Monday, July 31, 2017

Jelajah Pulau Kumala : Wisata Pulau di Tengah Mahakam

Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan salah satu tempat dengan beragam destinasi wisata di Provinsi Kalimantan Timur. Tenggarong yang menjadi ibukota kabupaten saja menyimpan banyak tempat wisata yang sayang untuk dilewatkan begitu saja. Kedaton Kesultanan Kutai dan Museum Mulawarman merupakan magnet wisata Kabupaten Kukar, ada lagi museum kayu, planetarium, wisata budaya, juga berbagai festival rakyat hingga yang berskala internasional kerap diadakan di kota yang sudah berumur 3 abad lebih ini. Salah satu destinasi wisata yang tak boleh ketingggalan saat berada di Tenggarong adalah Pulau Kumala. Pulau Kumala merupakan pulau yang berada di tengah sungai Mahakam. Bentuknya khas, unik seperti kapal perang jika dilihat dari atas. Katanya dulu pulau ini adalah kapal perang penjajah yang dikutuk oleh Aji, sehingga menjadi pulau. Begitu cerita rakyat yang beredar. Aji merupakan gelar bagi orang-orang Kesultanan Kutai.
Jembatan Repo-repo Kal Senja
Tujuan kami kali ini ke pulau unik ini. Kendaraan kami parkir dan langsung menuju loket tiket. Harga tiketnya 7000/orang. Setelah membeli tiket kami langsung menuju pulau Kumala. Akses menuju pulau ini sekarang sangat mudah dengan telah dibangunnya jembatan repo-repo yang telah beroperasi 2015 lalu. Sebelum jembatan dibangun, dahulu akses menuju pulau Kumala dengan perahu klotok, dan juga kereta gantung. 
Denah Wisata
Setelah sampai di Pulau Kumala kami menuju alun-alun pulau. Di sini pusat keramaian, ada kantin, tempat sewa scooter dan sepeda. Kami menyewa sepeda gandeng untuk berkeliling-keliling pulau, terlalu besar pulau ini untuk dijelajahi dengan jalan kaki, mengingat waktu yang sudah mendekati senja. Selain penyewaan sepeda juga ada jasa transportasi kereta mobil untuk mengantar berkeliling. Sepeda kami sewa dengan harga 30.000/jam dan kami siap mengexplore Pulau Kumala. Uyee 😆
Cekrek cekrek
Tujuan utama adalah ujung pulau sebelah barat. Namun singgah di beberapa tempat terlebih dahulu seperti di rumah adat Dayak Experience Center, dan rumah Lamin. Melewati Pura dan sangkar burung raksasa, serta terminal kereta gantung. Melewati cottage indah namun kini ditinggal begitu saja tak terawat. Lalu sampai di ujung pulau. Di ujung pulau terdapat lokasi-lokasi yang instagramable banget. Ada dua rumah berbentuk segitia, kolam bundar, serta tulisan Pulau Kumala yang selalu jadi spot untuk berfoto ria. Di sini juga berdiri kokoh patung Lembuswana setinggi 13 meter, gagah, menghadap ke jembatan Kutai Kartanegara, ikon kota Tenggarong. Lembuswana merupakan hewan mitologi kerajaan Kutai, yang dipercaya sebagai tunggangan raja-raja Kutai dahulu. Bentuknya merupakan campuran dari berbagai binatang. Di bawah patung Lembuswana ada bangunan semacam aula terbuka yang di dinding-dindingnya terdapat poster tentang sejarah singkat Kerajaan Kutai dan Lembuswana. 
Patung Lembuswana
Setelah berfoto ria, kami kembali menuju alun-alun dengan tujuan ke ujung pulau satunya lagi, di sana ada kolam naga dan sky tower setinggi 75 meter. Namun karena waktu yang sudah tidak cukup akhirnya kami urungkan niat ke sana. Dan berjalan disekitar alun-alun untuk mengahbiskan waktu sewa sepeda. Saya melihat banyak arena bermain yang terbengkalai tak diurus. Membayangkan dulu betapa bagusnya tempat ini. Ada yang bilang Pulau Kumala adalah TMIInya Tenggarong. Ada kereta mini, komedi putar, wahana gokart dan beberapa wahana bermain lain, termasuk cottage yang saat ini ditinggal tak terawat.
Masjid di Pulau Kumala
Menurut sumber yang saya baca, masa keemasan Pulau Kumala ini adalah ketika tahun 2002 - 2005, ketika saat awal-awal dibuka. Saat itu Pulau Kumala cukup menjadi alasan orang-orang untuk datang ke Tenggarong, namun lambat laun menjadi sepi, ditambah lagi dengan insiden macetnya kereta gantung di tengah-tengah rel yang membuat trauma penumpang di dalamnya. Kemudian lambat laun Pulau Kumala menjadi sepi pengunjung hingga akhirnya tiada pengunjung bak kota mati. Pernah ditawarkan kepada swasta untuk mengelola namun berhenti ditengah jalan. Dan sekarang, kembali menggeliat setelah jembatan Repo-repo dibangun pada tahun 2014. Pulau Kumala pun terbangun dari tidur panjangnya selama bertahun-tahun. Semoga Pulau Kumala benar-benar bangkit dari tidurnya dan kembali menjadi tujuan wisata Kota Raja.
Pelabuhan Perahu Klotok yang masih berfungsi melayani pengunjung. Dan Sky Tower yang masih berdiri tegak


Sunday, July 30, 2017

Kamu Harus Tau Nih : 7 Pulau di Natuna yang Menjadi Penjaga Batas Kedaulatan Indonesia

