Saturday, October 24, 2015

Akankah Kita Kembali Menjadi Nantoa?

Kemarin saat asyik membuka path, jempol saya berhenti pada salah satu postingan gambar yang di upload oleh teman path saya, gambar tersebut terdiri dari dua buah gambar yang digabung menjadi satu. Gambar yang pertama berisi seorang tentara China sedang meneropong sesuatu dengan headline "Hutang Sudah Terlalu Banyak, Jokowi Relakan Pulau Natuna Diklaim China?", kemudian gambar kedua adalah gambar Kapal Perang China dengan headline "Siap Perang dengan China, TNI Kirim Tujuh KRI ke Natuna".

Sontak dengan reflek cepat saya langsung repath postingan tersebut agar masuk ke timeline path saya. Hmmm beragam tanggapan saya dapatkan, hal yang sama saya lakukan di akun FB, juga mendapat tanggapan yang banyak pula.

Natuna, pulau kecil di ujung utara Indonesia itu dari dulu kerap menjadi rebutan negara-negara asing disekitar Indonesia. Terutama Malaysia, bahkan beberapa waktu lalu, saudara serumpun itu terang-terangan mengatakan seharusnya Natuna itu miliknya, dijabarkan pula beberapa bukti kuat tentang hal itu yang jika ditelaah memang benar adanya, tapi masalahnya kok telat? Kenapa tidak dari dulu yak. :D. Negara lain yang iseng yaitu Thailand, Vietnam, kapal-kapal nelayan mereka kerap kali ditangkap oleh pasukan TNI AL dan dibawa ke Natuna untuk ditahan.
via http://news.okezone.com
Namun baru-baru ini muncul lagi "negara" baru yang siap mengklaim Kepulauan Natuna menjadi miliknya, dia adalah China / Tiongkok. Bahkan dengan terang-terangan mereka mengatakan Natuna adalah bagian dari wilayahnya, mereka juga sudah membangun armada Angkatan Laut dengan senjata lengkap di sekitar Laut Cina Selatan. Yang saya tanyakan, pengklaiman ini sudah dari dulu atau baru terjadi saat ini?
Laut Natuna memang mempunyai nama lain yakni Laut Cina Selatan, tapi apakah hanya dengan itu negara RRC langsung mengklaim bahwa Natuna itu miliknya, atau ada maksud lain dari (sebut saja politik) dibalik ini semua?

Memang, Pulau diujung utara Indonesia ini memiliki cadangan Gas terbesar se Asia, bahkan cadangan yang sangat besar ini "masih perawan" belum dieksplorasi, banyaknya cadangan Gas ini didukung pula oleh melimpahnya cadangan Minyak Bumi yang ada dilaut Natuna, yang saat ini sudah ada belasan KKKS yang beroperasi disana. Belum lagi hasil laut nya yang melimpah, serta alamnya yang begitu indah untuk dikembangkan disektor pariwisata. Tak heran, penjaga gerbang utara Indonesia ini selalu diingini oleh negara tetangga.
Namun, headline berita diatas (jika memang berita itu benar) menggambarkan seakan-akan ada tanya besar, apakah pemerintah pusat sudah letih dan rela saja Natuna ini diklaim oleh China? Ditambah lagi disaat-saat awal, calon presiden Jokowi tidak ambil peduli tentang konflik yang ada di Laut Cina Selatan ini.
"biarlah itu urusan negara lain dengan negara lain, kita tidak usah ikut campur"
-Pidato Capres Jokowi dalam debat calon presiden.
Namun, alhamdulillah beliau akhirnya sadar, dan ketika sudah lima bulan menjadi presiden, beliau bersikap tegas terhadap China perihal pengklaimannya terhadap wilayah Natuna. 
Berita bulan maret 2015, via http://www.merdeka.com
Bahkan, Panglima TNI yang baru saja dilantik rela berlebaran di Natuna guna memantau kesiapan pasukannya menjaga Natuna untuk tetap dalam kedaulatan Negara Indonesia.
via http://www.tribunnews.com
Namun berita yang diterbitkan oleh majalahberita.com tanggal 22 Oktober (yang saya masih berharap itu tidak benar) kemarin sangat mengejutkan kami sebagai orang Natuna. Namun ada juga berita "penggembira" yang diterbit oleh medansatu.com tentang kesiapan perang dari TNI untuk menjaga Natuna dari negara asing. Apapun itu, kami masih mengharapkan tindakan tegas dari pemerintah pusat terkait hal ini. Indonesia sekarang memang dilanda berbagai macam cobaan, semoga pak Presiden beserta jajarannya bisa melewati cobaan ini. Bismillah.

Jangan sampai Sipadan dan Ligitan terjadi kepada Natuna. Kami masih Indonesia. Garuda masih ada dalam dada. Namun jika memang ingin Natuna pergi untuk melunasi hutang, saya usulkan saja jual Natuna pada Malaysia atau Brunei saja pak. Jangan yang lain. Tapi jika ingin dipertahankan, saya rasa rakyat Natuna juga akan ikut serta mendukung dan membela Indonesia. 

Gerakan cepat dan nyata sangat kami harapkan dari pemangku kepentingan di Negara ini. Jika tidak segera ditanggapi, maka Nantoa (nama Natuna versi Cina) akan kembali bangkit menjadi bagian dari wilayah Republik Rakyat Tiongkok.

