Saturday, June 30, 2018

Cuap-cuap Film Jurassic World : The Fallen Kingdom

Banyak film-film apik ni yang keluar dalam waktu dekat. Salah satunya ya ini, Jurassic Wolrd : The Fallen Kingdom. Film kelima dari waralaba jurassic ini merupakan kelanjutan dari Jurassic Wolrd tahun 2015 lalu. Sudah tayang di Indonesia awal juni lalu, cuma saya baru bisa reviewnya sekarang. Maklumlah ya agak sedikit sibuk. Cus lah, bahas dulu.

Sinopsis.
Jurassic Wolrd : The Fallen Kingdom bersetting cerita beberapa tahun setelah tragedi yang terjadi di Jurassic Wolrd (2015). Setelah taman Jurassic yang hancur luluh lantak akibat lepasnya i-rex (indominous rex), dinosaurus cerdas hasil rekayasa genetika Dr. Wu (B.D. Wong). Dinosaurus menjadi hidup lebih bebas di pulau Isla Nublar. Namun, masalah baru timbul dan bahkan lebih besar dari yang sebelumnya, yaitu meningkatnya aktifitas gunung api di pulau tersebut yang mengancam seluruh makhluk penghuni pulau.

Claire Dearing (Bryce Dallas Howard) yang menjadi aktivis penyelamatan dinosaurus pasca kejadian Isla Nublar mengetahui akan bencana ini. Yayasan tempat ia bernaung juga bekerjasama dengan Benjamin Lockwood (James Cromwell), mantan mitra John Hammon. Ia diundang perusahaan Benjamin Lockwood untuk ikut serta dalam misi penyelamatan dinosaurus-dinosaurus tersebut untuk dibawa ke suatu suaka tempat perlindungan di Amerika. Ia juga meminta Owen Grady (Chris Patt), dan rekan-rekan timnya untuk ikut serta kembali ke Isla Nublar dengan misi menyelamatkan Dinosaurus yang tersisa, termasuk Blue, velocyraptor yang dibesarkan Owen.

Dalam perjalanannya, ternyata mereka dimanfaatkan dan dikhianati oleh Eli Mills (Rafe Spall), salah satu petinggi di perusahan Ben Lockwood. Eli memiliki tujuan terselubung dibalik misi penyelamatan tersebut.

---------------------

Film bertema monster-monster seperti ini masih tetap menjadi andalan dan memiliki kekhasannya tersendiri. Tema yang dibawa juga tak jauh-jauh dari rekayasa genetika, jika dahulu yang dibawa adalah tentang kloning, Jurassic Wolrd : Fallen Kingdom ini akan bercerita tentang efek dari hasil kloning tersebut. Film ini juga masih menampilkan beberapa adegan khas, seperti suara desis-desis, senyap, dan tiba-tiba menyergap. Penonton akan dibawa pada suasana sedikit mencekam yang memacu adrenalin. 

Film yang keluar dari studio Universal Pictures ini menggandeng sutradara asal Spanyol J.A. Bayona (The Impossible dan A Monster Calls), dan naskah ditulis oleh Colin Trevorrow dan Derek Connolly. Sang sutradara berhasil menggabungkan nuansa horor, aksi dan bencana dalam sekuel film Jurassic World ini. Misi penyelamatan pun semakin mencekam dengan meletusnya gunung api. Serta sedikit adegan humor yang ditampilkan oleh Owen Grady dan Claire lewat hubungan mereka yang putus nyambung ditambah juga dengan aksi konyol Franklin Webb (Justice Smith) sebagai dan pesona seksi-tomboy dari Zia (Daniella Pineda).

Adegan yang emosional bercampur haru juga disajikan saat ketika terlihat di kejauhan Brachiosaurus yang tidak sempat diselamatkan, seakan meminta pertolongan dan akhirnya mati terkena lahar gunung berapi.

Sisi lain, film ini juga menampilkan beberapa aksi dari Dinosaurus, yang paling ikonik adalah T-Rex yang selalu jadi pahlawan saat "menyelematkan" Owen dkk dari dinosaurus lainnya. Ada juga Indoraptop, dino-hybrid hasil rekayasa genetika yang sangat berbahaya hingga membuat porak-poranda kediaman Lockwood. Blue juga memegang peranan penting dalam film ini lewat aksi-aksi heroiknya saat bertarung melawa indoraptor.