Secara geografis, letak Kabupaten Natuna berada di ujung utara bagian barat Negara Indonesia. Kepulauan Natuna merupakan pulau-pulau kecil yang terhampar di selatan laut Tiongkok. Letaknya yang agak “sedikit ke atas” tersebut membuat kabupaten Natuna menjadi salah satu kabupaten “terluar dan terdepan” yang dimiliki Indonesia. Tak jarang, bahkan ada yang mengira bahwa kepulauan yang kaya Migas ini merupakan bagian dari Negara Malaysia. 
Pulau-Pulau terluar Indonesia, via batasnegeri.com
Letaknya yang berada di ujung Utara ini menjadikan Natuna bak penjaga pintu gerbang Kedaulatan Negara Indonesia. Kedaulatan laut merupakan prioritas, batas-batas dengan Negara tetangga dihitung dari pulau terluar, bila pulau yang menjadi titik awal pengukuran batas wilayah ini hilang, atau diambil asing, maka batas Negara pun akan bergeser. Kepulauan Natuna yang dikelilingi laut lepas menjadi batas langsung dengan Negara-negara di Asia. Ada Republik Rakyat Tiongkong, China Taipei, dan Vietnam di sebelah utara, Malaysia Timur dan Brunai Darussalam di sebelah Timur, Malaysia dan Thailand di sebelah barat. Keadaan seperti ini mengharuskan penanganan ekstra akan batas wilayah Negara. Dari 92 pulau-pulau kecil terluar penjaga perbatasan yang dimiliki Indonesia, Natuna memiliki 7 pulau  diantaranya yang akan kita ulas berikut ini. 
Pulau Penjaga Batas Natuna (titik-titik merah), Indonesia

1. Pulau Tokongboro
Pulau ini terletak di sisi barat Pulau Bunguran, masuk dalam administratif kecamatan Pulau Laut. Pulau Tokongboro terdiri dari bebatuan dan bertebing curam, dengan titik tertinggi mencapai 7 mdpl,
juga dijadikan sebagai titik dasar (TD.28) dan titik referensi (TR.28). Pulau ini tak memiliki pantai karena tepian pulau merupakan tebing curam yang langsung mengarah ke laut. Pulau Tokongboro merupakan penjaga batas paling barat yang dimiliki oleh Natuna, berbatasan langsung dengan Malaysia dan Thailand. Juga merupakan pulau terluar dengan letak paling jauh dengan akses paling sulit. 
Pulau Tokongboro, via www.unc.edu
Akses menuju pulau ini sangat sulit, kita bisa menyewa kapal motor dan berangkat dari pelabuhan Penagi dalam waktu tempuh 12 jam dengan kecepatan rata-rata 5-7 knot. Akses lainnya bisa melalui Pulau Sedanau di kecamatan Bunguran Barat. Pulau yang tak berpenghuni ini memiliki satu menara suar sebagai penanda batas.

2. Pulau Semiun
Pulau Semiun merupakan satu dari sekian banyak gugusan pulau dalam wilayah administrasi Kecamatan Pulau Laut. Pulau ini berbentuk bukit, memiliki pantai dengan tebing-tebing curam dan salah satu sisinya terdapat mercusuar sebagai penanda wilayah NKRI, sekaligus menjadi tanda bagi nelayan yang melintas. 

Pulau Semiun, via: http://lifestyle.okezone.com
Pulau ini tak berpenduduk kecuali oleh penjaga suar. Kabar terakhir mengatakan Pulau Semiun dihuni oleh 2 kepala keluarga. Akses menuju pulau ini adalah dengan menyewa kapal motor dan berangkat Pulau Laut, atau dari Sedanau di Bunguran Barat, maupun dari Kelarik di kecamatan Bunguran Utara.

3. Pulau Sebetul
Pulau berbentuk oval ini termasuk dalam wilayah Desa Air Payang, Kecamatan Pulau Laut. Pulau ini menandakan wilayah batas NKRI dengan adanya mercusuar. Topografi pulau Sebetul terdiri dari pantai berteping curam dengan dasar perairan berbatu. 

Pulau Sebetul, via http://www.panoramio.com
Tepian begitu rendah, semakin ketengah semakin tinggi, dengan tinggi pulau berkisar 1-3 mdpl. Akses menuju pulau ini tak terlalu sulit, karena banyak nelayan yang melakukan kegiatan penangkapan di sekitar pulau. Akses terdekat adalah dari Pulau Laut.

4. Pulau Sekatung
Pulau Sekatung merupakan pulau paling utara dalam gugusan Kepulauan Natuna. Masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Pulau Laut, Pulau Sekatung menjadi benteng terakhir kedaulatan NKRI di sebelah utara bagian barat. Pulaunya dikelilingi gugusan terumbu karang yang cukup lebar, vegetasi rendah menutupi pulau ini sehingga tampak hijau dari jauh. Menuju Pulau Sekatung sangat mudah, dari Ranai, ibu kota kabupaten Natuna, kita bisa ke Pulau Sekatung dengan rute Ranai – Binjai dengan transpotasi darat, lalu menyebrang ke Sedanau dengan speedboat, lanjut ke Pulau Laut dengan kapal motor. Atau rute lain dari Ranai - Teluk Buton (Bunguran Utara) dengan transportasi darat, lalu menuju Pulau Laut dengan transportasi laut. 

Monumen Datuk Kaya Wan Muhammad Dun di Pulau Sekatung, via twiiter.com
Akses terdekat adalah dari Pulau Laut karena hanya terpisah selat Setakong dengan lebar 40 meter. Pulau paling utara ini terkenal dengan hasil lautnya yaitu ikan Napoleon dan berbagai jenis kerapu yang terkenal itu, serta komoditi lain yaitu teripang sebagai penunjang ekonomi masyarakat setempat. Di Pulau ini juga didirikan patung pahlawan Nasional dari Natuna, Datuk Kaya Wan Muhammad Dun yang tegak berdiri menghadap ke laut, seakan bersiap menghadang siapapun yang mengusik tapal batas NKRI wilayah utara ini.

5. Pulau Senua
Pulau Senua masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Bunguran Timur. Pulau dengan bentuk khas seperti orang hamil ini menyimpan pesona keindahan yang luar biasa. Pantai berpasir putih dan dikelilingi oleh terumbu-terumbu karang yang indah menjadikan pulau Senua primadona pariwisata andalan Kabupaten Natuna. Dibalik keindahan yang tersimpan di dalamnya, ternyata Pulau Senua merupakan pulau terluar yang dimiliki NKRI. Letaknya tak begitu jauh dari pulau Bunguran Besar yang ibukota Kabupaten Natuna berada disini, hanya terpisah oleh Selat Senua, dengan lebar sekitar 2 – 3 km. 