#natunajugaIndonesia



Thursday, October 22, 2015

Perjalanan 15 tahun IPMKNY

Hari ini, tanggal 22 Oktober merupakan Hari Ulang Tahun IPMKNY. IPMKNY merupakan singkatan dari Ikatan Pelajar Mahasiswa Kabupaten Natuna Yogykarta, sebuah wadah yang menampung segala aspirasi pelajar dan mahasiswa asal Natuna yang menuntut ilmu di Jogja dan sekitarnya.

IPMKNY secara resmi berdiri pada tanggal 22 Oktober tahun 2000, didirikan oleh mahasiswa-mahasiswa asal Natuna yang menuntut ilmu di Jogja, pembentukan ini atas dasar senasib sepenanggungan di tanah rantau. Rasa kekeluargaan ini lah yang menjadi bibit tumbuhnya organisasi besar seperti IPMKN Yogyakarta ini.



Sejarah terbentuknya IPMKNY tak luput dari runtuhnya rezim totaliter-otoriter Orde Baru yang membawa konsekuensi logis terhadap perubahan sistem dan struktur politik di negeri ini. Hubungan antara pusat dan daerah yang selama ini diterjemahkan secara sentralistik kini bergeser kepada hubungan yang lebih menekankan aspek loakalitas masing-masing daerah. Terlepas dari pelaksanaan dari konsep diatas justru menimbulkan kompleksitas permasalahan yang luar biasa. Ada sebuah kejadian yang mungkin jika diukur dengan indikator sejarah nasional, ini bukanlah sebuah peristiwa yang besar tapi justru menjadi catatan tersendiri bagi siapa saja yang pada masa itu menjadi pelaku sejarah Organisasi etnis ini. 

Pada suatu hari yang biasa anak-anak etnis yang juga terhinggapi eforia reformasi marapatkan barisan dengan harapan mereka bisa membentuk suatu wadah dan sekaligus instrument guna mewarnai sejarah hari ini, pada tanggal 22 Oktober tahun 2000, bertempat di Asrama Putra Riau di Jalan Bintaran lahirlah sebuah organisasi yang mereka beri nama Ikatan Pelajar Mahasiswa Kabupaten Natuna (IPMKN) Yogyakarta. IPMKN Yogyakarta tidaklah lahir secara serta merta, jauh sebelum itu pembacaan akan perlunya sebuah organisasi untuk mewadahi kreatifitas, intlektualitas dan segala potensi yang dimiliki oleh segenap utusan daerah yang tengah menuntut ilmu di Yogyakarta juga kerap kali didiskusikan. Gagasan akan perlunya organisasi tersebut sempat terpikirkan bahkan sudah masuk dalam usaha pembentukan. 

Namun mereka akhirnya belum berhasil mencetuskan organisasi itu, barulah lewat Tim Perintis yang beranggotakan ; Alias Kadir, Nurhakim, Santi, Edra Zulhendri, Yandri Budi Karseno, Subbihi, Yetti, Lukman, Yana, Hendriyana, Budirianto, Mat Nazar, Nelly Syafitri, Hendri Wahyudi, Faturahman, Reza Ivanda, Juni, dan ada beberapa nama yang ikut andil namun karena keterbatasan waktu serta dokumentasi nama mereka tidak tercatat.
Hendriyana, salah satu sesepuh, saksi hidup pembentukan IPMKN Yogyakarta

Selama 15 tahun ini, IPMKNY bayak mengalami perubahan-perubahan yang mengikuti arus zaman serta berbagai aspek lainnya. Pada tahun 2010 melalui kesepakatan Kongres Ikatan Pelajar Mahasiswa Kepulauan Riau Yogyakarta (IPMKRY), dilanjutkan dengan diskusi yang alot pada Musyawarah Anggota IPMKNY tahun 2010, IPMKNY berubah nama menjadi IPMKRKNY (Ikatan Pelajar Mahasiswa Kepulauan Riau Kabupaten Natuna Yogyakarta). Perubahan nama ini terkesan hanya bersifat formalitas, bahkan dalam pengucapan sehari-hari masih akrab dengan sebutan IPMKNY. Akhirnya pada Kongres IPMKRY tahun 2012, IPMKRKNY kembali ke nama asalnya yaitu IPMKNY dan masih digunakan hingga sekarang.

Eksistensi IPMKNY sudah tidak usah dipertanyakan lagi. Di Jogja, IPMKNY dikenal melalui event-event (terutama olahraga) yang diikuti maupun yang diselenggarakan. Hampir tiap turnamen futsal, tim futsal IPMKNY selalu menembus partai final bahkan hingga menjadi juara, begitu juga dicabang sepak bola, bola voli, dan takraw. 

Tim Natuna B, dalam turnamen Badang Super Cup. IPMKR - Karimun.
Bahkan pada tahun 2014, sebuah turnamen yang diselenggarakan oleh Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah Indonesia cabang Yogyakarta (IKMPDI Yogyakarta) yang diikuti oleh seluruh perwakilan Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa provinsi yang ada di Yogyakarta membuat IPMKRY (yang keseluruhan tim sepak bolanya dimainkan oleh tim sepakbola IPMKNY) mendapat juara 2 setelah difinal takluk 1-0 oleh Mahasiswa dari Papua.

