat mana ya?"
Mas-mas : "oh, itu mbak nya lurus ke UTARA, nanti ketemu prapatan, mbaknya ke BARAT, lurus lagi sampe mentok mbaknya ke SELATAN, nah stadionnya di TIMUR jalan, mbak"
Kamu : "hah, (pelongo), oh ya ya mas, makasih ya" (padahal gak paham, trus kembali nyasar)
Nanya arah jalan. via www.youtube.com
Namanya aja daerah baru, sesat, hilang arah merupakan hal yang wajar, dan kamu butuh waktu untuk menghafal jalan dan daerah sekitar. Nah masalahnya saat kamu hilang arah, jika bertanya pada orang sekitar mereka akan menggunakan arah mata angin untuk memberi petunjuk jalan, memang rada bingung, karena yang kita tahu hanya kiri - kanan - lurus - belok, saja. Bagi kamu yang mantan anak Pramuka atau memahami kompas, mungkin memerlukan waktu yang sebentar saja untuk memahaminya.
Ada bocoran dikit ni biar lebih cepat hafalnya, kalau kamu sedang berada di kota Jogja, arah UTARA adalah Gunung Merapi, itu patokannya, selanjutnya belajar sendiri ya. Sebenarnya sih emang lebih akurat petunjuk dengan arah mata angin, daripada kiri-kanan-maju-mundur cantik itu. Tol ndek?


19. Sakit Adalah Hal yang Sangat Tidak Menyenangkan
Opname di RS via www.rsroyaltaruma.com
Pola makan (anak kos) yang tidak teratur serta proses adaptasi dengan lingkungan yang baru biasanya akan membuat kamu jatuh sakit. Mak Apak jauh di seberang, duit tinggal 15 ribu kat ATM (itupun tak bisa diambil, -_-), ditambah lagi sedang sakit. Lengkap kan penderitaan. Sakit dan jauh dari orang tua ternyata tersiksa banget, sakitnya tuh disini men, dan ini juga salah satu hal yang membuat kamu merindukan kampung halaman. Namun akhirnya, temen-temen kost, temen-temen asrama, atau saudara yang kebetulan kuliah di Jogja bakal menjadi malaikat penyelamatmu yang bakal menolongmu saat kamu sedang sakit, mereka secara bergantian menjagamu yang terbaring lemah di rumah sakit.


BERSAMBUNG.........
klik untuk part III :)

Balada Anak Pulau yang Merantau ke Jogja

Jogjakarta, daerah yang berada di bagian Tengah-Selatan Pulau Jawa ini merupakan tujuan kebanyakan lulusan SMA sederajat untuk melanjutkan pendidikan. Yah jelas, secara Jogja memiliki lebih dari 140 perguruan tinggi berbagai tingkat yang siap menampung kamu untuk melanjutkan impian dan cita-cita. Dan bagi kamu yang berasal dari daerah-daerah terpencil nun jauuuuh disana <sebut saja Natuna>, melanjutkan pendidikan di Jogja merupakan sebagian nazar yang harus diwujudkan, tentunya dengan berbagai konsekuensi, diantaranya jauh dari orang tua dan kampung halaman yang sudah belasan tahun kamu tempati.
Dan, namanya juga tinggal di Pulau yang (maaf) jauh dari fasilitas yang memadai, dan ketika merantau ke kota, tentu saja kamu akan menemukan banyak hal yang tidak biasa, ganjil, aneh dan seru. Mulai dari hal-hal kecil, hingga yang tak dapat kamu lupakan seumur hidup. Mungkin sebagian ulasan ini pernah kamu alami. Nak tau??? Song bece.....

1. Pelabuhan dan Bandara Akan Menjadi Panggung Air Mata
Menangis, via mylittleworld-ismi.blogspot.com
Ketika kamu pergi merantau untuk pertama kalinya, tentulah kamu akan diantar oleh keluargamu. Dan bandara atau pelabuhan bakal jadi panggung teater bak film India yang penuh dengan air mata. Apalagi saat sirine kapal berbunyi dan saat boarding sudah dekat. Derai air mata yang membasahi pipi disertai ribuan doa mengantarkanmu pergi merantau.