Pulau Senua dari Bukit Senubing
Selain dekat dengan pulau induk Bunguran Besar, pulau ini juga merupakan tujuan wisata masyarakat Natuna maupun wisatawan domestik hingga mancanegara, sehingga akses menuju pulau ini sangatlah mudah, kita bisa menggunakan perahu nelayan atau speedboat raider milik TNI dengan jarak tempuh sekitar 10 sampai 30 menit. Pulau ini tak berpenghuni tetap, hanya ada beberapa orang yang tinggal untuk menjaga sarang burung walet dan mendiami rumah yang disediakan untuk keperluan wisata. Menara suar terletak di sisi pulau yang menandakan Pulau Senua sebagai pulau terluar Indonesia.

6. Pulau Subi Kecil
Pulau ini masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Subi yang berada dalam gugusan kepulauan Natuna bagian selatan dan menjadi tapal batas NKRI dengan Malaysia Timur. Pulau ini cukup luas dan dihiasi pasir putih dan bebatuan di tepi pantai. Dan di sisi lain, pulau ini ditumbuhi mangrove yang begitu lebat. Pulau ini memiliki ketinggian berkisar dari 1 sampai 3 mdpl. 

Pulau Subi Kecil dari Udara, via http://awalinfo.blogspot.co.id
Tak seperti pulau-pulau perbatasan lain yang sudah kita bahas. Pulau Subi Kecil merupakan pulau yang berpenghuni. Sebagian besar wilayah pulau ditanami kelapa oleh penduduk setempat. Kelapa merupakan komoditas utama pulau ini dan menjadi mata pencaharian penduduk selain nelayan. Menuju pulau Subi Kecil adalah dengan naik kapal mesin dari pelabuhan Penagi menuju Kecamatan Subi. Sebagai pulau terluar, pulau Subi Kecil memiliki mercusuar dan bangunan tertulis titik dasar dan titik refrensi.

7. Pulau Kepala
Pulau Kepala merupakan benteng paling timur yang dimiliki oleh Kepulauan Natuna. Berbatasan langsung dengan Malaysia Timur, Pulau ini memiliki mercusuar yang menandakan ia adalah pulau terluar penjaga batas daulat Negara. Pulau Kepala masuk dalam gugusan kepulauan Natuna Selatan, masuk dalam administrasi Desa Air Nusa, Kecamatan Serasan. 

Pulau Kepala, via http://infonusantara.co.id
Akses ke pulau tak berpenduduk ini tidak sulit karena banyak nelayan yang melakukan kegiatannya di pulau ini. Hanya membutuhkan waktu sekitar 3 jam perjalanan dari dermaga Serasan. Meskipun dekat dengan pulau induk, pulau ini jarang dikunjungi karena perairannya yang berombak, terlebih saat musim utara. Pulau Kepala ditumbuhi pohon-pohon kelapa yang padat dan belum dimanfaatkan, dan pulau ini memiliki karang yang cukup baik dengan persentase penutupan 85%.

Itu tadi ketujuh pulau terluar yang dimiliki oleh Kabupaten Natuna yang datanya saya sadur dari buku “Nusa Penjaga Indonesia” terbitan kompas. Ada yang sudah pernah pergi ke semua pulaunya? Sebagai anak Natuna khususnya, adalah baik bagi kita untuk mengetahui hal ini, sebagai bentuk perhatian dan cinta akan daerah sendiri serta Negara Indonesia.

"Mun ukan itou, hapou agik yau?!"

ERAU : Salah Satu Gawai Akbar Tertua di Nusantara

Akhir juli kemarin ada gawai besar di Tenggarong, ERAU namanya. Saya tau tentang ERAU ini udah lama sekali -masih zaman friendster- ketika secara acak dapat temen yang berasal dari Tenggarong, berbagi cerita tentang budaya hingga Ia bercerita tentang Tenggarong, saya semakin penasaran dengan gawai akbar ini. Saat kuliah pun dapat teman-teman dari Tenggarong juga dan ada banyak waktu untuk berbagi tentang ERAU. Dan saat ini, setelah merantau ke Kalimantan Timur sejak akhir 2015, saya fikir merupakan saat yang tepat untuk menghadiri acara besar ini. Setelah tahun lalu saya tidak bisa hadir karena bergelut dengan pekerjaan di luar KalTim.

Nama ERAU berasal dari kata EROH yang berarti ramai, riuh, ribut yang penuh dengan suka cita. ERAU pertama kali diadakan pada upacara tijak tanah dan mandi ke tepian ketika Aji Batara Agung Dewa Sakti berusia 5 tahun. Saat pengangkatan beliau menjadi Raja Kutai yang pertama (1300-1325) juga diadakan upacara ERAU. Sejak saat itu ERAU selalu diadakan ketika penggantian atau penobatan Raja-Raja Kutai Kartanegara. Lalu ERAU berkembang menjadi acara pemberian gelar bagi tokoh yang berjasa terhadap kerajaan. Upacara ERAU dulu dihadiri oleh banyak kalangan abdi kerajaan yang datang dari berbagai tempat dalam wilayah kesultanan dengan membawa bekal makanan, buah, ternak, hingga pelaku kesenian. Sultan dan kerabat kerajaan menjamu rakyat dengan baik sebagai tanda terimakasih Sultan atas pengabdian rakyatnya. Terakhir kali ERAU dilaksanakan menurut tata cara Kesultanan Kutai Kartanegara adalah tahun 1965 saat pengangkatan Putra Mahkota, Aji Pangeran Adipati Praboe Anoem Soerya Adiningrat. 