Sejarah mencatat bahwa IPMKNY juga merupakan organisasi mahasiswa daerah yang paling aktif diantara organisasi-organisasi mahasiswa daerah di bawah FKMNI (Forum Komunikasi Mahasiswa Natuna se Indonesia). Sedangkan di Natuna, eksistensi IPMKNY jangan diragukan lagi, IPMKNY selalu mengadakan dan mengikuti berbagai acara tiap tahun ketika musim libur kuliah tiba.

Salah satu kegiatan IPMKNY di daerah adalah Bulan Bhakti. Kegiatan Bulan Bhakti merupakan kegiatan akbar IPMKNY di daerah, maksud dari kegiatan ini adalah mengaplikasikan ilmu yang didapat dari Jogja ke masyarakat Natuna, kegiatan yang diselenggarakanpun beragam sesuai dengan kesepakatan panitia dan dana. Mulai dari tanam pohon, tanam bakau, sosialisasi ke sekolah-sekolah tingkat SMA, serta kegiatan kemasyarakatan seperti donor darah, turnamen futsal, mendaki gunung dll. Tujuannya adalah walaupun kami jauh-jauh merantau di tanah Jawa, kami tidak lupa dengan negeri sendiri tempat kami berasal, kami mengabdi dan berbakti untuk negeri tempat kami dilahirkan dan tumbuh menjadi dewasa.



Saya dan IPMKNY.
Saya secara resmi masuk menjadi anggota IPMKNY pada tahun 2009, sejalan dengan berkuliahnya saya di Jogjakarta. IPMKNY mengajarkan banyak hal. Ia mengajarkan arti solidaritas, ia juga merupakan "keluarga pengganti" di Jogjakarta. Selama di Jogja, selama itu pula saya aktif di organisasi ini. Pengalaman yang saya dapatkan sudah tidak tahu lagi bagaimana saya menghitungnya, saat masuk pertama kali, saya sudah didelegasikan oleh ketua untuk menjadi tim 7 perwakilan Natuna dalam kongres V IPMKRY di Kaliurang. 
TIM 7 IPMKNY dan para senior yang membimbing kami, dalam Kongres ke V IPMKRY di Kaliurang januari 2010
Kemudian bersama teman-teman yang rata-rata angkatan 2009, kami langsung mendapat tugas besar yakni menjadi panitia dalam Musyawarah Anggota (april 2010) serta pelantikan pengurus IPMKNY (juni 2010).
Pantia Musyawarah Anggota IPMKNY 2010, seluruh panitia adalah angkatan 2009, kecuali Wan Irfan (duduk tengah : angkatan 2008). Pria diri kiri - kanan : Ryan, Ijan, Roni, Solihin, Fatul, Rudi, Mindo. Wanita kiri - kanan : Itun, Saidah, Nike, Deri, Gita, Novi. Duduk : Eka, Irfan (Rajes), dan Sony
Memberikan Sambutan saat pelantikan pengurus IPMKRKNY di asrama Natuna Glagah Sari, april 2010
Selang beberapa lama saya kembali mendapat amanah untuk memimpin rekan-rekan dalam misi "bukti bakti anak negeri" Bulan Bhakti IPMKNY tahun 2010. 
Bersama abang dan kakak senior, panitia, serta peserta Tanam Pohon "Wali Pohon" dalam kegiatan Bulan Bhakti IV tahun 2010
Sedangkan karier kepengurusan saya mulai dari menjadi anggota biasa, kemudian menjadi anggota divisi pers pada tahun 2010-2011, kemudian dilanjutkan menjadi koordinator Departemen Kaderisasi pada tahun 2011-2013, dan terakhir menjadi Koordinator Seni dan Budaya pada tahun 2013-2014. Setelah lulus saat ini pun saya terus ikut memantau perkembangan IPMKNY. Seakan tak bisa move on, kami para alumninya membentuk organisasi Ikatan Alumni Jogjakarta yang Musyawarah pertamanya diadakan di Ranai pada tahun 2015.
 
 

“Kita Boleh Saja Sekolah Setinggi-Tingginya, Namun Apabila Kita Tidak Berkarya Maka Kita Akan Hilang Dari Sejarah dan Masyarakat” 
Pramoedya Ananta Toer.

Selamat beranjak dewasa Organisasi yang telah mengajariku banyak hal. Terimakasih kepada para senior. 
Tetap solid dan eksis sampai "habis".
BRAVO IPMKNY!!!


22 Oktober : HUT 33 SMA Negeri 1 Bunguran Timur

Hari ini merupakan hari yang bersejarah bagi saya dan segelintir teman. Ya hari ini 22 Oktober, 2 "sesuatu" yang mempengaruhi hidup saya merayakan ulang tahunnya. Yang pertama adalah SMA Negeri 1 Bunguran Timur, yang kedua adalah IPMKN Yogyakarta. Untuk saat ini, yang akan saya bahas adalah tentang SMA Negeri 1 Bunguran Timur terlebih dahulu.

SMA Negeri 1 Bunguran Timur merupakan sekolah menengah atas tertua di Ranai, sekolah ini berdiri pada tanggal 22 Oktober 1982, letak sekolah ini di jalan Pramuka no 12, Ranai. SMA Negeri 1 Bunguran Timur telah banyak melahirkan alumni-alumni hebat baik di dalam maupun di luar Natuna. Tak banyak refrensi mengenai sejarah SMA ini, yang jelas sejak 1982 hingga 2015, sekolah ini mengalami banyak perubahan, mulai dari fisik hingga sistem yang diterapkan.

