Setelah dari Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan, perjalanan wisata ala-ala kami berlanjut ke Museum Flora dan Fauna Tarakan. Museum ini terletak di Rumah Bundar, daerah Pamusian, tepat di belakang Bank Mega jalan Jendral Sudirman, Tarakan. Disini. Dahulu Rumah Bundar yang merupakan cagar budaya Kota Tarakan ini merupakan museum sejarah Kota Tarakan, namun beralih fungsi menjadi Museum Flora dan Fauna yang diresmikan ole bapak Walikota Sofian Raga pada tanggal 6 November 2017 setelah bangunan Museum Sejarah Kota (nanti kita kesana, yak) selesai dibangun.
Roemah Boendar |
Museum Flora dan Fauna Tarakan ini buka setiap hari dari jam 8 pagi hingga jam 4 petang, berisi beragam koleksi tentang hewan dan tumbuhan yang menghuni Tarakan dan sekitarnya dengan jumlah hampir 200 koleksi. Dikemas dalam bentuk gambar (foto), potongan-potongan kayu, dan ada pula binatang yang diawetkan, dibagi kedalam beberapa ruangan yang ada di Roemah Boendar. Museum ini terdiri dari 5 ruangan dan 1 ruang terbuka yang berada di halaman belakang museum.
Ruang pertama yang kami masuki adalah ruangan utama museum, masuknya gratis tanpa dipungut biaya, lalu isi buku tamu dan tulis kesan dan pesanmu disitu. Potongan pohon Gaharu berukuran kurang lebih 2 meter menyambut kami di ruangan utama ini. Beberapa gambar flora dan fauna Tarakan juga dipajangkan di sini. Termasuk sejarah mengenai Roemah Boendar. Dahulu rumah yang berbentuk setengah bundar ini dibangun oleh Belanda pada tahun 1938 sebagai rumah dinas pegawai sipil Belanda yang bekerja di Tarakan. Lalu pada tahun 1945 dialihfungsikan oleh tentara sekutu Australia sebagai pos pemulihan lingkungan Tarakan yang rusak akibat perang. Dan pada tahun 2003, Pemerintah Kota Tarakan menjadikan bangunan ini sebagai cagar budaya dan difungsikan sebagai tempat perawatan warisan budaya dan pelayanan informasi sejarah Tarakan, hingga akhirnya pada 2017 diresmikan menjadi museum Flora dan Fauna Tarakan.
Memasuki ruang kedua disebelah kanan ruang utama tadi ada ruangan pameran beragam koleksi foto hewan-hewan yang ada di Tarakan. Beragam jenis burung, kadal, hingga gambar serangga banyak yang dipajang di ruangan ini. Burung Serindit yang merupakan ikon kota saya (Ranai - Natuna) juga ada disini rupanya. Hmmmm, harus bercocokologi dulu ni. 😀
Ruang
selanjutnya adalah pameran tumbuh-tumbuhan, potongan-potongan kayu yang
berdiameter 20 centimeter, sampel daun yang diawetkan dengan alkohol
(mirip seperti praktikum Biologi waktu SMA dulu). Potongan-potongan
serta gambar ini mengingatkan saya akan Museum Kayu
yang terletak di Tenggarong, Kutai Kartanegara. Konsep museum nya
hampir sama dan banyak kesamaan pohon-pohon yang tumbuh di Kutai dan
Tarakan ternyata.
Keluar dari ruangan tersebut, menuju ruang berikutnya terdapat hasil olahan rotan dan potongan-potongan kecil olahan kayu yang sudah jadi. Disepanjang dinding-dinding ruangan museum ini juga banyak dipajang gambar-gambar flora dan fauna yang membuat kita tak bosan sambil menambah pengetahuan tentunya dengan membaca keterangan-keterangan yang ada digambar. Ruangan berikutnya adalah beberapa hewan dan tulang-belulang yang diawetkan. Ada tengkorang Beruang Madu, tanduk-tanduk, kepiting, lobster bambu, ikan pepija, serta telur-telur hewan. Beberapa keterangan juga diberikan pada masing-masing objek.
Okay, pameran di dalam ruangan sudah selesai, ketika kami beristirahat di halaman belakang yang juga masih di dalam komplek rumah bundar ini ternyata masih terdapat beberapa koleksi museum. Diantaranya adalah ada beberapa akuarium yang diisi beberapa ikan, termasuk Ikan Lele Albino yang sedang hamil. Ada juga tumbuhan-tumbuhan hias yang biasa digunakan untuk menghiasi pekarangan rumah.
Yap, overall museum memang merupakan sarana wisata edukatif yang menyenangkan. Bisa menambah pengetahuan dengan berinteraksi dan melihat langsung di lapangan, karena belajar tak harus di sekolah saja kan. Pihak museum juga sedang mengembangkan beberapa fasilitas agar mengunjungi museum lebih menarik, seperti penambahan koleksi buku dan pemanfaatan ruang belakang museum sebagai tempat pemutaran video tentang Flora dan Fauna Tarakan. Dari sisi koleksi saya berharap akan ada penambahan koleksi lagi di museum ini, dan keterangan-keterangan gambar agar lebih dilengkapkan lagi. Maju terus pariwisata Tarakan. #Tarakansmartcity
Ruang pertama yang kami masuki adalah ruangan utama museum, masuknya gratis tanpa dipungut biaya, lalu isi buku tamu dan tulis kesan dan pesanmu disitu. Potongan pohon Gaharu berukuran kurang lebih 2 meter menyambut kami di ruangan utama ini. Beberapa gambar flora dan fauna Tarakan juga dipajangkan di sini. Termasuk sejarah mengenai Roemah Boendar. Dahulu rumah yang berbentuk setengah bundar ini dibangun oleh Belanda pada tahun 1938 sebagai rumah dinas pegawai sipil Belanda yang bekerja di Tarakan. Lalu pada tahun 1945 dialihfungsikan oleh tentara sekutu Australia sebagai pos pemulihan lingkungan Tarakan yang rusak akibat perang. Dan pada tahun 2003, Pemerintah Kota Tarakan menjadikan bangunan ini sebagai cagar budaya dan difungsikan sebagai tempat perawatan warisan budaya dan pelayanan informasi sejarah Tarakan, hingga akhirnya pada 2017 diresmikan menjadi museum Flora dan Fauna Tarakan.
Ruang Utama |
Ruang-ruang museum |
Keluar dari ruangan tersebut, menuju ruang berikutnya terdapat hasil olahan rotan dan potongan-potongan kecil olahan kayu yang sudah jadi. Disepanjang dinding-dinding ruangan museum ini juga banyak dipajang gambar-gambar flora dan fauna yang membuat kita tak bosan sambil menambah pengetahuan tentunya dengan membaca keterangan-keterangan yang ada digambar. Ruangan berikutnya adalah beberapa hewan dan tulang-belulang yang diawetkan. Ada tengkorang Beruang Madu, tanduk-tanduk, kepiting, lobster bambu, ikan pepija, serta telur-telur hewan. Beberapa keterangan juga diberikan pada masing-masing objek.
Okay, pameran di dalam ruangan sudah selesai, ketika kami beristirahat di halaman belakang yang juga masih di dalam komplek rumah bundar ini ternyata masih terdapat beberapa koleksi museum. Diantaranya adalah ada beberapa akuarium yang diisi beberapa ikan, termasuk Ikan Lele Albino yang sedang hamil. Ada juga tumbuhan-tumbuhan hias yang biasa digunakan untuk menghiasi pekarangan rumah.
Koleksi museum di halaman belakang |