Wednesday, August 15, 2018

Mengenal "Makhluk-Makhluk" Penghuni Pulau Tarakan di Museum Flora dan Fauna


Setelah dari Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan, perjalanan wisata ala-ala kami berlanjut ke Museum Flora dan Fauna Tarakan. Museum ini terletak di Rumah Bundar, daerah Pamusian, tepat di belakang Bank Mega jalan Jendral Sudirman, Tarakan. Disini. Dahulu Rumah Bundar yang merupakan cagar budaya Kota Tarakan ini merupakan museum sejarah Kota Tarakan, namun beralih fungsi menjadi Museum Flora dan Fauna yang diresmikan ole bapak Walikota Sofian Raga pada tanggal 6 November 2017 setelah bangunan Museum Sejarah Kota (nanti kita kesana, yak) selesai dibangun.
Roemah Boendar
Museum Flora dan Fauna Tarakan ini buka setiap hari dari jam 8 pagi hingga jam 4 petang, berisi beragam koleksi tentang hewan dan tumbuhan yang menghuni Tarakan dan sekitarnya dengan jumlah hampir 200 koleksi. Dikemas dalam bentuk gambar (foto), potongan-potongan kayu, dan ada pula binatang yang diawetkan, dibagi kedalam beberapa ruangan yang ada di Roemah Boendar. Museum ini terdiri dari 5 ruangan dan 1 ruang terbuka yang berada di halaman belakang museum.

Ruang pertama yang kami masuki adalah ruangan utama museum, masuknya gratis tanpa dipungut biaya, lalu isi buku tamu dan tulis kesan dan pesanmu disitu. Potongan pohon Gaharu berukuran kurang lebih 2 meter menyambut kami di ruangan utama ini. Beberapa gambar flora dan fauna Tarakan juga dipajangkan di sini. Termasuk sejarah mengenai Roemah Boendar. Dahulu rumah yang berbentuk setengah bundar ini dibangun oleh Belanda pada tahun 1938 sebagai rumah dinas pegawai sipil Belanda yang bekerja di Tarakan. Lalu pada tahun 1945 dialihfungsikan oleh tentara sekutu Australia sebagai pos pemulihan lingkungan Tarakan yang rusak akibat perang. Dan pada tahun 2003, Pemerintah Kota Tarakan menjadikan bangunan ini sebagai cagar budaya dan difungsikan sebagai tempat perawatan warisan budaya dan pelayanan informasi sejarah Tarakan, hingga akhirnya pada 2017 diresmikan menjadi museum Flora dan Fauna Tarakan. 
Ruang Utama
Memasuki ruang kedua disebelah kanan ruang utama tadi ada ruangan pameran beragam koleksi foto hewan-hewan yang ada di Tarakan. Beragam jenis burung, kadal, hingga gambar serangga banyak yang dipajang di ruangan ini. Burung Serindit yang merupakan ikon kota saya (Ranai - Natuna) juga ada disini rupanya. Hmmmm, harus bercocokologi dulu ni. 😀
Ruang-ruang museum
Ruang selanjutnya adalah pameran tumbuh-tumbuhan, potongan-potongan kayu yang berdiameter 20 centimeter, sampel daun yang diawetkan dengan alkohol (mirip seperti praktikum Biologi waktu SMA dulu). Potongan-potongan serta gambar ini mengingatkan saya akan Museum Kayu yang terletak di Tenggarong, Kutai Kartanegara. Konsep museum nya hampir sama dan banyak kesamaan pohon-pohon yang tumbuh di Kutai dan Tarakan ternyata.
Keluar dari ruangan tersebut, menuju ruang berikutnya terdapat hasil olahan rotan dan potongan-potongan kecil olahan kayu yang sudah jadi. Disepanjang dinding-dinding ruangan museum ini juga banyak dipajang gambar-gambar flora dan fauna yang membuat kita tak bosan sambil menambah pengetahuan tentunya dengan membaca keterangan-keterangan yang ada digambar. Ruangan berikutnya adalah beberapa hewan dan tulang-belulang yang diawetkan. Ada tengkorang Beruang Madu, tanduk-tanduk, kepiting, lobster bambu, ikan pepija, serta telur-telur hewan. Beberapa keterangan juga diberikan pada masing-masing objek.
Okay, pameran di dalam ruangan sudah selesai, ketika kami beristirahat di halaman belakang yang juga masih di dalam komplek rumah bundar ini ternyata masih terdapat beberapa koleksi museum. Diantaranya adalah ada beberapa akuarium yang diisi beberapa ikan, termasuk Ikan Lele Albino yang sedang hamil. Ada juga tumbuhan-tumbuhan hias yang biasa digunakan untuk menghiasi pekarangan rumah.
Koleksi museum di halaman belakang
Yap, overall museum memang merupakan sarana wisata edukatif yang menyenangkan. Bisa menambah pengetahuan dengan berinteraksi dan melihat langsung di lapangan, karena belajar tak harus di sekolah saja kan. Pihak museum juga sedang mengembangkan beberapa fasilitas agar mengunjungi museum lebih menarik, seperti penambahan koleksi buku dan pemanfaatan ruang belakang museum sebagai tempat pemutaran video tentang Flora dan Fauna Tarakan. Dari sisi koleksi saya berharap akan ada penambahan koleksi lagi di museum ini, dan keterangan-keterangan gambar agar lebih dilengkapkan lagi. Maju terus pariwisata Tarakan. #Tarakansmartcity