Saya masuk ke SMA ini pada tahun 2006 (angkatan 24) dan lulus tahun 2009. Kurun waktu 3 tahun cukup bagi saya untuk menikmati indahnya menjadi siswa SMAN 1 Bunguran Timur. Saat menjadi siswa baru, SMA 1 terdiri dari beberapa bangunan kelas, beberapa laboratorium, mushala, ruang majelis guru, TU, ruang BK, ruang OSIS, kantin, toilet (yang gak banget), ruang UKS, perpustakaan, dan dua aula di bagian belakang sekolah (tempat nongkrong saat cabut mata pelajaran), serta fasilitas tempat parkir, lapangan voli, basket, dan lapangan bola mini di belakang.

Seiring berjalanannya waktu, terjadi penambahan ruang kelas serta fasilitas lain mengingat banyaknya animo calon siswa yang mendaftar di SMA ini, (angkatan saya saja berjumlah lebih dari 160 hingga dibagi menjadi 4 kelas), sedangkan tahun berikutnya menjadi 5 kelas. Perubahan terjadi mulai dari bangunan, tentu banyak perubahan sesuai dengan perkembangan siswa, jaman, dan kebutuhan sekolah. Saat saya masih bersekolah, ada penambahan pembuatan aula terbuka dan juga dijadikan lapangan bulu tangkis, penambahan gedung serbaguna di bagian depan sekolah di samping mushala, dan penambahan 3 bangunan untuk laboratorium, dan satu gedung perpustakaan yang baru. Pada tahun-tahun tersebut juga terjadi perubahan pagar dari kayu menjadi tembok dan memiliki gapura serta perubahan lantai halaman dari rerumputan menjadi paving blok. 

Dan yang terakhir ketika saya pulang lebaran beberapa bulan lalu, SMA mengalami renovasi besar-besaran, sekarang berubah menjadi 2 tingkat dibagian depan, serta perubahan-perubahan lainnya. Huft, ternyata sekolah itu sama seperti mantan, selalu terlihat cantik ketika sudah ditinggalkan.

Fasilitas pendukung kegiatan siswa yang lain adalah ekstrakulikuler yang seabrek banyaknya, tinggal pilih aja. Yang suka seni? Ada. Yang suka olahraga? Ada. Yang suka marching band? Ada. Yang suka nikung gebetan temen? .......

Banyaknya kegiatan ekstrakulikuler bukan hanya sekedar main-main saja, ini terbukti sukses dengan banyaknya sumbangan piala dari berbagai turnamen. Pekan Seni dan Olahraga yang diadakan SMK Kelautan dan Perikanan pada tahun 2007 contohnya, kami berhasil mendapat juara 1 cabang Sepak Bola, Voli, dan juara dua tari. Untuk tingkat Sekolah Menengah Atas, boleh dibilang (saat itu) kami lah juaranya (sombong dikit).

Saya boleh dibilang eksis saat sekolah dulu, mengikuti hampir semua bidang ekskul, pernah menjadi tim seni dalam invitasi SMAN 1 BungTim di Sedanau tahun 2008. Juga menjadi tim bola basket dalam study tour SMAN 1 ke Pontianak dan invitasi SMAN 1 ke Sedanau. Kemudian menjadi angkatan pertama dari Marching Band Gita Langsana SMANSa pemegang alat tiup terompet (atau apalah namanya). Saya bersama 14 teman lain juga tergabung menjadi tim Cerdas Cermat UUD tingkat Provinsi Kepri yang diselenggarakan di Tanjung Pinang pada tahun 2007. Meski gagal menembus final, namun kami menjadi juara favorit yel-yel saat itu. Lumayan.
Saat kelas XI, saya dipercaya menjadi Ketua OSIS I mendampingi Wan Gisca sebagai Ketua Umum, saat itu pengalaman Organisasi saya sangat minim sehingga tak banyak yang dapat saya lakukan, ditambah lagi dengan anggota yang ogah-ogahan, yang hanya mengincar "tempat" saat MOS saja. Saat itu hanya tercipta wacana untuk membentuk suatu Forum antar OSIS tingkat SMA/SMK/MA di Bunguran Timur yang kami sebut dengan FKO (Forum Komunikasi OSIS), namun wacana hanya tinggal wacana, pengalaman yang kurang disertai kurangnya bimbingan membuat hal ini tak dapat direncanakan. Semoga akan terbentuk kelak. Aamiin.

Pesta Lulus, 2009.
Perubahan lainnya adalah pengadaan logo SMANSa, saya lupa kapan persisnya logo ini digunakan, yang jelas setelah kami tamat dari SMA ini. Kira-kira tahun 2010. Logo SMA sangat simpel dan elegan. Latar belakang berwarna biru, dengan gambar tengah burung berwarna kuning dengan tiga corak berbentuk gelombang, serta gambar buku yang berada ditengah-tengah gambar burung.

Logo SMANSa

Yah meski begitu, SMANSa ini tentu juga mempunyai kekurangan-kekurangan. Banyak sih ya gak, cuma kekurangan ini saya jadikan pengalaman untuk sebuah perbaikan yang lebih baik kedepannya.

