Sunday, July 30, 2017

ERAU : Salah Satu Gawai Akbar Tertua di Nusantara

Akhir juli kemarin ada gawai besar di Tenggarong, ERAU namanya. Saya tau tentang ERAU ini udah lama sekali -masih zaman friendster- ketika secara acak dapat temen yang berasal dari Tenggarong, berbagi cerita tentang budaya hingga Ia bercerita tentang Tenggarong, saya semakin penasaran dengan gawai akbar ini. Saat kuliah pun dapat teman-teman dari Tenggarong juga dan ada banyak waktu untuk berbagi tentang ERAU. Dan saat ini, setelah merantau ke Kalimantan Timur sejak akhir 2015, saya fikir merupakan saat yang tepat untuk menghadiri acara besar ini. Setelah tahun lalu saya tidak bisa hadir karena bergelut dengan pekerjaan di luar KalTim.

Nama ERAU berasal dari kata EROH yang berarti ramai, riuh, ribut yang penuh dengan suka cita. ERAU pertama kali diadakan pada upacara tijak tanah dan mandi ke tepian ketika Aji Batara Agung Dewa Sakti berusia 5 tahun. Saat pengangkatan beliau menjadi Raja Kutai yang pertama (1300-1325) juga diadakan upacara ERAU. Sejak saat itu ERAU selalu diadakan ketika penggantian atau penobatan Raja-Raja Kutai Kartanegara. Lalu ERAU berkembang menjadi acara pemberian gelar bagi tokoh yang berjasa terhadap kerajaan. Upacara ERAU dulu dihadiri oleh banyak kalangan abdi kerajaan yang datang dari berbagai tempat dalam wilayah kesultanan dengan membawa bekal makanan, buah, ternak, hingga pelaku kesenian. Sultan dan kerabat kerajaan menjamu rakyat dengan baik sebagai tanda terimakasih Sultan atas pengabdian rakyatnya. Terakhir kali ERAU dilaksanakan menurut tata cara Kesultanan Kutai Kartanegara adalah tahun 1965 saat pengangkatan Putra Mahkota, Aji Pangeran Adipati Praboe Anoem Soerya Adiningrat. 

Seiring berkembangnya waktu, acara akbar ERAU ini digabung menjadi satu dalam agenda pemerintahan Kabupaten Kutai Kartanegara, namanya pun berubah, menjadi EIFAF (Erau International Folk Arts Festival). Sebuah perpaduan acara adat, seni dan budaya berskala international yang dihelat selama kurang lebih 1 minggu. 

Saat melihat kalender dan mencocokkan dengan jadwal kerja, akhirnya saya dapatkan tanggal yang pas untuk menghadiri festival ini, tepat dihari pertamanya. Sudah lama memang saya persiapkan untuk datang karena dari dulu sudah penasaran dengan acara ini. Perjalanan dari Balikpapan saya mulai dengan naik bis dari Terminal Batu Ampar menuju terminal Sungai Kunjang di Samarinda dalam waktu kurang lebih 2,5 jam. Lanjut menuju ke Tenggarong dengan sepeda motor, perjalanan Samarinda - Tenggarong ditempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam perjalanan.