2. Kamu Akan Tersepona Saat Naik Kereta atau Pesawat
Rute tercepat untuk sampai di Jogja adalah naik pesawat udara. Saat di Bandara Ranai semuanya akan aman-aman saja karena kamu akan dibantu oleh orang tua atau siapa saja yang kamu kenal yang paham, dan masalah mulai datang saat kamu berangkat sendirian atau bersama teman-teman yang juga baru pertama kali ini naik pesawat. Kamu bakal deg-degan dan sedikit kebingungan, mulai dari check in tiket, ke ruang tunggu, boarding, dan lain-lain. Dan kamu bakal memperhatikan instruksi pramugari pesawat saat menjelaskan petunjuk keselamatan penerbangan, serta hal-hal lain. Nyah ndek?
Naik Kereta yauuu, via www.lintas.me
Rute kedua yang tidak menguras kantong (tapi menguras tenaga) adalah naik kapal laut dengan rute Natuna - Jakarta atau Natuna - Surabaya. Nah setelah sampai, kamu harus naik kereta api atau bus lagi untuk tiba di Jogja. Secara, ya memang saat ini fasilitas kereta baru tersedia di Jawa dan sedikit bagian di Sumatera. Ngaku jek lah, dari kamu semua ada yang merasa takjub kan saat naik kereta api untuk pertama kalinya, duduk di jendela, dan nikmati pemandangan alam pulau Jawa. yaa kan? yaa kaaaaan?

3. Rasa Makanan yang Beda Sama Selera Lidahmu
Makanan membawa kesedihan, via s198.photobucket.com
Kebanyakan masakan Jawa terkenal dengan yang manis-manis. Makanya, rasanya akan sangat berbeda dengan lidahmu, bahkan diawal-awal kamu makan masakan Jawa, ada yang "tidak bertahan lama" dalam perut, setelah masuk, langsung keluar lagi deh.

4. Hanya Masakan Padang yang Mengerti Perutmu
Rumah Makan Padang via forum.detik.com
Karena belum terbiasa dengan masakan Jawa, alternatif untuk menikmati makanan yang agak pas dilidahmu adalah masakan Padang. Di Jogja, rumah makan padang timbun aghok (banyak banget), tinggal pilih aja yang sesuai.

5. Tapi, Harganya Akan Membuat Kamu Shock.!
Makan terussssssss, via baru-terupdate.blogspot.com
Kamu : "mbak, nasi ayam, minumnya es teh manis"
Mbak warung : "7 ribu mas"
Kamu : -hening- (ulangi lagi), "nasi ayam sama es teh mbak?"
Mbak warung : "ia mas 7 ribu"
Kamu : (masukin dompet, keluarin duit sibu 7 lai), "ini mbak, makasih ya"
Beda daerah, beda rasa, juga beda harga bro. Di Natuna 7 ribu baru dapat es teh dengan gorengan sutek. Tapi di Jogja 7 ribu bisa dapat 7 gelas es teh. Bagi yang hobi makan, di sini surga mu.😄

6. Kamu pun Mulai Terbiasa Dengan Burjo dan Angkringan
Burjo sangat menjamur di Jogja, dimana ada populasi makhluk yang tinggal di kos-kosan, ya disitulah ada bangunan bernama burjo. Burjo sendiri merupakan singkatan dari bubur kacang ijo, namun tak semua burjo di Jogja menyiapkan menu kacang ijonya. Juga, kebanyakan anak kos-kosan saat kesini pesennya nasi telor, internet (indomie telor kornet), gorengan dan es teh. Kadang kadang cuma numpang nonton TV doank.
Burjo dan Angkringan
Lain burjo, lain pula angkringan, meskipun sama-sama banyaknya di Jogja. Angkringan berasal dari bahasa Jawa, angkring, yang berarti alat dan tempat jualan makanan keliling yang pikulannya berbentuk melengkung keatas. Dan sekarang angkringan sudah dimodifikasi mengikuti perkembangan zaman, angkringan adalah "the best and the cheapest fast food in the world". Kamu datang, duduk, pesen minum sambil ngunyah gorengan, roti, sate telur, dan special cat rice. Total = 7.500.