Yang lainnya adalah, ada nama Indonesia disebut dalam film ini. Penasaran? Nonton lagi aja donk. Kehadiran Maisi (Isabella Sermon), sang cucu Lockwood yang muncul diakhir-akhir namun masih menjadi misteri. Jangan lupakan Dr. Ian Malcolm yang masih diperankan oleh Jeff Goldblum, sang karakter legend waralaba Jurassic Park. Meski dia hanya sebagai cameo, namun dialognya jadi konklusi dari film yang kemungkinan akan ada lanjutannya ini.
I hope so.


---------------------





Sumber refrensi :
https://www.kincir.com/movie/cinema/review-film-jurassic-world-fallen-kingdom
https://id.bookmyshow.com/blog-hiburan/review-film-jurassic-world-fallen-kingdom/

Friday, June 22, 2018

Menikmati Malam di Pondok Batu Madu

Batu Madu merupakan tempat wisata baru yang ada di kabupaten Natuna, mulai dikembangkan oleh pemiliknya pada tahun 2014. Kini perlahan-lahan menjadi destinasi wisata pilihan masyarakat Natuna. Banyak warga yang memilih tempat ini sebagai arena rekreasi diakhir pekan, bahkan beberapa instansi memilih Batu Madu sebagai tempat untuk outing class / outbond. Pantai ini banyak dipilih karena memiliki laut yang tenang dengan ombak yang tak terlalu besar. Cocok bagi anak-anak untuk berenang, namun harus tetap dalam pengawasan orang tua. Di Pantai Batu Madu ini juga merupakan muara sungai kecil yang ada di desa tersebut. Rasakan sensasi pertemuan dua air ini ketika berenang dipantai Batu Madu.


Pengelola Batu Madu, sumber : instagram.
Pantai Batu Madu dikelola oleh rekan dan sahabat saya, Eka Harmansyah namanya, biasa juga dipanggil bang Gondo. Ia dan keluarganya mulai mengelola tempat ini beberapa tahun silam setelah melihat potensi wisata yang bisa dikembangkan di dalamnya. Perlahan tapi pasti Batu Madu "dipermak" sedemikian rupa agar menjadi tempat wisata baru masyarakat Natuna. Salah satunya adalah penambahan fasilitas-fasilitas penunjang wisata, seperti penyewaan ban pelampung, sepeda air, sampan kecil, dan penambahan spot-spot foto agar lebih instagramable, juga arena memanah.

baca : Batu Madu, Objek Wisata yang Tengah Naik Daun di Natuna
Batu Kuoun (kiri), Batu Madu (Kanan) saat sunrise.
Saat mudik lebaran kemarin, kami ditawarkan untuk menginap di rumahnya di Batu Madu ini, juga bersama teman-teman lain. Menikmati malam di pantai Batu Madu ternyata asyik juga, bakar-bakaran adalah acara utamanya. Ikan, sosis dan sambal pedek mangga merupakan menu ternikmat sambil berkumpul dengan sahabat. 
Mana lagi nikmat yang hendak kau dustakan??
Malam ini kami juga mengecek "beliet", saya tidak tahu apa bahasa Indonesia nya. Ia merupakan perangkap ikan yang dibuat dengan cara menancapkan kayu dan jaring di laut sehingga ikan-ikan terperangkap di dalamnya dan tak bisa keluar. Seperti keramba ikan gitu deh. Mengecek beliet dilakukan saat air laut sedang surut agar lebih mudah dalam menangkap ikan yang terperangkap. Ada beberapa ikan yang terperangkap di beliet Eka, dan alamat jadi lauk esok hari nih. 
"Jungkong"

Sunsrise Batu Madu
Saat pagi pun tak kalah epic, sebelum matahari terbit, kami bermain sampan kecil yang dibuat dari drum air bekas. Kami biasa menyebutnya jungkong. Berjungkong ria sambil menunggu terbitnya matahari merupakan pengalaman indah pelengkap mudik kali ini. Dari Batu Madu, matahari terbit terlihat diantara selah-selah bebatuan di Batu Kuoun. Perlahan tapi pasti sang surya merangkak naik, gelap malamnya berganti jingga yang menghiasi cakrawala fajar. Kami menikmatinya dengan cara berbeda, di tengah laut, di atas jungkong.