Seiring berkembangnya waktu, acara akbar ERAU ini digabung menjadi satu dalam agenda pemerintahan Kabupaten Kutai Kartanegara, namanya pun berubah, menjadi EIFAF (Erau International Folk Arts Festival). Sebuah perpaduan acara adat, seni dan budaya berskala international yang dihelat selama kurang lebih 1 minggu. 

Saat melihat kalender dan mencocokkan dengan jadwal kerja, akhirnya saya dapatkan tanggal yang pas untuk menghadiri festival ini, tepat dihari pertamanya. Sudah lama memang saya persiapkan untuk datang karena dari dulu sudah penasaran dengan acara ini. Perjalanan dari Balikpapan saya mulai dengan naik bis dari Terminal Batu Ampar menuju terminal Sungai Kunjang di Samarinda dalam waktu kurang lebih 2,5 jam. Lanjut menuju ke Tenggarong dengan sepeda motor, perjalanan Samarinda - Tenggarong ditempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam perjalanan.

Kegiatan Hari pertama dari rangkaian kegiatan EIFAF ini adalah Kirab Budaya, yang diikuti oleh beberapa negara seperti India, Cina Taipei, Thailand, Korea Selatan, Jepang, Slovakia, Bulgaria, dan Polandia. Negara-negara ini tergabung dalam anggota organisasi CIOFF (International Council of Organizations of Folklore Festivals and Folk Arts). CIOFF adalah sekelompok perwakilan nasional non-profit festival seni lokal organisasi. Sebagai organisasi non-pemerintah, CIOFF adalah konsultatif berwenang untuk UNESCO. Organisasi CIOFF inilah yang mengurus pelestarian kebudayaan dan menjembatani hubungan antar bangsa melalui festival-festival kebudayaan rakyat. Selain beragam negara, kirab budaya ini juga diikuti oleh beberapa suku di Indonesia yang tumbuh dan berkembang di Kukar, ada Minang, Sulawesi Selatan, Banyuwangi, Bali, Dayak dll. 
Kirab Budaya dimulai dari sepanjang jalan utama Tenggarong menuju Kedaton Kesultanan Kutai Kartanegara. Kirab budaya ini menampilkan adat budaya masing-masing peserta. Penampilan puncaknya di halaman Kedaton Kukar, yang ditonton oleh unsur Kerajaan dan Pemerintahan serta undangan. Cuaca yang cukup panas saat itu tak menjadi halangan bagi peserta untuk unjuk kebolehannya. Bahkan masyarakat sangat antusias menonton kirab budaya tersebut. Terlebih lagi anak-anak sekolah yang mengincar kontingen Korea Selatan untuk berswafoto bersama oppa-oppa nya itu. 😐
Kontingen Korea Selatan yang jadi incaran anak sekolah.
Peserta menampilkan seni dan budayanya masing-masing di halaman Kedaton. Tampak hadir di sana adalah bu Rita, bupati Kabupaten Kukar yang sangat dicintai warganya, "Dia itu down to earth banget", kata rekan saya saat berbicara tentang beliau. Unsur-unsur pemerintahan yang lain juga tampak duduk di kursi tamu untuk menyaksikan penampilan peserta kirab budaya. Partisipasi warga dalam acara ini juga sangat besar, memadati halaman Kedaton Kukar. Sepertinya acara ini sangat ditunggu-tunggu mengingat acara ini merupakan acara tahunan yang sudah masuk dalam kalender wisata nasional. Sayangnya saya hanya bisa mengikuti kegiatan dihari pertama ini saja, karena keterbatasan waktu. Makanya momen langka bagi saya ini akan secara maksimal saya gunakan. Mengabadikan kegiatan kirab dan berfoto bersama peserta, sambil mengenali budaya mereka, (sambil-sambil promosikan Natuna), dan sedikit bertukar bahasa. Ada banyak bahasa yang saya dapati, namun hanya khop khun nya Thailand saja yang saya ingat. hhe. Khop khun berarti terimakasih. 😃
Khop Khun Thailand. :)
Kegiatan EIFAF ini diselenggarakan dari tanggal 22 sampai 31 juli 2017 diberbagai tempat di Tenggarong. Ada beragam kegiatan yang diselenggarakan, seperti mendirikan ayu, eksibisi permainan tradisional, berbagai lomba dan pentas seni, festival kuliner, street performance, beluluh, bapelas, beseprah, mengulur naga sampai belimbur, dan banyak lagi kegiatan-kegiatan yang lain. Rangkaian kegiatan ini merupakan gabungan dari acara adat Kesultanan Kutai yang berpadu dengan kegiatan dari pemda Kukar. Seperti Beseprah, merupakan acara makan bersama dengan masyarakat. Beseprah yang dalam fungsinya tidak hanya makan gratis, namun menjadi ajang pendekatan bagi kerabat keraton dan pemerintah dengan masyarakat sekitar merupakan bagian dari adat Erau. 
Jadwal EIFAF 2017
Mengulur naga juga merupakan acara yang sangat ditunggu-tunggu. Prosesi ini di gelar di halaman Keraton Kesultanan Ing Martdipura, Replika Naga akan menyusuri sungai mahakam dan berakhir di Kutai lama, Anggana. Dan yang terakhir adalah Belimbur, Belimbur merupakan acara puncak dari rangkaian ritual ini. Dalam ritul Belimbur, seluruh masyarakat antusias mengikuti Belimbur dengan suka cita dan keceriaan sambil basah-basahan karena memang ini yang paling ditunggu-tungu warga. Hal ini juga menjadi ajang masyarakat untuk memperkuat tali silaturahmi antar warga dengan berpartisipasi dalam ritual Belimbur. Aturannya dalam belimbur ini adalah jangan marah ketika kita disiram air, tanggapilah dengan suka cita, karena memang itu tujuannya, selama tidak melanggar batas-batas norma yang ada. Belimbur bermakna penyucian diri dari pengaruh jahat sehingga orang orang yang di limbur kembali suci dan menambah semangat dalam membangun daerah, serta lingkungan dan sekitarnya juga bersih dari pengaruh jahat.