7. Dalam Hal Makanan, Dunia Seakan Terbalik
Nasi ayam, via www.ayamrempahjogja.com
Ya, di Natuna sana, makan ayam adalah hal yang sangat jarang, meskipun ada yang beternak ayam. Biasanya makan ayam pada saat ada acara-acara besar. Beda dengan ikan, di sana di Natuna, hampir setiap hari kita makan ikan laut segar. Nah keadaan seperti itu bakal terbalik saat kamu ada di Jogja. Ayam adalah makanan sehari-harimu, sebaliknya kamu akan agak susah untuk mendapatkan ikan laut segar.

8. Saat Kamu "Ngebet" Pengen Makan Seafood, Kamu Tau Harus Kemana
Seafood di Pantai Depok, via www.ayamrempahjogja.com
Kamu : "woi, piwang ase lideh nak 'akan ikan"
Kawan : "deak aok, awan pun ni yau"
Kamu : "song lah minggu ni ite gi 'akan ikan"
Temen : "mantap alu, song lah, isak awan abo kawan-kawan laen"
Dimana, hayo? Yap. Pantai Depok di Bantul yang selalu menyediakan makanan laut segar, kita bisa memilih sendiri makananannya kemudian mereka yang siapkan, ikan + udang + kepiting + cumi + seafood lainnya + es kelapa + laut dan pantai = SURGA.

9. Saat Mengetahui Ada Orang yang Kamu Kenal Akan ke Jogja, Kamu Tau yang Harus Kamu Pesan
Ikan Salai (ikan diasepin), via www.flickr.com
Mak : "yak, kak Maya wisuda ke minggu depan?"
Kamu : "iye mak, mane mak tau?"
Mak : "tadik ti mak temu ngan mak ye kat pasa, lusa ni orang ndok benggat"
Kamu : "ye ke maak???, maaak oiii, titip IKAN SALAAAI"
Hahaha, ya seperti itu lah, saat kamu tau akan ada tetangga atau orang yang kamu kenal akan pergi ke Jogja, apa pun urusannya, kamu akan menitip berbagai macam makanan. Kalau pakai paket kiriman kan lama dan makanan akan basi duluan, jadi ya terpaksa nitip. Lauk yang biasa dititip adalah ikan salai, sambal teri, pedek, calok, keripik ikan, dan lain-lain deh, pokonya khas Natuna. Asli buatan Natuna, apalagi buatan emak, asli sedap dan kenyaaaang.
Alhamdulillah.

10. Sedih Saat Jauh Dari Orang Tua dan Kampung Hanya Berlangsung Sementara, Selanjutnya Kamu Akan Menganggap Jogja Sebagai "Rumah Barumu".
Betahhhhhhh, via theindonesiahealthy.wordpress.com
Rindu kampung halaman, orang tua, nangis bombay tiap malam mungkin akan kamu rasakan sebentar saja. Entah mengapa, Jogja pintar sekali "membujuk" mu untuk tidak larut dalam kesedihan berkepanjangan, magic! Itulah istimewanya Jogja. Asalkan kamu tinggal di Jogja dengan baik-baik saja, tidak macam-macam. Jogja akan memberikan rasa nyaman kepadamu hingga kamu betah berlama-lama di sana.


BERSAMBUNG......
lanjut part II yee. :)

Thursday, May 7, 2015

Kapal Milik Soekarno yang Karam di Laut Natuna

Laut memang banyak menyimpan misteri, semakin kita selami akan semakin banyak hal yang kita dapat. Sebagai daerah Kepulauan, Natuna memliki laut yang sangat luas, dengan berbagai cerita yang terdapat di dalamnya. Salah satunya adalah tenggelamnya Kapal Soekarno di laut Natuna.