Setelah puas bermain sampan dan berenang, cacing di perutpun mulai demo dan meradang. Alhamdulillah sarapan sudah disiapkan, nasi goreng ala-ala ditambah dengan sosis sisa tadi malam. Terlihat biasa, namun momennya yang istimewa. Kapan lagi coba, menikmati hidup ala nelayan, malam ngecek ikan, pagi bersampan dan berenang ditambah nasi goreng yang enak tenan. Ini merupakan konsep paket wisata yang akan ditawarkan di Batu Madu. Mumpung masih percobaan, nikmati dulu dengan gratis. hhe
maka, nikmat Tuhan mu mana lagi yang kamu dustakan?


Wednesday, June 20, 2018

Sekejap di Pulau Akar, "Bikini Bottom" nya Natuna

Setelah seringnya didatangi beberapa tokoh Nasional dalam beberapa waktu terakhir ini. Natuna akhirnya mulai memoles diri. Sektor-sektor potensial mulai dikembangkan termasuk pariwisata. Hampir semua tempat yang berpotensi wisata mulai dikembangkan, baik oleh pemda, kecamatan, bahkan sampai komunitas sekalipun. 
Welcome to Pulau Akar
Salah satunya adalah Pulau Akar yang terletak di Desa Cemaga, Kecamatan Bunguran Selatan. Terakhir saya datang kesini, akses menuju kesana pun boleh dibilang sulit karena kita harus menyeberangi laut yang penuh bebatuan. Namun kini, hanya dengan berjalan kaki dari pelabuhan tanpa ada acara singsingkan celana kita sudah bisa mencapai pulau mungil ini. 
Pulau Akar
Pulau Akar terletak tak begitu jauh dari pantai Cemaga, hanya berjarak sekitar 150 meter saja.  Sekarang kita bisa kesana melalui dermaga / pelabuhan yang langsung tersambung dengan pulau. Sudah banyak yang berubah dengan pulau mungil yang kisaran luasnya sekitar 50 meter persegi ini, ada tambahan 2 buah gazebo di bagian sisi pulau, lalu ada anjungan disisi lainnya, pas untuk mengabadikan momen. Disebelahnya ada tulisan besar "Welcome to Pulau Akar".
Gazebo Pulau Akar
Pulau ini disebut pulau Akar karena jika dilihat dari jauh, tumbuhan yang tumbuh di pulau ini menyerupai akar serabut yang acak-acakan. Disisi lain, agar terlihat lebih gaul dan "mengena", pulau ini kami sebut dengan Bikini Bottom Natuna, karena pulau kecil ini ditumbuhi oleh 2 pohon kelapa yang tinggi menjulang, sama seperti pulau kecil pada serial animasi Sponge Bob Square Pants. Unik. 
Pulau Jantai terlihat dari Pulau Akar
Menuju pulau ini juga sangat mudah, dari kota Ranai menuju Desa Cemaga ke arah selatan menyisiri pesisir pantai. Sekitar 30 menit berkendara. Setelah sampai di Desa Cemaga, segera menuju pelabuhan untuk segera bisa menuju pulau, tanpa ada pungutan biaya, asalkan jaga kebersihan ya. 
Pulau Kemudi dari Pulau Akar
Saya mendatangi pulau ini dengan istri, sore hari. Cuaca yang cerah sangat pas untuk mengabadikan momen-momen yang instagramable. Air laut jernih di sepanjang  jalan pelabuhan serta "penampakan" ikan-ikan kecil dan biota laut lainnya menemani sore yang indah ini. Dan ternyata pengunjung lumayan ramai, sehingga saya kesulitan untuk mengambil gambar-gambar disekitaran pulau. Bahkan ada yang berkemah di pulau ini, terlihat dari bekas api unggun yang sudah padam. Sepertinya asyik, bermalam di pulau sambil mancing yak. Beberapa pengunung datang dengan membawa bekal, beberapa yang lain ada yang memancing disekitaran pulau. Pemandangan laut dan 2 pulau (Pulau Kemudi dan Pulau Jantai) di depan pulau ini juga melengkapi santainya kita di pulau akar ini.

So... kapan giliran mampir? 😍

Wednesday, June 13, 2018

Sepertiga Malam, Kafe Para Penikmat Kopi di Ranai - Natuna



Kota Ranai Kabupaten Natuna, kampung halamanku, sepertinya mulai sedang berkembang. Setiap kali pulang mudik ada saja yang berubah. Termasuk kafe-kafe disekitaran kota. Dua tahun belakangan ini kafe-kafe jaman now mulai menjamur di Ranai. Selain sebagai tempat kuliner, kafe juga berfungsi sebagai public space area untuk bersosialisasi, berkumpul bersama rekan dan sahabat, bahkan untuk sekedar beristirahat merenungi nasib misalnya.