Berikut beberapa foto dan video Kegiatan Kirab Budaya EIFAF 2017 :
Peserta dari berbagai negara
Peserta dari berbagai daerah

Persiapan penampilan kontingen Jepang
Wefie sama babang babang India
Say something first. :D

Sayangnya, sekali lagi. Saya tidak bisa mengikuti seluruh rangkaian kegiatan ini. Next time maybe. Sukses terus untuk Kukar atas terlaksananya EIFAF 2017 ini. Mantap.....



Sumber :
http://erau.kutaikartanegara.com
http://eifaf.visitingkutaikartanegara.com

Friday, July 14, 2017

Sekarang, sebutlah dengan nama : LAUT NATUNA UTARA

"Goodbye" Laut Cina Selatan
Lagi iseng buka facebook, lalu mata tertuju pada sebuah link artikel yang dibagikan seorang teman di wall FB nya tentang Natuna. Link yang di copy dari situs berita tempo.co tersebut menjelaskan bahwa ada perubahan-perubahan yang dilakukan oleh Pemerintah. Terakhir Pemerintah mengupdate peta Indonesia pada tahun 2005. Banyak faktor yang mendasari perubahan peta ini diataranya adalah perkembangan hukum Internasional, pembaruan perjanjian antara Indonesia - Singapura, dan Indonesia -  Filipina, dan perkembangan terbaru proses batas maritim Indonesia dengan Malaysia, Singapura dan Filipina. 
Peta Natuna, via http://www.netralnews.com

Perubahan peta Indonesia ini melibatkan Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman dan 21 perwakilan Kementrian dan Lembaga Negara. Dalam update nya kali ini, salah satu perubahannya adalah adalah penamaan nama laut di utara Kepulauan Natuna. Sebelumnya laut di utara kepulauan kaya migas ini bernama Laut Cina Selatan, seperti yang tercantum dalam dokumen International Hydrographic Organization (IHO) pada tahun 1953. Dan terhitung tanggal 14 Juli 2017 ini laut tersebut berganti nama menjadi LAUT NATUNA UTARA. 
Letak Laut Natuna Utara, via http://economy.okezone.com
Pembaruan ini semakin memperkuat wilayah yuridiksi Indonesia. Mengingat di Laut Natuna Utara ini menyimpan potensi migas yang luar biasa. Seperti yang kita tahu, cadangan minyak bumi di Laut Natuna mencapai lebih dari 290 juta barel, sedangkan gas bumi mencapai lebih dari 55 triliun kaki kubik. Cadangan ini terletak di laut, dengan jarak beberapa mil dari Pulau Natuna. Hal ini banyak menggiurkan negara-negara tetangga untuk mengambil alih Natuna. Tiongkok dan Malaysia sangat sering masuk dalam headline berita tentang ketertarikannya pada sumber daya alam di laut Natuna ini.
Peta Cadangan Minyak Bumi, via http://migas.esdm.go.id

Peta Cadangan Gas Bumi Indonesia, Natuna yang terbesar, via http://migas.esdm.go.id

Saya pikir perubahan nama akan laut di utara pulau tempat kelahiran saya ini tepat, semakin menjelaskan bahwa Natuna berada dalam lingkup Negara Kesatuan Republik Indonesia. Juga akan berdampak sangat bagus, terutama pada bidang ekonomi, (semoga, ya). Pernah suatu waktu ketika saya menunjukkan peta Natuna pada rekan-rekan, mereka bertanya-tanya apakah Natuna itu masih Indonesia atau bukan, tambahan pula laut di dekat Natuna bernama Laut Cina Selatan. Efeknya saya harus bersabar hati meluangkan waktu untuk menjelaskan betapa Natuna itu, Indonesia banget. Hhe


Anyway, terimakasih saya ucapkan pada Pemerintah atas perubahan nama ini. Semoga berdampak lebih dari sekedar bidang ekonomi karena adanya sumber daya alam yang melimpah di tempat kami ini. Lebih jauh adalah semoga kedaulatan NKRI semakin jaya selalu, mengingat Natuna merupakan pintu gerbang “utama” Negara-negara luar untuk masuk ke Indonesia. 
#NKRIhargamati

sumber berita : tempo.co

Wednesday, July 12, 2017

Sejarah Perminyakan di Pangkalan Brandan : Pioneer di Nusantara

Pangkalan Brandan merupakan ibukota Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara saat ini. Terletak di pesisir pantai timur pulau Sumatera, sekitar 60 km di sebelah utara Kota Binjai. Di bagian ujung pulau Sumatera inilah, sumur minyak pertama Indonesia secara komersial berhasil ditemukan. 
Lokasi Pangkalan Brandan dan Pangkalan Susu
Orang pertama yang berhasil menemukannya adalah Aeliko Janszoon Zijlker, seorang ahli perkebunan tembakau yang bekerja di Deli Tobacco Maatschappij (perusahaan tembakau pada masa itu). Pada tahun 1880 di Langkat, ia menemukan minyak yang merembes ke permukaan dan tergenang bersama air. Kemudian sampel minyak tersebut dibawa ke Batavia (Jakarta) untuk dianalisis, dari hasil penyulingan minyak tersebut menghasilkan kadar minyak sebesar 59%. 

Pada tahun 1882, Ia menghubungi sejumlah rekannya di Belanda untuk mengumpulkan dana guna melakukan eksplorasi. Begitu dana diperoleh, perizinan pun diurus. Persetujuan konsesi dari Sultan Musa (Sultan Langkat masa itu) diperoleh pada 8 Agustus 1883. Konsesi yang diberikan Sultan Musa cukup luas, mencakup wilayah pesisir Sei Lepan, Bukit Sentang sampai ke Bukit Tinggi, Pangkalan Brandan. Tak membuang waktu lebih lama, eksplorasi pertama pun segera dipersiapkan Zijlker. 
Sultan Musa, via : royalark.net
Pada 17 November 1884, setelah pengeboran berlangsung sekitar dua bulan, minyak yang diperoleh hanya sekitar 200 liter. Semburan gas yang cukup tinggi dari sumur yang saat ini dikenal dengan nama sumur Telaga Tiga itu membuyarkan harapan untuk mendapatkan minyak yang banyak. Namun Zijlker dan kawan-kawan tidak berhenti sampai di situ. Mereka kemudian mengalihkan kegiatannya ke Desa Telaga Said. Di lokasi kedua ini, pengeboran mengalami sedikit kesulitan karena struktur tanah lebih keras dibandingkan dengan struktur tanah di Telaga Tiga.