Kapal Penumpang ini bernama KM Djadajat, kapal ini digunakan oleh Kementrian Perhubungan laut untuk dijadikan kapal perintis. Dahulu, kapal ini pernah digunakan oleh Presiden Soekarno sebagai kapal pemerintahan beliau yang digunakan untuk mengelilingi nusantara sebagai negara maritim. Oleh karena itulah, orang setempat menyebutnya kapal Soekarno. Pada tahun 1980, saat kapal melintasi perairan Natuna, kapal tersebut menabrak karang dan akhirnya kapal tersebut karam.

Bangkai Kapal yang masih utuh, via youtube.com

Ada kisah tentang kapal perintis tersebut, yaitu surat dari Presiden Soekarno kepada awak kapal yang kemudian ia berikan kepada penduduk setempat.

Berikut tulisan tangan Soekarno;

Kepada anak boeah KM Djadajat.
Kerdjakanlah toegasmu dengan penjerahan djiwa raga jang penoeh!

Di tindjoe dari soedoet jang dangkal, toegasmu ialah menjelenggarakan pengangkoetan dan perhoeboengan.

Di tindjoe dari soedoet jang lebih dalam toegasmoe itou
berisikan soembangan kepada pembinaan administrasi negara dan ekonomi negara.

Di tindjoe dari soedoet jang lebih mendalam lagi, toegasmoe itoe ialah soembangan kepada pembinaan kepribadian bangsa dan nation building.

Toehan memberi kepada kita satoe tanah air kepoelaoean, hanja djika kepribadian kita seirama dengan sifat tanah air kita itoelah, maka kita dapat mendjadi satoe bangsa jang besar.

Djadayat, 9 November 1958.

Soekarno, Presiden

Sebuah tulisan singkat, namun da pesan tersendiri bagi mereka yang memahaminya. Sekarang, bangkai kapal tersebut bisa dinikmati sebagi spot diving, masih terlihat jelas bentuk kapal yang masih hampir utuh tersebut, bahkan jika cuaca cerah, bisa dilihat dari permukaan. Kita hanya perlu menyelam sekitar 3 sampai 5 meter saja.




Nadine Candrawinata berdiving menyelami laut tempat kapal tersebut karam, via youtube.com

Para nelayan atau orang setempat jarang datang ketempat ini, oleh karena itu lah, bangkai kapal tersebut jauh dari tangan-tangan jahil. Bangkai kapal yang sudah lama tersebut kini menyatu dengan karang-karang dan otomatis menjadi habitat ikan-ikan karang dan spesies hewan laut lainnya.
Ikan-ikan karang yang menghiasi sekeliling bangkai kapal. via youtube.com

Mau coba?????

sumber : 
youtube.com : Hidden Paradise KompasTV
http://geotimes.co.id/cita-cita-besar-nelayan-natuna/

Monday, May 4, 2015

Natuna Dahulu Merupakan Jalur Perdagangan Dunia

Kepulauan Natuna merupakan tempat yang strategis. Secara geografis, letaknya berada ditengah-tengah di antara negara-negara Asia Tenggara, di Laut Tiongkok Selatan. Letak geografis yang strategis inilah yang menjadikan Natuna sebagai jalur perdagangan internasional pada mas lampau.


Pulau-pulau di Natuna merupakan pelabuhan transit kapal-kapal dagang dari Kerajaan Sriwijaya, Dinasti-dinasti di Tiongkok, Kerajaan Siam (Thailand), bahkan hingga zaman Perang Dunia II laut Natuna merupakan "jalan" yang ramai dilalui.
 
Zaman dulu, Natuna merupakan pelabuhan transit bagi kapal-kapal dagang, maupun kapal ekspedisi. Natuna juga merupakan tempat berteduh mereka dari badai. Kapal-kapal ekspedisi maupun kapal dagang kerap berhenti di pulau-pulau di Natuna untuk berteduh dari amukan badai di tengah laut. Sambil berteduh di pulau ini, mereka juga melengkapi logistik untuk melanjutkan perjalanan mereka, seperti air tawar dan logistik-logistik lainnya.