Kini SMANSa Bunguran Timur telah mengalami banyak perubahan, seperti yang saya jelaskan sebelumnya, mulai dari fisik bangunan hingga sistem dan kegiatan-kegiatan didalamnnya. Didukung oleh banyaknya guru-guru muda yang masih "fresh" membuat SMA ini semakin benar-benar segar, semangat muda ini ditularkan kepada murid-murid untuk menjadi yang terbaik. 

Harapan saya terhadap SMA gak banyak sih, tetap jadi yang terbaik, kembalikan masa jaya yang dulu pernah diraih, bikin komunitas SMANSa dengan segala kreatifitas yang kalian punya, serta ADAKAN REUNI SMANSA DARI ANGKATAN PERTAMA. :D

..........REUNI.......... 
please


 Selamat Ulang Tahun ke 33 SMA Negeri 1 Bunguran Timur Natuna, 
MANTAP!!!



Tuesday, October 20, 2015

Melihat Saksi Bisu Perjuangan di Kota Hujan : Museum Perjuangan Bogor

Masih sekitaran Bogor, kali ini yang saya sambangi adalah Museum Perjuangan. Museum Perjungan Bogor terletak tak jauh dari stasiun Bogor, oleh karena itu saya memilih jalan kaki untuk kesana. Sekali lagi, jalan kaki merupakan kegiatan yang mengasikkan karena kita bisa menikmati alam sekitar. Museum Perjungan Bogor berisi benda-benda bersejarah, cerita dan perjuangan dalam masa dan setelah masa kemerdekaan Republik Indonesia, khususnya di Bogor.
Museum Perjuangan Bogor
Museum ini berdiri melalui musyawarah para tokoh Pejuang Karesidenan Bogor yang meliputi Kota dan Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur dan Depok. Diprakasai dan diresmikan oleh Mayor Ishak Djuarsah pada tanggal 10 Nopember 1957. Pendirian museum dimaksudkan untuk mewariskan semangat dan jiwa juang serta nilai – nilai perjuangan kepada generasi muda. Gedung yang digunakan sebagai museum, sebelumnya adalah milik seorang pengusaha Belanda yang bernama Wilhelm Gustaf Wissner. Dibangun pada tahun 1879 yang pada awalnya digunakan sebagai gudang ekspor komoditas pertanian sebelum dikirim ke negara-negara di Eropa.

Pada masa pergerakan, gedung ini digunakan oleh PARINDRA dan kemudian diberi nama Gedung Persaudaraan. Selain di pakai sebagai tempat aktifitas pemuda pergerakan, gedung ini pun juga di pergunakan sebagai tempat kegiatan pemuda kepanduaan, di bawah panji-panji Gerakan Pemuda Kepanduan Indonesia yaitu, Pandu Suryawirawan. Pada tahun 1942 digunakan sebagai gudang tentara Jepang untuk menyimpan barang – barang milik interniran Belanda, kemudian digunakan untuk menyambut dan mempertahankan kemerdekaan RI pada tahun 1945. 

Di antara tahun 1945-1950 dipergunakan oleh KNI Karesidenan Bogor, Gelora Rakyat, Dewan Pertahanan Karesidenan Bogor, Call Sigen RRI Perjuangan Karesidenan Bogor, GABSI Cabang Bogor, dan Kantor Pemerintah sementara Kabupaten Bogor. Pada tahun 1952-1958 dimiliki dan ditempati oleh Umar Bin Usman Albawahab. Baru pada tanggal 20 Mei 1957 gedung ini dihibahkan dari pemiliknya yang terakhir yaitu Umar Bin Usman Albawahab menjadi Museum Perjuangan Bogor.

Bangunan Museum Perjuangan Bogor berbentuk lurus memanjang dan terdiri dari dua lantai. Dari luar seperti gedung yang sedikit kurang terawat, pajangan-pajangannya pun terkesan lebih banyak berdebu dan menua, padahal museum ini menyimpan banyak bukti sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Lantai pertama saat masuk dari pintu utama terdapat koleksi senjata-senjata yang digunakan oleh para pejuang terdahulu.



Koleksi lain di Museum Perjuangan Bogor adalah ORI (Oeang Republik Indonesia) dan juga terdapat uang-uang serta koin-koin dari zaman Belanda dulu.

Selain itu juga terdapat benda-benda lain, seperti mesin tik, surat kabar jaman dulu, buku-buku perjuangan, serta patung/figur pahlawan yang gugur dalam peperangan.


Di lantai dua Museum, tersaji diorama-diorama pertempuran serta beberapa pakaian dan barang peninggalan para pejuang.
Seragam PMI
 
Benda milik pejuang yang dikubur bersama pemiliknya

Seragam Pejuang
Gambaran umum perjuangan pejuang Bogor dari tahun 1945 hingga 1950
Di luar museum, terdapat prasasti yang dibuat untuk mengenang para pejuang yang gugur dalam pertempuran di Bogor dan sekitarnya.
Prasasti Pahlawan

Rangkuman :
Alamat :  
MUSEUM PERJUANGAN BOGOR : jalan Merdeka Nomor 56. Kelurahan Cibogor, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor 16124

Tiket Masuk : 
Rp. 4.000






Jam Kunjungan:
-

Cara Kesana :
Keluar dari Stasiun Bogor jalan ke arah kanan, setelah melewati jembatan merah, kemudian belok kanan dan berjalanlah sekitar 100 meter, Museum Perjuangan berada di sebelah kanan jalan di seberang PGB Merdeka.