Usaha menembus struktur tanah yang keras itu akhirnya membuahkan hasil. Saat pengeboran mencapai kedalaman 22 meter, berhasil diperoleh minyak sebanyak 1.710 liter dalam waktu 48 jam kerja. Saat mata bor menyentuh kedalaman 31 meter, minyak yang dihasilkan sudah mencapai 86.402 liter, dan jumlah itu terus bertambah. Hingga pada 15 Juni 1885 ketika pengeboran mencapai kedalaman 121 meter, tiba-tiba muncul semburan kuat gas dari dalam berikut minyak mentah dan material lainnya dari perut bumi. Sumur itu kemudian dinamakan Telaga Tunggal I

Sumur inilah yang mencatatkan namanya dalam sejarah Perminyakan Indonesia yang merupakan sumur pertama yang berhasil memuncratkan minyak dari dalam perut bumi Nusantara. Ia merupakan pemicu gencarnya eksplorasi migas di berbagai tempat di Indonesia. Penemuan sumur ini hanya berjarak 26 tahun dari eksplorasi sumur minyak pertama di dunia pada 27 Agustus 1859 di Titusville, negara bagian Pennsylvania, yang diprakarsai Edwin L. Drake dan William Smith dari Seneca Oil Company. 
Zijlker, via family-pata.blogspot.com
Akhirnya nama Aeliko Janszoon Zijlker pun tercatat dalam sejarah, sebagai penemu sumur minyak pertama dalam Sejarah Industri Perminyakan di Indonesia. Ia kemudian dengan sejumlah koleganya mendirikan perusahaan minyak dengan nama Royal Dutch atau yang lebih dikenal dengan nama Shell Dutch pada tahun 1885. Dan pada tahun 1890, Belanda secara resmi mendirikan perusahaan minyak di Indonesia yang diberi nama NV Koninklijke Nederlandsche Petroleum Maatschappij, atau Royal Dutch Petroleum Company. Zijlker mengalihkan konsesinya ke perusahaan ini, dan ia meninggal pada Desember 1890 di Singapura. 
Reerink, via geomagz.geologi.esdm.go.id
---Sejatinya Zijlker bukan orang pertama yang melakukan pengeboran minyak di Indonesia. Jauh lagi sebelum itu, pada tahun 1871, seorang Belanda lainnya bernama Jan Reerink menjadi orang pertama yang membor bumi Nusantara untuk mencari emas hitam. Reerink mencoba peruntungannya di Cibodas Tangat, Kecamatan Majalengka, Jawa Barat. Namun, karena kurang pengalaman dan peralatan yang minim, usaha itu mengalami beberapa kegagalan. Reerink, yang merupakan seorang saudagar toko kelontong itu menutup sumur-sumur eksplorasinya pada tahun 1876 dan kembali berdagang.---
Kilang Minyak dan Pelabuhan, via migasreview.com
Untuk mendukung kegiatan eksplorasi minyak di Pangkalan Brandan ini, maka dibangunlah Kilang Minyak dan jaringan pipa sebagai penunjang kegiatan eksplorasi. Kilang inilah nantinya yang menjadi saksi bisu perjuangan para pejuang kemerdekaan dalam membentuk kejayaan energi yang mandiri. Kilang dibangun oleh Jean Baptist August lewat De Koninklijke pada tahun 1891, dan mulai berpoduksi sejak 1 Maret 1892. 

Saat itu perusahaan dipimpin oleh De Gelder. Pengoperasian Kilang Minyak saat itu dengan peralatan yang masih terbilang sederhana dan kapasitas produksi juga masih kecil. Pada tahun 1898, Belanda membangun tangki-tangki penimbun dan fasilitas pelabuhan di Pangkalan Susu guna mengekspor minyak yang sudah diolah, sekaligus menjadi pelabuhan pengekspor minyak tertua di Indonesia. 
Pelabuhan Pangkalan Susu, via http://1.bp.blogspot.com
Telaga Tunggal I sendiri akhirnya berhenti beroperasi pada tahun 1934 setelah jutaan barel minyak sudah berhasil disedot dan dikeluarkan pemerintah Belanda melalui perusahaan Royal Dutch, Royal Dutch Petroleum Company hingga Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM). Beberapa sumur lainnya juga ditemukan di sekitar area Telaga Tunggal I, namun juga sudah ditinggalkan sejak lama. 
Setelah Kilang Minyak dioperasikan selama puluhan tahun oleh Belanda, pada tahun 1942 ketika Perang Dunia II sedang terjadi. Belanda mengalami kekalahan seiring gencarnya invasi dari Jepang yang juga menginginkan minyak Indonesia. Sebelum meninggalkan Indonesia, tentara Belanda dengan nama Verielings Corps membumihanguskan kompleks Perusahaan tambang minyak di Pangkalan Brandan dan Pangkalan Susu, terutama kilang penyulingan minyaknya dalam kurun 9 – 11 Maret 1942. Ini dilakukan Belanda agar Jepang tidak bisa menikmati fasilitas Kilang Minyak tersebut. Jepang tiba di Pangkalan Brandan tanggal 13 Maret 1942 dan mendapati keadaan kilang minyak bumi di Pangkalan Brandan dalam keadaan 70% rusak.