jalur ekspedisi Sriwijaya, via yogapermanawijaya.wordpress.com
Oleh karena itulah, sejarah Natuna berkaitan dengan kerajaan Sriwijaya, dan Dinasti-dinasti Kerajaan di Tiongkok. Banyak barang-barang dagang dan keramik-keramik yang berasal dari negeri-negeri tersebut ditemukan di laut Natuna. ini di karenakan kapal-kapal tersebut karam sebelum sempat berteduh dari badai serta terkena hempasan ombak Laut Cina Selatan. Barang-barang bersejarah tersebut ditemukan di pesisir pantai hingga di laut dengan kedalaman 10 hingga 25 meter.
Temuan barang-barang zaman dahulu di perairan Natuna, via http://natuna-tourism.blogspot.com
Ternyata tak hanya perdagangan lintas Asia Tenggara saja, Natuna juga merupakan alur dari lintasan perdagangan antar Asia Tenggara dan Eropa, ini terbukti setelah ditemukannya lempengan Timah kuno diperkirakan berumur ratusan tahun terpendam di dasar perairan Natuna. Berdasarkan cerita masyarakat sekitar Natuna, jaman dahulu kala perairan Natuna adalah perairan yang sering digunakan pada pedagang lintas eropa dan asia tenggara. Terbukti salah satunya peningalan zaman Inggris yang di perolehnya berupa lempengan logam dari hasil penyelaman laut Natuna dengan tak sengaja menemukan benda asing di dasar laut. Dalam lempengan itu bertuliskan bertuliskan Jacob Behrens konon nama tersebut adalah nama pengusaha terkaya di dunia pada abad 20.

Kin Jacob Behrens, via http://treasuremistery.blogspot.com



Cerita Rakyat : Asal Mula Selat Nasi di Pulau Subi

Alkisah, di daerah Natuna, Kepulauan Riau, terdapat sebuah pulau bernama Pulau Subi yang dikuasai oleh seorang Datuk Kaya. Sang Datuk Kaya mempunyai seorang istri bernama Cik Wan dan seorang putri yang cantik nan rupawan bernama Nilam Sari. Ia seorang gadis yang rajin, berbudi pekerti luhur, dan tidak angkuh. Setiap hari ia duduk menekat (membordir), menyulam, dan merenda benang sutra. Ia juga pandai memasak dan membuat kueh-mueh. Dalam pergaulan sehari-hari, ia juga tidak membedakan antara si kaya dan si miskin untuk dijadikan sebagai teman. Tak heran jika orang-orang di sekitarnya sangat kagum dan memuji perangainya. Kapan dan dimanapun orang berkumpul, pasti mereka membicarakan dirinya. 

Pada suatu hari, sekelompok pedagang dari Palembang singgah di Pulau Subi. Secara tidak sengaja mereka mendengar percakapan orang-orang kampung di pulau itu tentang kecantikan dan keelokan perangai Nilam Sari. Kemudian dari mulut ke mulut, cerita itu pun tersebar di kalangan masyarakat Palembang, dan akhirnya sampai pula ke telinga Permaisuri Raja Palembang. 

Mendengar cerita itu, Permaisuri pun bercita-cita ingin menjadikan Nilam Sari sebagai anak menantunya. Pada suatu malam, Permaisuri pun menyampaikan niat tersebut kepada putranya, Pangeran Demang Aji Jaya, dengan ungkapan berikut:
"Demang Aji, anakku semata wayang
kini dirimu telah besar panjang
umpama burung telah dapat terbang
umpama kayu sudah berbatang
umpama ulat telah mengenal daun
umpama serai sudah berumpun
selesai menuntut ilmu ke sana kemari
ke Malaka sudah, ke Jawa pun sudah
ke Negeri Cina telah menamatkan pelajaran bersilat tembung,
ke negeri Hay Lam belajar kontao
ke Pathani Negeri Siam selesai mengaji
menikah saja yang belum"
Mendengar ungkapan sang Bunda, Pangeran Demang Aji Jaya terdiam sejenak. Ia berusaha untuk memahami maksud dari ungkapan Bundanya, tapi ia tetap tidak mengerti.

"Maafkan Nanda, Bunda! Nanda tidak benar-benar mengerti maksud Bunda," ucap Pangeran Demang Aji Jaya.