Peta :





sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Perjuangan_Bogor

Friday, October 16, 2015

Mengenal Berbagai Jenis Binatang di Museum Zoologi Bogor

Tinggal di Jakarta tapi belum pernah ke Bogor, rasanya gimana gitu yak. Letaknya yang dekat dan memiliki banyak tempat wisata, ditambah lagi dengan alamnya yang sejuk, Bogor merupakan tujuan destinasi sebagian warga Jakarta untuk menghabiskan akhir pekan. Ini juga yang saya lakukan, setelah stress dengan pekerjaan selama weekdays, ini saatnya untuk melepas segala fikiran, hati dan urat yang tegang. Hahaha. Saya memilih Bogor sebagai tempatnya.
Stasiun Bogor
Alhamdulillah sekarang tranportasi sudah mudah dan terjangkau. Perjalanan saya bermula dengan berangkat dari stasiun KRL Sudirman menuju stasiun Bogor, perjalanan menempuh waktu sekitar satu jam dengan biaya 5000an aja. Setelah sampai di Bogor, saya berjalan kaki menuju Kebun Raya, dengan museum Zoologi sebagai tujuan utama, saya termasuk orang yang suka mengunjungi museum-museum. Perjalanan dari stasiun menuju Kerbun Raya Bogor memakan waktu 30 menit, dengan berjalanan kaki, agak jauh memang, namun saya memilih jalan kaki karena bisa sambil menikmati alam dan keadaan sekitar.
Setelah membeli tiket masuk seharga 15.000 ribu rupiah, saya langsung menuju Museum Zoologi Bogor, museum tentang hewan-hewan yang sudah ada dari zaman Belanda dulu. Dahulu museum ini bernama Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) yang didirikan di Bogor pada tahun 1894, merupakan bagian dari Land's Plantentuin (sekarang kebun raya Bogor). Pada awal didirikannya MZB berfungsi sebagai laboratorium zoologi yang memberi wadah penelitian yang berkaitan dengan pertanian dan zoologi, meliputi kegiatan inventarisasi fauna Indonesia. Kemudian berkembang menjadi unit tersendiri yang khusus bertugas menginventarisasi jenis-jenis fauna yang terdapat di wilayah Indonesia, yang pada saat ini menjadi Museum Zoologi Bogor yang dibangun pada 1901 sampai sekarang tidak mengalami perubahan dan menjadi salah satu gedung cagar budaya Kota Bogor. Museum ini dikelola oleh Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bidang Zoologi. Koleksi utama museum ini yakni keanekaragaman fauna Indonesia yang terdiri dari jenis-jenis serangga, molusca, ikan, reptil, amibia, burung dan mamalia. Jumlah keseluruhan koleksi di Museum Zoologi bogor yakni 1372 contoh fauna.
Museum Zoologi Bogor

KOLEKSI FAUNA INDONESIA
Bidang Zoologi telah mengembangkan koleksi binatang awetan dan binatang hidup untuk penelitian ilmiah. Koleksi ilmiah untuk kepentingan penelitian meliputi beberapa kelompok sebagai berikut:

1. Mamalia
Terdiri dari berbagai jenis binatang menyusui yang dikumpulkan dari berbagai kepulauan di Indonesia. Jumlah koleksi 650 jenis, terdiri dari 30.000 contoh binatang (spesimen).

2. Ikan
Berbagai jenis ikan yang menjadi kekayaan koleksi terdiri dari 12.000 jenis yang diwakili oleh 140.000 contoh binatang. 
Koleksi Berbagai Jenis Ikan
3. Burung
Dikumpulkan dari wilayah Indonesia Timur dan Barat. Jumlah seluruhnya 1000 jenis, meliputi 30.762 contoh binatang.


4. Reptil dan Amfibi
Di daerah tropis, terutama di Indonesia jumlahnya tidak banyak. Koleksi yang tersimpan tercatat 763 jenis, diwakili oleh 19.937 contoh.

5. Moluska
Kekayaan koleksi moluska di Indonesia tercatat 959 jenis yang diwakili oleh 13.146 contoh.

6. Serangga
Adalah kelompok binatang yang paling banyak jumlahnya. Koleksi serangga tercatat 12.000 jenis, diwakili 2.580.000 contoh spesimen.


7. Invertebrata lain
Terdiri dari jenis-jenis invertebrata bukan moluska dan serangga. Koleksi yang terkumpul ada 700 jenis diwakili oleh 1.5558 contoh.


Rangkuman :
Alamat :  
MUSEUM ZOOLOGI BOGOR (KEBUN RAYA BOGOR)
Jl. Ir. H. Juanda no 9, Bogor

Tiket Masuk : 
Satu paket dengan harga tiket masuk Kebun Raya Bogor

Jam Kunjungan:
Senin-Kamis 08.00-16.00
Jumat 08.00-11.30  13.00-16.00
Libur 08.00-17.00

Cara Kesana :
Dari Jakarta naik KRL dengan biaya 5000 rupiah. Kemudian bisa dengan berjalan kaki selama 20 - 30 menit, atau naik angkot dengan biaya 3.000 rupiah.