Namun, Jepang ternyata bisa memperbaiki kilang-kilang tersebut dalam tempo singkat oleh ahli-ahli teknik konstruksi perminyakan yang tergabung dalam Nampo Nen Rioso Butai, (sebuah unit dalam Angkatan Darat Jepang). Lalu dengan kedatangan sejumlah ahli dan teknisi Perminyakan Jepang serta pemanggilan kembali para pegawai perminyakan Indonesia yang tadinya bekerja di BPM, Stanvac, Caltex dan lainya, produksi minyak membuahkan hasil dengan prestasi luar biasa. Dalam waktu yang singkat Jepang telah mampu memproduksi kembali minyak mentah maupun bahan bakar minyak, bahkan menemukan sumur-sumur produksi baru. 


Jepang merubah nama BPM menjadi Sayutai. Catatan yang ada menunjukkan, produksi minyak bumi Indonesia tahun 1943 saat Jepang berkuasa, hampir mencapai 50 juta barel. Sedangkan produksi sebelumnya pada 1940 adalah 65 juta barel. Hasil kilang pada 1943 sebesar 28 juta barel. Sedangkan pada tahun 1940 mencapai 64 juta barel. 
Menara Pemboran yang Dioperasikan Sayutai, via edyfranjaya.wordpress.com
Tenaga kerja perminyakan Indonesia yang dipanggil kembali untuk bekerja dalam rangka rehabilitasi lapangan dan kilang–kilang minyak tersebut diajari berbagai keterampilan oleh Jepang. Jepang juga memberikan kesempatan bagi pemuda-pemuda di sekitar Pangkalan Brandan untuk mendapatkan pendidikan perminyakan. Selain mata pelajaran teknis, bidang kemiliteran dan disiplin sangat diperhatikan di lembaga-lembaga pendidikan itu. 
 
Selanjutnya latihan militer diperoleh para pemuda Pangkalan Brandan setelah dibentuknya badan-badan seperti Seinendan, Kaibodan, Pembela Tanah Air (PETA), Gyugun dan Heiho. Ternyata mereka yang pernah dilatih dalam badan-badan inilah nantinya pada masa revolusi tampil memegang peranan penting dalam menghadapi Pasukan Belanda yang hendak menjajah kembali negeri ini. 
Latihan Militer Jepang, via edyfranjaya.wordpress.com
Suatu kemajuan bagi buruh perminyakan Indonesia ialah diperolehnya kesempatan lebih luas untuk menempati kedudukan yang lebih tinggi diperusahaan, yang mana pada zaman penjajahan Belanda hanya boleh dijabat oleh bangsa Belanda saja. Salah seorang tenaga bangsa Indonesia yang mendapat kesempatan menduduki jabatan tinggi di Kilang Minyak Sayutai ialah S.H. Supardan, yang menjadi Kepala Bidang Administrasi pertengahan tahun 1942.

Dari kalangan buruh tambang minyak, terdapat Djohan yang merupakan pemimpin dari Laskar Minyak yang dibentuk. Ia adalah seorang bekas pegawai Shell yang dahulu pernah dikirim ke Negeri Belanda selama 6 bulan untuk menambah ilmu pengetahuan perminyakan, dia juga yang menolak tugas dari Belanda untuk membumihanguskan Pangkalan Brandan dulu, karena merasa sayang membinasakan sesuatu yang ia ikut membangunnya. 


Tak lama Jepang menguasai Nusantara. Agustus 1945 serangan besar-besaran dari sekutu membuat Jepang bertekuk lutut dalam kancah perang dunia kedua. Terlebih 2 kota di Jepang mendapat "hadiah" bom atom dari sekutu. Setelah Jepang menyerah kalah, Negara Republik Indonesia diproklamirkan di Jakarta oleh Soekarno Hatta. Dengan ini pula serta merta segala asset berpindah menjadi milik negara.

Pengalihan kekuasaan seluruh Tambang Minyak Sumatera Utara yang sebelumnya dikuasai Jepang, akhirnya dikuasai Pemerintah Republik Indonesia. Pada September 1945 diadakan serah terima seluruh Tambang Minyak Pangkalan Brandan dari Penguasa Jepang kepada Anggota Pemerintah R.I di Sumatera Utara, disaksikan oleh Komisi Tiga Negara (KTN).

Pada 17 Juni 1946, setelah dengan perundingan serta mediasi panjang yang melibatkan Inggris. Dilaksanakan Serah Terima penguasaan atas Perusahaan Tambang Minyak Sumatera Utara di Pangkalan Brandan dan Pangkalan Susu kepada Pihak Pemerintah Indonesia. Penyerahan kekuasaan ini dilakukan secara sah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku ketika itu, diserahkan oleh Pemerintah Jepang diwakili oleh Nakamura kepada Pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Residen Abdul Karim, Ms serta Pengacara Luat Siregar yang bertindak atas nama Gubernur Sumatera Utara Republik Indonesia yang dijabat oleh Teuku Moehammad Hasan yang ketika itu berkedudukan di Bukit Tinggi. 


Rombongan disambut oleh Bupati Langkat Adnan Nur Lubis, Wadana Teluk Aru Basir Nasution, dan Ketua KNI Wilayah merangkap Komandan Wilayah Teluk Aru Letnan Dua M. Haiyar. Acara serah terima secara formal dari Pihak Sekutu kepada Pemerintah Indonesia, dilaksanakan di Kantor Besar Perusahaan Tambang Minyak Sumatera Utara di Pangkalan Brandan (Sekarang Kantor Keuangan Pertamina Pangkalan Brandan) juga disaksikan oleh wakil Pers dari Medan Mohammad Said Pemimpin Redaksi Harian WASPADA Medan. Peristiwa ini disusul dengan pembentukan Perusahaan Minyak Nasional Pertama yang diberi nama Perusahaan Tambang Minyak Negara Republik Indonesia (PTMNRI).

Tanggal 20 Juni 1946, Gubernur Sumatera Utara Teuku Moehammad Hasan mengeluarkan Surat Keputusan yang isinya adalah menugaskan KNI Wilayah Teluk Aru mengatur dan menerbitkan serta mengangkat orang-orang yang berkompeten untuk menjadi Pimpinan Umum serta Kepala Bidang PTMNRI Kabupaten Langkat. S.H. Supardan diangkat sebagai Pimpinan Umum PTMNRI dan Djohan sebagai Kepala Bidang Teknik PTMNRI.