Sambil tersenyum, Permaisuri kembali bertutur untuk menyampaikan harapannya kepada putranya dengan ungkapan yang lebih jelas seperti berikut ini:
"niat Bunda tersemat sudah di hati
di Negeri Palembang sedia ada kumbang jati
di Pulau Subi sedang mekar sekuntum bunga bersari wangi
setinggi Mahameru harapan Bunda hendak mengantar tepak puan (tepak sirih)
berikut pula emas-perak intan-berlian ke Pulau Subi
mengirim utusan menjunjung titah dan salam
nahkoda perpengalaman di laut dalam
penumpangnya segala cerdik pandai
ahli waris yang menyampaikan hajat hati
sirih-pinangan diunjukkan kepada Nilam Sari"
"Baiklah, Bunda! Sekarang Nanda dapat mengerti maksud dan keinginan Bunda. Jika itu sudah menjadi keinginan Bunda, Nanda bersedia untuk menikah dengan Putri Nilam Sari," kata Pangeran Demang Aji Jaya.

Alangkah senang hati sang Bunda mendengar pernyataan putranya. Ia pun segera menyampaikan kabar gembira itu kepada sang Raja. Sang Raja pun setuju dan segera menyebarkan berita tentang pernikahan putranya dengan Nilam Sari kepada seluruh keluarga istana dan rakyat Negeri Palembang.

Keesokan harinya, seluruh keluarga istana sibuk mempersiapkan segala hantaran dan hadiah-hadiah, seperti tepak sirih, emas-perak, dan intan berlian untuk diserahkan kepada keluarga Nilam Sari. Sang Raja kemudian menunjuk beberapa orang cerdik pandai untuk menyampaikan hajat hati (lamaran) dan beberapa orang nahkoda perpengalaman untuk menahkodai kapal menuju Pulau Subi.

Setelah semuanya siap, para utusan Raja Palembang berangkat menuju ke Pulau Subi untuk menyampaikan lamaran Pangeran Demang Aji Jaya kepada Putri Nilam Sari. Sesampainya di Pulau Subi, utusan Raja Palembang yang diwakili seorang juru cakap mengungkapkan maksud kedatangan mereka dengan untaian pantun berikut ini:
Cantik memanjat pohon ara
Nampaknya cantik berseri laman
Besar hajat kami tidak terkira
Hendak memetik bunga di taman

Rumah besar alangnya besar
Rumah Datuk Perdana Menteri
Kalau tidak hajat yang besar
Kami tidak sampai datang kemari

Dari paya turun ke lembah
Petik pinang dipilih-pilih
Saya sudah mohonkan sembah
Adat meminang bertepak sirih
Untaian pantun yang berisi lamaran tersebut kemudian dibalas oleh keluarga Datuk Kaya Pulau Subi dengan untaian pantun pula:
Yang datang berulang-alik
Yang pergi terbayang-bayang
Yang bulat datang menggolek
Yang pipih datang melayang

Kalau bukit gunakan galah
Cepat tuan tiba ke pantai
Kalau sudah kehendak Allah
Niat terkabul hajat pun sampai
Pinangan Putra Raja Palembang, Pangeran Demang Aji Jaya, diterima oleh pihak keluarga Datuk Kaya Pulau Subi. Juru cakap Raja Palembang pun segera melantunkan pantun untuk mengungkapkan rasa suka cita dan ungkapan terima kasih atas diterimanya pinangan mereka sambil menengadahkan kedua tangannya sebagai penghormatan.
Berkokok ayam di pagi hari
Putus kali dari tambatan
Datuk sudah menerima tadi
Kecil tapak tangan saya tadahkan
Setelah peminangan selesai, kedua belah pihak kemudian menentukan hari perkawinan kedua calon mempelai pengantin. Melalui musyawarah mufakat, mereka pun memutuskan hari perkawinan sekaligus naik ke pelaminan jatuh pada hari kesepuluh bulan Syafar.