Kegiatan Hari pertama dari rangkaian kegiatan EIFAF ini adalah Kirab Budaya, yang diikuti oleh beberapa negara seperti India, Cina Taipei, Thailand, Korea Selatan, Jepang, Slovakia, Bulgaria, dan Polandia. Negara-negara ini tergabung dalam anggota organisasi CIOFF (International Council of Organizations of Folklore Festivals and Folk Arts). CIOFF adalah sekelompok perwakilan nasional non-profit festival seni lokal organisasi. Sebagai organisasi non-pemerintah, CIOFF adalah konsultatif berwenang untuk UNESCO. Organisasi CIOFF inilah yang mengurus pelestarian kebudayaan dan menjembatani hubungan antar bangsa melalui festival-festival kebudayaan rakyat. Selain beragam negara, kirab budaya ini juga diikuti oleh beberapa suku di Indonesia yang tumbuh dan berkembang di Kukar, ada Minang, Sulawesi Selatan, Banyuwangi, Bali, Dayak dll. 
Kirab Budaya dimulai dari sepanjang jalan utama Tenggarong menuju Kedaton Kesultanan Kutai Kartanegara. Kirab budaya ini menampilkan adat budaya masing-masing peserta. Penampilan puncaknya di halaman Kedaton Kukar, yang ditonton oleh unsur Kerajaan dan Pemerintahan serta undangan. Cuaca yang cukup panas saat itu tak menjadi halangan bagi peserta untuk unjuk kebolehannya. Bahkan masyarakat sangat antusias menonton kirab budaya tersebut. Terlebih lagi anak-anak sekolah yang mengincar kontingen Korea Selatan untuk berswafoto bersama oppa-oppa nya itu. 😐
Kontingen Korea Selatan yang jadi incaran anak sekolah.
Peserta menampilkan seni dan budayanya masing-masing di halaman Kedaton. Tampak hadir di sana adalah bu Rita, bupati Kabupaten Kukar yang sangat dicintai warganya, "Dia itu down to earth banget", kata rekan saya saat berbicara tentang beliau. Unsur-unsur pemerintahan yang lain juga tampak duduk di kursi tamu untuk menyaksikan penampilan peserta kirab budaya. Partisipasi warga dalam acara ini juga sangat besar, memadati halaman Kedaton Kukar. Sepertinya acara ini sangat ditunggu-tunggu mengingat acara ini merupakan acara tahunan yang sudah masuk dalam kalender wisata nasional. Sayangnya saya hanya bisa mengikuti kegiatan dihari pertama ini saja, karena keterbatasan waktu. Makanya momen langka bagi saya ini akan secara maksimal saya gunakan. Mengabadikan kegiatan kirab dan berfoto bersama peserta, sambil mengenali budaya mereka, (sambil-sambil promosikan Natuna), dan sedikit bertukar bahasa. Ada banyak bahasa yang saya dapati, namun hanya khop khun nya Thailand saja yang saya ingat. hhe. Khop khun berarti terimakasih. 😃
Khop Khun Thailand. :)
Kegiatan EIFAF ini diselenggarakan dari tanggal 22 sampai 31 juli 2017 diberbagai tempat di Tenggarong. Ada beragam kegiatan yang diselenggarakan, seperti mendirikan ayu, eksibisi permainan tradisional, berbagai lomba dan pentas seni, festival kuliner, street performance, beluluh, bapelas, beseprah, mengulur naga sampai belimbur, dan banyak lagi kegiatan-kegiatan yang lain. Rangkaian kegiatan ini merupakan gabungan dari acara adat Kesultanan Kutai yang berpadu dengan kegiatan dari pemda Kukar. Seperti Beseprah, merupakan acara makan bersama dengan masyarakat. Beseprah yang dalam fungsinya tidak hanya makan gratis, namun menjadi ajang pendekatan bagi kerabat keraton dan pemerintah dengan masyarakat sekitar merupakan bagian dari adat Erau. 
Jadwal EIFAF 2017
Mengulur naga juga merupakan acara yang sangat ditunggu-tunggu. Prosesi ini di gelar di halaman Keraton Kesultanan Ing Martdipura, Replika Naga akan menyusuri sungai mahakam dan berakhir di Kutai lama, Anggana. Dan yang terakhir adalah Belimbur, Belimbur merupakan acara puncak dari rangkaian ritual ini. Dalam ritul Belimbur, seluruh masyarakat antusias mengikuti Belimbur dengan suka cita dan keceriaan sambil basah-basahan karena memang ini yang paling ditunggu-tungu warga. Hal ini juga menjadi ajang masyarakat untuk memperkuat tali silaturahmi antar warga dengan berpartisipasi dalam ritual Belimbur. Aturannya dalam belimbur ini adalah jangan marah ketika kita disiram air, tanggapilah dengan suka cita, karena memang itu tujuannya, selama tidak melanggar batas-batas norma yang ada. Belimbur bermakna penyucian diri dari pengaruh jahat sehingga orang orang yang di limbur kembali suci dan menambah semangat dalam membangun daerah, serta lingkungan dan sekitarnya juga bersih dari pengaruh jahat.

Berikut beberapa foto dan video Kegiatan Kirab Budaya EIFAF 2017 :
Peserta dari berbagai negara
Peserta dari berbagai daerah

Persiapan penampilan kontingen Jepang
Wefie sama babang babang India
Say something first. :D

Sayangnya, sekali lagi. Saya tidak bisa mengikuti seluruh rangkaian kegiatan ini. Next time maybe. Sukses terus untuk Kukar atas terlaksananya EIFAF 2017 ini. Mantap.....



Sumber :
http://erau.kutaikartanegara.com
http://eifaf.visitingkutaikartanegara.com

3 comments:

  1. Tenggarong.. Kapan ya terakhir kesana? Tahun 2002 atau 2003 klo ga salah. Dari dulu bolak balik kesana mau nonton Erau gak pas terus waktunya..

    ReplyDelete