Peta : 
Peta menuju Kebun Raya Bogor (kanan), Peta menuju Museum Zoologi (kanan)


sumber : 
http://www.museumindonesia.com/museum/42/1/Museum_Zoologi_Bogor_Bogor
http://asosiasimuseumindonesia.org/anggota/9-profil-museum/80-museum-zoologi-bogor.html

Wednesday, October 7, 2015

Jogjaku, Selamat Ulang Tahun :')

Keraton Yogyakarta Hadiningrat, via www.tourdjogja.com
Saat pulang kantor tadi sore, sambil menunggu KRL tujuan Bogor, saya membuka akun aplikasi path yang sudah nganggur sejak tadi malam, menyekrol sampai ke bawah dan terhenti disalah satu postingan seorang teman, sebuah postingan gambar tugu Jogja serta foto-foto kecil disampingnya. Tugu Jogja, itu memang ikonnya Jogja, sebuah kota yang saya tinggali selama kurang lebih 4,5 tahun sambil menuntut ilmu di kampus yang mempunyai (katanya) jurusan favorit yang ada di Indonesia ini. Namun mata tertuju pada caption yang ia berikan, yang intinya adalah "selamat ulang tahun kota Jogja ke 259".

Oh my God! hari ini ulang tahun kota Jogja? Baru tahu saya. Kemudian cepat-cepat pulang dan mencari sejarahnya lewat bantuan mbah gugel. Lumayan kan bisa dimasukin juga ke blog. Hhe. Jogja sudah berumur 259 tahun, tua untuk ukuran sebuah kota, tentu banyak lika liku yang dihadapinya. Teringat saya saat kali pertama menginjakkan kaki di Jogja, 6 tahun yang lalu. Seperti mendapat sambutan hangat dari alamnya, meski harus beradaptasi dulu dengan rasa makanannya yang "Jawa banget", manis -kaya gue-, rasa yang boleh dibilang tidak biasa bagi seorang anak melayu-minang ini. Pernah saat itu saya dibelikan lontong oleh abang, tak lama "masuk" ke perut malah langsung "keluar", hhe.

Berada di Jogja membuat saya langsung betah dan tak mau pulang, meskipun saat itu hanya 6 hari saja disana karena mengikuti tes masuk kampus, saya dan teman-teman harus kembali pulang untuk menamatkan sekolah. Setelah lulus SMA, kami langsung melanjutkan kuliah di Jogja, iya Jogja. Sambutan hangat yang dulu masih saya rasakan, orang-orang sekitar, alamnya yang (dulu) asri, hiruk pikuk kota yang sangat sesuai untuk ratusan ribu manusia dari seluruh pelosok Nusantara yang menuntut ilmu disini. Belum lagi acara malamnya yang tak pernah sepi, komunitas motor, sepeda, kali code, kopi joss, alun-alun kidul, titik nol, tugu, ditambah lagi dengan atraksi seni + musisi jalanannya, kreatif! Gimana coba gak betah? Yang bikin ingat rumah adalah kadang-kadang musik melayu yang diputar di leptop, pagelaran acara daerah, masakan emak, dan akhir bulan. hha. Itu faktor yang baru bisa bikin kita ingat kampung halaman. Selain itu, hmmmmmm boleh dibilang gak ada. :D 
 
Yuk dah, kita mengulang kaji, flashback sebentar tentang kota yang memiliki sejuta kenangan ini. Sejarah lahirnya Kota Yogyakarta tidak bisa lepas dari keberadaan Kasultanan Yogyakarta. Adik dari Sunan Paku Buwana II yang bernama Pangeran Mangkubumi, yang memperjuangkan kedaulatan Kerajaan Mataram dari pengaruh Belanda. Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya pada hari Kamis Kliwon tanggal 29 Rabiulakhir 1680 (Tahun Jawa) atau bertepatan dengan 13 Februari 1755, Pangeran Mangkubumi yang telah bergelar Susuhunan Kabanaran menandatangani Perjanjian Giyanti atau sering disebut dengan Palihan Nagari yang ditandatangani Kompeni Belanda di bawah tanda tangan Gubernur Nicholas Hartingh atas nama Gubernur Jendral Jacob Mossel. Palihan Nagari inilah yang menjadi titik awal keberadaan Kasultanan Yogyakarta. Isi Perjanjian Gianti adalah Negara Mataram dibagi dua : Setengah masih menjadi Hak Kerajaan Surakarta, setengah lagi menjadi Hak Pangeran Mangkubumi. Pada saat itulah Susuhunan Kabanaran kemudian bergelar Sri Sultan Hamengku Buwana Senopati Ing Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Kalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping I. 
Sri Sultan Hamengku Buwono I, via goblokku.wordpress.com
Adapun daerah-daerah yang menjadi kekuasaannya adalah Mataram (Yogyakarta), Pojong, Sukowati, Bagelen, Kedu, Bumigede dan ditambah daerah mancanegara yaitu; Madiun, Magetan, Cirebon, Separuh Pacitan, Kartosuro, Kalangbret, Tulungagung, Mojokerto, Bojonegoro, Ngawen, Sela, Kuwu, Wonosari, dan Grobogan.