Di Ranai, ada satu kafe yang baru saja dibuka sebelum Ramadhan kemarin. Kafe unik ini mengusung tema yang mahasiswa dan kekinian banget : NGOPI.


Woy udah pada NGOPI belooom? 

Sepertiga Malam namanya. Letaknya di jalan Pramuka, tepat berada di depan SMA Negeri 1 Bunguran Timur. Saya bukanlah termasuk penggila kopi, boleh dikata hanya penikmat sunyi dengan minuman dunia yang berasal dari biji ini. Namun rasa penasaran akan rasa kopi yang diracik oleh orang lokal ini membuat saya mendarat disini. Sambil kopi darat dengan teman-teman tentunya.
Kopi Darat di warung kopi
Kafe nya didesain sederhana, meja dan kursi disusun di dalam maupun di luar ruangan. Saat bulan puasa ini, Sepertiga Malam buka mulai dari jam 8 malam. Pemiliknya bernama Heri Sandi, rekan dan sodara ini merupakan lulusan Nautika Politeknik Negeri Pontianak angkatan 2009 yang banting stir jadi pengusaha. Ilmu tentang ikan beralih ke kopi, suatu keputusan yang tak biasa. Tipe-tipe orang yang suka tantangan dan suka dengan sesuatu yang beda. Good luck, bro!
Sepertiga malam, owner.
Ide didirikannya kafe ini dimulai dari dua tahun yang lalu, bermula dari hobi sang owner yang suka pelesiran di pulau-pulau di sekitaran Natuna. Lalu melakukan survey di beberapa desa untuk mencari kopi lokal, dan akhirnya ia temukan di desa Sabang Mawang, kecamatan Pulau Tiga Barat. Pemilihan nama Sepertiga Malam diambil karena memiliki filosofi mendalam, Sepertiga Malam juga merupakan waktu yang tepat untuk introspeksi diri dan mencari inspirasi.

Sepertiga Malam merupakan kafe yang memiliki konsep single origin kopi ini. Biji-biji kopi didatangkan dari Jogja ke Natuna. Berbagai varian kopi tersedia disini. Untuk saat ini tersedia kopi Arabika Mandaling, Arabika Gayo, Arabika Kerinci, Arabika Toraja dan Robusta Bali Pupuan. Metode penyeduhannya ada tubruk, V60, Vietnamdrip, Coolpresso dan Kopi Bakar. Lama penyeduhan sekitar 4 - 5 menit karena dilakukan secara manual.
Untuk minuman es lainnya ada Blue Berry, Bubble Gum, Vanila Latte, Strauberry, Coklat, Cappuchino, Greentea, Thaitea, Manggo Smoothy. Ada juga menu cemilan, yaitu pisang coklat, nugget pisang coklat strawberi, nugget coklat mix, kentang goreng original, dan kentang goreng balado. And fyi, menu dan desain interior kafe belumlah fix, akan ada upgrade-upgrade menu dan desain terbaru nanti yang akan ditambahkan. (-info valid dari owner).
Proses penyeduhan kopi
Saya memesan coolpreso es, lagi pengen dinginin kepala nih. Karena yang punya temen, jadi bisa bebas masuk ke dapurnya. Melihat langsung bagaimana kopi diracik. Keren. Bubuk kopi ditimbang dengan berat tertentu, juga diseduh dengan air panas mendidih dengan volume tertentu pula untuk menghasilkan cita rasa kopi yang luar biasa. Djossss! Ternyata penyajian manual ini juga punya arti tersendiri bagi sang owner, ia menyampaikan bahwa tantangan masyarakat dewasa ini adalah suka dengan hal yang instan. Oleh karena itu, penyeduhan kopi yang manual ini seakan-akan menyampaikan kepada pelanggan bahwa segala sesuatunya harus dengan proses. Agar mereka bisa menikmati dan paham saat menyeruput kopi yang telah disajikan ini ternyata memiliki perjalanan dan proses panjang sebelum berada ditangan para penikmat kopi.