Monday, August 13, 2018

Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan Tarakan : Wisata Alam Liar di Tengah Kota

Tarakan yang lebih dikenal sebagai kota transit bagi sebagian orang ternyata memliki Wisata Edukasi yang tak kalah bagusnya. Ialah Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) yang terletak di tengah-tengah kota. KKMB Tarakan merupakan wisata edukasi yang menjadi andalan warga Kota Tarakan. Letaknya yang berada di tengah-tengah kota menjadikan KKMB sangat mudah dikunjungi. Terletak di jalan Gajah Mada no 31, ancer-ancernya dari bandara International Juwata kearah Lingkas Ujung, lalu belok kanan di perempatan pertama di tengah kota, ikuti jalan tersebut, KKMB terletak di sisi kiri jalan setelah Plaza Gusher. Disini
KKMB Tarakan
KKMB Tarakan merupakan rumah bagi beragam jenis tumbuhan mangrove dan hewan. Terutama adalah Bekantan (Nasalis larvatus) yang menjadi maskot di Pulau Kalimantan ini. Misi kami datang kesini adalah untuk melihat langsung hewan berhidung besar yang kata orang Tarakan adalah "Monyet Belanda" tersebut. Selain sebagai tempat wisata, KKMB yang diresmikan pada tahun 2003 oleh Dr. H. Jusuf SK, Walikota Tarakan kala itu, juga berfungsi sebagai paru-paru kota sekaligus sebagai benteng yang mencegah kota Tarakan dari abrasi laut.
KKMB Tarakan
Memasuki KKMB cukup dengan membayar uang 5.000 rupiah per orang dewasa. Banyaknya tanaman mangrove membuat tempat ini sejuk dan rindang. Suara-suara binatang disekitaran mangrove menambah kesan alami ditempat ini. Saat kami berkunjung, air sedang surut, banyak terdapat binatang-binatang yang berhabitat di mangove, seperti udang, kerang, ikan tempakul (Oxudercinae), dan kepiting mangrove. Disini juga terdapat Monyet Ekor Panjang, Elang Bondol, Burung Kipasan Bilang, Burung Cekakak Sungai, Burung Cici Merah, Biawak, Ular Pohon, beberapa jenis Laba-laba, dan Ulat Daun.  Dari semua itu, yang paling utama adalah kawanan Bekantan yang merupakan binatang endemik disini. KKMB merupakan rumah bagi puluhan ekor Bekantan yang menurut artikel-artikel yang saya baca terdiri dari dua kelompok yang tak pernah akur, yaitu kelompok Jhon dan kelompok Michael.
Kelompok Bekantan, Biawak dan Ikan Tembakul
Kelompok Jhon disebut sebagai kelompok terkuat karena selalu menang ketika bertarung, anggotanya juga banyak. Beruntung saat kami berkunjung kesana kami dapat melihat kawanan Bekantan ini sedang berpindah dari satu tempat ketempat lain menyebrang jalan. Bergelantungan diatas pohon dan bergerak dengan lincahnya, sementara ada seekor Bekantan jantan berukuran besar sedang duduk sambil mengamati keadaan sekitar, memastikan anggotanya aman dalam "bermigrasi". Ia yang saya tebak adalah ketua kelompok kawanan ini. Entah itu kelompok hon atau Michael, mau kenalan nanti dikira sok kenal sok dekat, hmmm. Mau bertanya pada petugas, saat itu kami berjalan tanpa ditemani petugas. Alhasil kami hanya bisa mengambil gambar dan video dari jauh saja.



Kawasan seluas 22 hektar ini dilengkapi berbagai fasilitas, yakni mushala, toilet, ruang karantina, taman baca, kantin, dan toko-toko souvenir. Ada juga kandang untuk Elang Bondol namun sudah tak terawat, begitu juga dengan beberapa bangunan lain yang terkesan dibiarkan begitu saja.
Fasilitas dan suasana dalam KKMB
Overall, KKMB merupakan tempat wisata yang edukatif, bermain sambil belajar. Bisa juga digunakan sebagai laboratorium alam dan tempat penelitian flora dan fauna. Jadi jangan lewatkan tempat ini ketika sedang berkunjung di Tarakan ya.