Dengan ini kekuasaan untuk menguasai tambang minyak telah beralih ketangan Republik, seluruh pekerja bekerja dengan penuh semangat. Pemerintah Indonesia menerima Perusahaan Tambang Minyak itu, dengan kondisi Kilang penyulingan minyak dalam keadaan cukup baik, kerusakan-kerusakan akibat pemboman Sekutu pada tanggal 4 Januari 1945 telah sepenuhnya diperbaiki dan memiliki kapasitas produksi sebanyak 2,4 ribu barrel per-hari. Minyak yang diolah disini didistribusikan ke Daerah Aceh, Sumatera Timur dan Tapanuli.  


Seiring berjalannya waktu, Badan-badan Ketentaraan dan Kelaskaran berebut menginginkan jatah-jatah Istimewa, sehingga menyulitkan Pimpinan PTMNRI untuk mengatur dan membagi serta mendistribusikan minyak tersebut. Akhirnya Pemerintah Sumatera, setelah menerima laporan dari Bupati Langkat pada waktu itu Adnan Nur Lubis meminta kepada Panglima Komando Tentara Sumatera agar PTMNRI statusnya di Militerisasi-kan. 

Perihal kejadian tersebut dapat dimaklumi dan disetujui, dalam waktu singkat, yaitu pada bulan Oktober 1946, Mayor Jendral Suhardjo Hardjo Wardojo selaku Panglima Komandan Tentara Sumatera datang ke Pangkalan Brandan meresmikan Militerisasi PTMNRI, dengan melantik S.H. Supardan sebagai Mayor Tituler dan Djohan sebagai Kapten Tituler. Demikian pula kepada Kepala Bidang lainnya, dilantik menjadi Kapten Tituler dan Kepala Eksploitasi Pangkalan Susu menjadi Letnan Satu Tituler.

Sebulan kemudian, Tambang Minyak telah membentuk Batalyon Tentara Pengawal Kereta Api dan Tambang Minyak (TPKA&TM) dibawah Kepemimpinan Kapten Nazaruddin. Dalam penguasaan Indonesia, Kilang ini hanya menghasilkan sedikit bahan bakar yang hanya cukup digunakan oleh Kelompok Pejuang Republik Indonesia.


Untuk selanjutnya Kilang Minyak ini menjadi saksi bisu peristiwa-peristiwa penting pasca kemerdekaan. Temasuk Pangkalan Brandan Lautan Api, itu merupakan bukti Perjuangan Para Laskar Minyak dalam mempertahankan kemerdekaan dan juga kemandirian energi nasional. Dan seiring berjalannya waktu, dengan beragam regulasi-regulasi pemerintah. Penguasaan Kilang dan Lapangan Minyak di Kabupaten Langkat berpindah-pindah "tuan". Hingga akhirnya saat ini berada di bawah naungan perusahaan miliki negara, PT. Pertamina EP Asset 1 yang menaungi beberapa lapangan minyak di Sumatera, termasuk Pangkalan Susu.


next : Pangkalan Brandan Lautan Api





Sumber-sumber :
langkatonline.com
edyfranjaya.wordpress.com 
www.migasreview.com
www.kompasiana.com
id.wikipedia.org
lenteradiatasbukit.blogspot.co.id
finance.detik.com
http://bangduns.blogspot.com/2018/07/awal-mula-pt-pertamina-ep-pangkalan-susu.html
http://pustakatambang.blogspot.com/2012/06/pertamina-pangkalan-susu.html

Thursday, July 6, 2017

Nongkrong Asyik di Awan Cafe, Cafe Gahol anak Natuna

Alhamdulillah, kali ini masih diberi kesempatan untuk kembali mudik ke kampung halaman. Memang sejak kuliah dulu, dapat jatah pulang kampung hanya 1 sekali dalam setahun, saat momen hari Raya Idul Fitri saja, lainnya ya di rantau orang terus, terus, turun naik turun naik teruss. Dan setiap pulang kampung ada saja perubahan di kampung saya ini, meskipun banyak yang tidak berubahnya, nah lo bingungkan?

Mulai dari dirobohkannya bangunan bersejarah saat pulkam tahun 2014. adanya tempat-tempat wisata baru saat pulkam tahun 2013, dan lain-lain. Dan hasil pengamatan saya saat pulkam tahun 2017 ini adalah banyaknya barbershop dan cafe-cafe gahool yang muncul. Mengadopsi gaya kekinian dari media sosial, anak-anak muda di Natuna banyak yang terinspirasi rupanya.
Awan Cafe, Ranai
Dari sekian banyak cafe yang ada, saya memilih Awan Cafe untuk disambangi. Berhubung setelah lebaran, sebelum berangkat kembali merantau. Saya dan keluarga nongkrong di tempat ini. Awan Cafe terletak di jalan Dt. Kaya Wan Muhammad Benteng, di Jemengan, tepat sebelum jalan masuk ke Masjid Agung jika kita dari arah kota.

Ownernya bernama Agus, -cewek lo ini-, adik kelas di SMA dulu. Konsep Awan Cafe saat unik, mengingatkan saya akan Jogja. Tata letak gambar-gambar, adanya permainan uno yang disediakan, serta desain susunan lampu ditata sangat unik.
Menu andalannya saya tebak adalah mie dalam kelapa, namun berhubung saat kami kesana sedang tidak tersedia, jadi kami hanya memesan beberapa snack, kentang goreng, nuget, dan beberapa minuman. Harganya lumayan terjangkau untuk daerah Ranai, saat kami kesana kami mendapat diskon, jadi tidak tahu harga aslinya berapa. Hhe.


Nah, jika sedang di Ranai, dan bingung mau kongkow bareng temen-temen dimana, Cafe Awan merupakan alternatif terbaik untuk kamu-kamu semua. Cafe gahool untuk anak gahool Ranai.