Rasa kopi racikan orang lokal ini emang beda, ada melayu-melayu nya gitu, berdendang-dendang. Hehehe. Disajikan dingin juga tak kalah nikmatnya. Diskusi dengan sahabat sambil ngopi emang tak terasa waktu hingga larut malam. Ohya, tak seperti kebanyakan kafe lainnya, jangan harap kamu akan menemukan wi-fi di Sepertiga Malam. Ketika ditanya mengenai hal ini, jawaban sang owner adalah dengan tidak berfokusnya pandangan pada layar handphone, maka akan terbangun komunikasi-komunikasi yang bermanfaat. Dengan harap ide-ide dan solusi luar biasa akan tercetus bagi siapapun yang nongkrong dan berdiskusi di sini, dan membuat sesuatu untuk kemajuan daerah. Intinya di sini merupakan tempat berkumpulnya orang-orang dengan kreatifitas dibidangnya masing-masing, sambil menikmati citarasa kopi-kopi Nusantara racikan anak negeri...

So,
UDAH PADA NGOPI BELOOOM??

Monday, June 11, 2018

Istirahat 6 Jam di Ibis Budget Hotel Jakarta

Yeay, alhamdulillah akhirnya bisa mudik ke kampung halaman. Setelah hampir setahun merantau di negeri orang, momen mudik merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh para perantau, termasuk saya. Pemburuan tiket pesawat Balikpapan - Natuna sudah dilakukan sejak lama. Dan ketika waktu libur lebaran sudah fix dari perusahaan, barulah tiket saya issued kan. Perjalanan Balikpapan - Natuna merupakan perjalanan panjang yang harus transit dibeberapa bandara seperti Jakarta dan Batam, oleh karena itu jadwal harus disusun dengan baik agar gak ketinggalan pesawat atau bahkan tidak mendapat tiket pesawat nantinya.

Jadwal yang saya pilih untuk mudik kali ini mengharuskan saya menginap semalam di Jakarta, dan kemudian first flight melanjutkan perjalanan Jakarta - Batam - Natuna. Karena waktu yang singkat di Jakarta, saya memilih untuk menginap di penginapan-penginapan yang ada di sekitaran bandara. Rumah singgah yang dikelola Mahasiswa Natuna di Jakarta berada jauh dari bandara. Seorang teman yang bekerja di travel merekomendasikan hotel Ibis Budget untuk saya "tiduri". Dan, taraaaa! Akhirnya disana tempat kami menginap.
Jadwal bis Bandara - Hotel
Ibis Budget Hotel Jakarta Airport terletak tidak jauh dari bandara (google map), sekitar 30 menit berkendara. Pihak hotel juga menyediakan layanan antar jemput gratis dengan menggunakan  angkutan hotel. Namun karena letih dan ingin cepat-cepat istirahat, juga karena layanan antar jemput bis memiliki jadwal sendiri. Akhirnya kami menggunakan jasa angkutan online dari Bandara ke Hotel. Namun, dapat saran dari teman, katanya lebih baik menggunakan taxi bandara, karena harganya akan lebih murah daripada menggunakan angkutan online. Ya sudah lah yaa, pelajaran kedepan.
Koridor hotel
Setelah check in, kami menuju kamar di lantai 7. Hotel didesain sedikit lebih gaul dan fresh, tata letak diatur sedemikian rupa sehingga enak dipandang. Kamar hotel tak begitu besar, kurang-lebih seukuran 14 meter persegi. Toilet yang terletak disamping pintu masuk kamar terpisah dengan kamar mandi shower yang hanya terdapat sabun dan shampo dijadikan satu. Sikat gigi tidak tersedia disini, oleh karena itu ada baiknya membawanya sebelum menginap. Westafel tersedia didepan kamar mandi. Dua minuman botol juga disediakan oleh hotel. Fasilitas lain adalah wi-fi dengan sinyal yang bagus, air hangat, televisi dengan siaran yang jernih. Saat saya membuka jendela, pemandangan kota dimalam hari terlihat apik dari ketinggian ini, sayangnya saya lupa untuk mendokumentasi dikarenakan terlalu lelah dalam perjalanan.

