Mendengar nama Ambalat hal pertama kali yang terlintas adalah sebuah pulau di bagian utara Kalimantan yang menjadi sengketa antara Indonesia dan Malaysia. Maklum, saat masih suka nonton berita hal itu sedang hangat-hangatnya jadi topik pemberitaan. Namun ternyata Ambalat juga merupakan nama suatu pantai tersembunyi yang berada di Kabupaten Kutai Kartanegara, tepatnya di Dusun Selok Batu, RT IV Kelurahan Amborawang Laut, Kecamatan Samboja. Berbatasan dengan kecamatan Balikpapan Timur, Kota Balikpapan. Pantai Ambalat itu sendiri merupakan akronim dari AMBorAwang LAuT, nama desa tempat pantai tersebut berada.
Meskipun termasuk wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, akses terdekat menuju pantai ini adalah dari Kota Balikpapan, dengan jarak sekitar 30 km dari pusat kota. Saya sudah lama ingin ke pantai ini sebenarnya, setelah sebelumnya googling tempat wisata disekitaran Balikpapan, namun belum juga menemukan waktu dan rekan yang bisa diajak jalan. Baru kemarin saya pergi ke pantai ini, bertepatan dengan acara HUT Indobarca Chapter Balikpapan yang kebetulan saya juga anggotanya. Itulah asyiknya berkumpul dalam banyak komunitas. Kali ini konsep ulang tahunnya adalah "camping" yang berarti saya dan rekan-rekan akan menginap disini. Yeaay! 😀
Mengendarai kuda besi pinjaman, saya berangkat dari kost di Kariangau menuju jalan poros Balikpapan - Samboja. Membutuhkan waktu sekitar 90 menit berkendara dengan kecepatan rata-rata -agak ngebut dikit-. Kemudian dari jalan poros, ada jalan masuk menuju pantai dengan ditandai petunjuk arah bertuliskan "Pantai Ambalat : muter belakang", becanda denk, krik krik. Tulisannya gini : "Pantai Ambalat". Dari jalan poros menuju pantai lumayan jauh yaitu sekitar 7 km, jadi jangan sok-sokan untuk kesana jalan kaki ya, apalagi merangkak. Namun akses sudah mudah dengan jalan semenisasi hingga pantai. Masuk dari jalan poros menuju pantai, kita juga akan ditemani oleh suguhan suasana desa yang asri, rumah-rumah penduduk, sungai kecil, hingga pohon kelapa dan perkebunan waga menjadi pemandangan tenang yang menemani saat menuju pantai.
Camping ceria |
Sampai
disana hari sudah petang mendekati senja, maklum saya berangkat agak
telat setelah sebelumnya melaksanakan inspeksi di galangan kapal. Saat
tiba disana, tenda-tenda sudah terpasang, lampu, spanduk-spanduk
pelengkap acarapun sudah disiapkan, ternyata panitia sudah datang lebih
awal untuk persiapkan segalanya. Good job, mate. Saya mengambil tempat dan memilih tenda didekat pantai, saya menikmati alunan deburan ombak yang menepi. Tak banyak yang bisa diekplor karena malam sudah akan tiba. Saya hanya mengambil gambar pantai berlatar belakang jingga sunset.
Malamnya
kami hanya berfokus pada acara yang diadakan komunitas, bakar-bakar
ayam, ikan, makan-makan dan acara inti, serta ada juga nonton bareng
Barcelona vs Leganes, menang 3 - 0 donk, lega. Malam itu pula
hujan deras menemani acara kami, dan tidur di tenda masing-masing adalah
hal yang bisa kami lakukan, sambil menunggu hujan reda. Pohon pinus pantai Ambalat |
Ekosistem Bakau |
Kegiatan hari minggu pagi seperti biasa, sarapan, permainan dan kuis serta penutupan. Disela-sela acara ini saya ambil kesempatan untuk eksplor-eksplor tempat ini, sambil mencari spot-spot foto yang bagus kan, lumayan untuk ngisi galeri dan upload ke instagram. Pantainya tergolong bersih dengan pasir berwarna coklat, jarang memang bisa menemukan pantai berpasir putih disini. Lautnya juga tenang, cocok untuk berenang. Pantai ini kurang mendapat "polesan" pemerintah, mungkin karena letaknya jauh dan tersembunyi kali ya, dan pantai menunggu tangan-tangan kreatif untuk mengambil gambar dan menceritakan akan amazingnya plesiran ketempat ini. Untuk masuk ke kawasan ini saya tidak dipungut biaya karena sudah dikoordinir oleh panitia. Namun menurut berbagai sumber yang saya baca, biaya retribusi masuk pantai ini kurang lebih Rp. 5.000 / sepeda motor, dan Rp. 15.000 / mobil.
Pantai Ambalat saat surut |
Saat siang, air laut menjadi surut dan pantai Ambalat seakan "timbul" menampakan wujudnya. Panjang pantai ini kurang lebih 2 km dengan lebar ketika surut adalah 60 sampai 100 meter. Saat surut ini yang dimanfaatkan oleh wisatawan untuk bermain-main di pantai. Saya mengambil sepeda motor pinjaman yang kemarin dan pergi menyusuri pantai, mengambil beberapa gambar untuk menemukan spot foto yang ajiiiiib.
Pantai ini dikelola secara sederhana oleh masyarakat setempat, adalah LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat) Kelurahan Amborawang Laut yang mengelolanya dan bagian Keamanan dipercayakan pada Seksi Ketenteraman dan Ketertiban Kelurahan Amborawang Laut. Meski dikelola secara sederhana, namun fasilitas-fasilitasnya juga tak kalah dengan pantai-pantai lain. Toilet dan tempat bilas tersedia dengan biaya mulai dari 2.000, ada juga mushala, gazebo-gazebo untuk bersantai, hingga villa semi permanen dan permanen milik warga.
Setiap unit disewakan dengan harga kisaran dari 500.000 / malam, dengan fasilitas standar seperti dapur berikut kompornya, ranjang plus kasur, juga tangki air layak konsumsi, serta listrik. Fasilitas lain adalah penyewaan ban pelampung bagi kamu kamu yang berenang dengan membawa anak kecil, juga dilengkapi dengan warung-warung pelengkap untuk mencicipi kuliner khas pantai Ambalat yaitu air kelapa segar + serutan kelapanya. Kelapa disini sangat banyak, bahkan diekspor hingga Balikpapan dan Samarinda.
Sumber :
http://kec-samboja.blogspot.co.id/p/pantai-ambalat-samboja.html
http://www.infolegit.com/2017/10/pantai-ambalat-balikpapan.html
http://godiscover.co.id/index.php/2016/04/08/pantai-ambalat/