Sebelum kembali ke negerinya, para utusan Raja Palembang dipersilahkan untuk menikmati berbagai jamuan makanan yang telah dihidangkan. Kemudian pihak keluarga Datuk Kaya memberikan hadiah kepada mereka untuk dibawa pulang ke Negeri Palembang. Setelah itu, para utusan pun mohon diri kepada keluarga Datuk Kaya Pulau Subi.

"Izinkanlah kami untuk memohon diri. Segala kata dan tingkah yang tidak berkenan mohon dimaafkan. Kami berjanji, pada hari sepuluh bulan Syafar, arak-arakan pengantin dari Palembang akan tiba di Pulau Subi ini," janji para utusan Raja Palembang.

"Baiklah. Kami tunggu kedatangan kalian. Kami harap tidak akan ada selisih hari dan bulan," sahut Datuk Kaya Pulau Subi seraya berjabat tangan sebagai tanda berteguh janji.

Setelah itu, para utusan Raja Palembang kembali ke negeri mereka untuk menyampaikan berita gembira tersebut kepada raja mereka. Sang Raja Palembang dan permaisuri pun menyambutnya dengan penuh kebahagiaan. 
Waktu berjalan begitu cepat. Sepekan lagi hari kesepuluh bulan Syafar akan tiba. Para penduduk Pulau Subi mulai sibuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk keperluan penyambutan rombongan mempelai laki-laki dari Negeri Palembang. Ada yang sibuk membelah kayu api, dan ada pula yang menegakkan selasar (rumah sambung). Pada hari ketujuh bulan Syafar, berpuluh-puluh ekor lembu dan kambing, serta beratus-ratus ekor ayam dan itik disembelih. Pada hari kedelapan dan kesembilan bulan Syafar, kaum perempuan, tua dan muda sibuk memasak dan mengukus kue, serta menggulai dan merendang daging untuk lauk-pauk. Pemangku adat Pulau Subi pun sibuk memasang tabir dan menggantung tirai seri balai pelaminan.

Memasuki hari kesepuluh bulan Syafar, segala keperluan penyambutan rombongan pengantin laki-laki telah siap. Nasi berdandang-dandang dan lauk-pauk berdulang-dulang sudah terhidang. Nilam Sari pun telah dirias dengan busana yang sangat indah dan menawan. Ia mengenakan baju kurung bertepih sutra bercorak lintang tenunan Siantang, bertudung manto (tudung kepala pengantin perempuan) kain mastuli Daik-Lingga. Ikatan pending (hiasan emas tali pinggang perempuan) melilit di pingggang. Dukuh tiga rengkat terkalung di leher Nilam Sari hingga menutup dadanya, layaknya putri datuk-datuk bermahar maskawin (nilai adat) seratus dua puluh real.

Dengan mengenakan busana itu, Putri Nilam Sari tampak semakin cantik dan anggun. Ia tidak sabar lagi menanti kedatangan sang Pangeran tampan dari Negeri Palembang. Demikian pula keluarga Datuk Kaya serta para tamu undangan yang sudah memenuhi ruang selasar. Namun, hingga hari menjelang siang, rombongan pengantin laki-laki belum juga datang. Datuk Kaya pun mulai gelisah. Ia berjalan mondar-mandir sambil mengelus-elus jenggotnya yang sudah mulai memutih. Sementara istrinya, Cik Wan, berusaha menenangkan hatinya.

"Tenanglah, Bang! Sebentar lagi juga mereka datang," bujuk Cik Wan.

Datuk Kaya pun berusaha untuk bersabar dan bersikap tenang. Hingga hari menjelang malam, rombongan pengantin dari Negeri Palembang tidak juga kunjung datang. Datuk Kaya semakin gelisah dan kesabarannya pun mulai goyah.
 
"Mereka benar-benar keterlaluan! Mereka telah mengingkari janji," ucap Datuk Kaya dengan nada kesal.
 
"Sabar, Bang! Barangkali mereka sedang mengalami halangan di perjalanan," Cik Wan kembali menenangkan hati suaminya.
 