 

Karena teralu lelah, kami berisitirahat. Kemudian jam 3 pagi kami ditelpon pihak hotel, alarm bangun sahur ternyata. Kami mempersiapkan barang untuk sekalian check out. Restoran berada di lantai bawah dekat dengan lobi hotel. Ohya, samping resepsionis tersedia 2 unit PC full akses yang sangat membantu kita untuk mencari informasi di internet, saya baru lihat ini ketika keluar dari lift menuju restoran.
Lobi hotel
 
Menu sahurnya enak, tersedia nasi, daging dan sayur, ada juga roti dengan selai stroberi, serta kopi dan teh. Rasanya juga enak, pas untuk menambah kekuatan untuk menjalani puasa sambil mudik ini. Setelah sahur dan check out kami menuju bandara dengan bis yang sudah disediakan oleh hotel. Melanjutkan perjalanan mudik ke kampung halaman. Overall, untuk ukuran hotel transit, Ibis Budget saya kasih nilai 8.5/10 deh. Bagusss.


Hotel Ibis Budget Jakarta Airport
Jl. Jalan Raya Bandara Soekarno-Hatta, Benda, Kota Tangerang, Banten 15125
Lokasi : 🌟🌟🌟🌟
Fasilitas : 🌟🌟🌟
Pelayanan : 🌟🌟🌟



Saturday, June 2, 2018

Menginap di Grand Citra, Hotel Transit di Tarakan


Pimpinan perusahaan tempat saya bekerja berencana akan menempatkan saya di Tarakan, Kota Minyak yang terletak di utara Kalimantan. Oleh karena itu dalam beberapa kesempatan saya berkunjung kesini untuk sekedar survey dan melihat lokasi kantor.


Kali ini kami menginap di Hotel Grand Citra Tarakan. Hotel Grand Citra Tarakan berlokasi di Jl. Mulawarman, jalan utamadi Tarakan dan berjarak sekitar 200 meter dari pintu masuk Bandara International Juwata Tarakan. Ini merupakan hotel yang letaknya paling dekat dengan bandara, sehingga kerap menjadi pilihan utama untuk menginap sebelum melanjutkan perjalanan. 


Namun letaknya di pinggir jalan membuat hotel ini minim lahan parkir, hanya bisa memarkirkan 6 - 7 mobil saja, kunci mobil kita titipkan ke resepsionis ketika mobil diparkirkan. Fasilitas lain adalah mushala kecil yang ada di lobby dan wifi dengan kekuatan seadanya. Kota Tarakan memang bermasalah sedikit dengan jaringan ke-wifi-an ini.


Kami memilih kamar superior twin bed yang terletak di lantai 3. Untuk hotel transit, Grand Citra Hotel merupakan hotel yang nyaman untuk diinapi. Dengan luasan kamar sekitar 16 sqm, dilengkapi dengan AC, TV, lemari dan meja, tanpa adanya kursi (mungin lupa naruh). Toilet dengan fasilitas air panas, namun tidak dilengkapi toiletries, hanya ada sikat gigi dan sabun cair serba guna yang juga bisa sekalian sampo.
Bandara Internasional Juwata dari Kamar Hotel

Pemandangan bandara Juwata langsung terpampang saat saya membuka jendela kamar, bunyi sirine dari menara pengawas kerap kali terdengar ketika pesawat akan mendarat. Saat ramadhan, hotel mempunyai program takjil gratis dan free pengantaran ke bandara, hanya saja saya tidak sempat mencicipi takjil tersebut, karena kami selalu buka di luar.
 
Fasilitas lain adalah hidangan sahur pengganti sarapan. Hidangan yang disediakan terdiri dari 3 jenis lauk, buah, kopi, teh, air mineral dan roti dengan berbagai macam rasa selai. Sayangnya tidak ada lauk berkuah yang dihidangkan. Beberapa artikel yang saya baca, sayur itu baik dikonsumsi saat sahur.
Sahur dulu, biar kuat hadapi kenyataan
Ada dua hal unik yang saya alami disini, yang pertama adalah ketika saya meminta tambahan satu kartu kunci untuk kamar kami, namun pihak hotel bilang tidak tersedia. Hal unik lain adalah ketika seorang rekan akan melaksanakan sholat di kamar dan menelpon resepsionis untuk meminjam sejadah, juga tidak tersedia. Ini pengalaman baru bagi saya. Yap, mungkin kebijakan hotel yang berbeda-beda.



But overall, hotel ini tetap saya rekomendasikan bagi yang mencari tempat inap yang dekat dengan bandara. Grand Citra Hotel Tarakan.

Hotel : Grand Citra Tarakan
Alamat : Jalan Mulawarman RT26, Tarakan Barat, Karang Anyar Pantai, Tarakan Bar., Kota Tarakan, Kalimantan Utara
Fasilitas : 💗💗💗
Lokasi :
💗💗💗💗
Pelayanan : 💗💗