Datuk Kaya dan seluruh penduduk Pulau Subi terus menunggu hingga hari kesebelas dan keduabelas. Namun, rombongan pengantin dari Negeri Palembang belum juga tiba. Barulah pada hari ketigabelas bulan Syafar arak-arakan pengantin laki-laki Negeri Palembang tiba di Pulau Subi. Tanpa menunggu lagi, kedua mempelai segera dinikahkan dan didudukan bersanding di atas pelaminan. Melihat tamu rombongan yang datang, istri Datuk Kaya mulai bingung bagaimana menjamu mereka. Nasi yang berdandang-dandang dan lauk-pauk berdulang-dulang semuanya sudah basi. 

"Bang! Semua persediaan jamuan makanan sudah basi dan tidak layak lagi untuk dihidangkan kepada tamu kita. Apakah sebaiknya kita mengganti hidangan yang yang sudah basi itu dengan nasi dan lauk pauk yang baru?" usul Cik Wan kepada suaminya.

"Tidak, Istriku! Biar orang Palembang itu tahu diri. Mereka telah ingkar janji. Ikrar kita pada hari kesepuluh bulan Syafar tidak mereka tepati. Pantas kalau kita hidangkan nasi dan lauk pauk basi kepada mereka," pungkas Datuk Kaya.

"Tapi, Bang! Apa sebaiknya kita tanyakan dahulu, barangkali mereka terserang badai di perjalanan," pinta Cik Wan.

Ternyata memang benar, rombongan pengantin laki-laki dari Negeri Palembang tersebut dilanda badai di tengah laut, sehingga mereka harus singgah di teluk Pulau Kiabu untuk berlindung dari amukan badai yang sangat dahsyat. Hal ini dikatakan oleh Pangeran Demang Aji Jaya kepada Nilam Sari di saat mereka sedang duduk bersanding di atas pelaminan. Namun, kabar itu tidak sempat terdengar oleh Datuk Kaya. Lagi pula, Datuk Kaya memang tidak mau tahu masalah itu.  

Melihat sikap suaminya itu, Cik Wan terus membujuknya agar hidangan jamuan makan untuk para tamu dari Negeri Palembang tersebut diganti dengan makanan yang baru. 

"Bang! Sebaiknya hidangan kita ganti dengan yang baru. Kita akan malu jika kita menghindangkan makanan basi buat mereka. Jika Abang tidak mengindahkan permintaan Adik, gugurkan Adik ke talak satu!" pinta Cik Wan.

Datuk Kaya tetap tidak mengindahkan permintaan Cik Wan. Bahkan, ia segera mempersilahkan kepada para tamu dari Negeri Palembang untuk mencicipi makanan basi tersebut. 

"Cicipilah apa adanya yang tersedia!" seru Datuk Kaya kepada para tamunya. Cik Wan pun semakin kesal dengan sikap suaminya itu.

"Bang! Berarti gugur talak satu buat Adik!" teriak Cik Wan.

"Hai, Cik Wan! Bukan hanya talak satu yang gugur, tapi talak tiga kujatuhkan kepadamu!" teriak Datuk Kaya sambil menghambur-hamburkan nasi basi tersebut sehingga membentuk garis memanjang seakan membelah Pulau Subi menjadi dua bagian. 

"Kita bercerai berbatas nasi basi ini, Cik Wan!" pungkas Datuk Kaya.

Beberapa saat setelah Datuk Kaya menghamburkan nasi basi tersebut, tiba-tiba kilat menyambar-nyambar disertai angin kencang dan hujan deras. Air laut pun bergulung-gulung setinggi gunung menghantam Pulau Subi. Pulau Subi pun terbelah menjadi dua bagian, satu di sebelah utara dan satu lagi di bagian selatan. Pulau Subi Kecil (di sebelah utara) milik Cik Wan, sedangkan Pulau Subi Besar (di sebelah selatan) menjadi milik Datuk Kaya. Pulau Subi itu terbelah oleh sebuah selat yang memanjang lurus dari timur ke barat. Oleh masyarakat setempat, selat itu diberi nama Selat Nasi, karena keberadaannya disebabkan oleh hamburan nasi Datuk Kaya Pulau Subi.   







sumber: http://budaya-indonesia.org