Sebulan setelah ditandatanganinya Perjanjian Giyanti tepatnya hari Kamis Pon tanggal 29 Jumadilawal 1680 atau 13 Maret 1755, Sultan Hamengku Buwana I memproklamirkan berdirinya Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan ibukota Ngayogyakarta dan memiliki separuh dari wilayah Kerajaan Mataram. Proklamasi ini terjadi di Pesanggrahan Ambarketawang dan dikenal dengan peristiwa Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram – Ngayogyakarta. Pada hari Kamis Pon tanggal 3 sura 1681 atau bertepatan dengan tanggal 9 Oktober 1755, Sri Sultan Hamengku Buwana I memerintahkan untuk membangun Kraton Ngayogyakarta di Desa Pacethokan dalam Hutan Beringan yang pada awalnya bernama Garjitawati yang dibuat oleh Susuhunan Paku Buwono II dulu dan namanya kemudian diubah menjadi Ayodya, suatu kawasan diantara sungai Winongo dan sungai Code dimana lokasi tersebut nampak strategis menurut segi pertahanan keamanan pada waktu itu. Setelah penetapan tersebut diumumkan, Sultan Hamengku Buwono segera memerintahkan kepada rakyat membabad hutan tadi untuk didirikan Kraton. Sementara Sri Sultan mesanggrah di Ambarketawang sambil menunggui pembangunan fisik kraton. 
Pohon Beringin di Keraton, via bernadetadotty.wordpress.com
Pembangunan ibu kota Kasultanan Yogyakarta ini membutuhkan waktu satu tahun. Pada hari Kamis pahing tanggal 13 Sura 1682 bertepatan dengan 7 Oktober 1756, Sri Sultan Hamengku Buwana I beserta keluarganya pindah atau boyongan dari Pesanggrahan Ambarketawan masuk ke dalam Kraton Ngayogyakarta. Peristiwa perpindahan ini ditandai dengan candra sengkala memet Dwi Naga Rasa Tunggal berupa dua ekor naga yang kedua ekornya saling melilit dan diukirkan di atas banon/renteng kelir baturana Kagungan Dalem Regol Kemagangan dan Regol Gadhung Mlathi. Momentum kepindahan inilah yang dipakai sebagai dasar penentuan Hari Jadi Kota Yogyakarta dengan nama utuhnya ialah Negari Ngayogyakarta Hadiningrat. Mulai saat itu berbagai macam sarana dan bangunan pendukung untuk mewadahi aktivitas pemerintahan baik kegiatan sosial, politik, ekonomi, budaya maupun tempat tinggal mulai dibangun secara bertahap. Berdasarkan itu semua maka Hari Jadi Kota Yogyakarta ditentukan pada tanggal 7 Oktober dan dikuatkan dengan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2004.

Kota Jogja saat pembentukannya hingga kini telah banyak melalui berbagai perkembangan dan ikut serta pula dalam berbagai peristiwa besar di Nusantara. Diantaranya adalah sesudah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII menerima piagam pengangkatan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Propinsi DIY dari Presiden RI, selanjutnya pada tanggal 5 September 1945 beliau mengeluarkan amanat yang menyatakan bahwa daerah Kesultanan dan daerah Pakualaman merupakan Daerah Istimewa yang menjadi bagian dari Republik Indonesia menurut pasal 18 UUD 1945. Dan pada tanggal 30 Oktober 1945, beliau mengeluarkan amanat kedua yang menyatakan bahwa pelaksanaan Pemerintahan di Daerah Istimewa Yogyakarta akan dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII bersama-sama Badan Pekerja Komite Nasional. Dan juga, pada tahun 2009 terjadi peristiwa tentang status Jogja, dan masyarakat akhirnya melakukan referendum untuk mempertahankan status Keistimewaan Yogyakarta.
"tanah lahirkan tahta, tahta untuk rakyat, 
dimana rajanya bercermin di kalbu rakyat,
demikianlah singgasana bermartabat, 
berdiri kokoh tuk mengayomi rakyat"
-Jogja Hiphop Foundation
HUT Jogja, via gambaranehunik.com
Yah, apapun itu. Selamat ulang tahun Kota Jogja tercinta. Terimakasih telah mengijinkanku menginjakkan kaki di tanahmu untuk menuntut ilmu. Terimakasih atas segala pengalaman dan kenangan, terimakasih atas segala proses yang telah diberikan sehingga aku bisa mendapatkan pelajaran baru dalam menjalani kehidupan. 
Jogja, via 999-logo.blogspot.com
 JOGJA TETAP DAN SELALU ISTIMEWA 
"Istimewa Negerinya Istimewa Orangnya"




http://www.jogjakota.go.id/about/sejarah-kota-yogyakarta
http://yogyatugu.blogspot.co.id/2012/03/berdirinya-kota-jogjakarta.html

Monday, October 5, 2015

5 Oktober : HUT TENTARA NASIONAL INDONESIA

Logo TNI, via komprominews.com

Tanggal 5 Oktober setiap tahunnya di Indonesia diperingati sebagai hari lahirnya Tentara Nasional Indonesia. Saat ini 5 Oktober 2015, TNI sudah berumur 70 tahun. 70 tahun mengawal Indonesia dengan ribuan kisah di dalamnya, 70 tahun menjadi abdi negara untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, 70 tahun dengan segala prestasi yang dimiliki ditiap angkatannya. Untuk itu, mari sejenak kita membaca lagi sejarah, asal muasal terbentuknya TNI ini. :)

Sejarah berdirinya TNI bermula sejak Pemerintah Indonesia yang baru saja merdeka dengan sengaja segera membentuk tentara nasional dengan pertimbangan politik yaitu pembentukan tentara nasional pada saat itu bakal mengajak kecurigaaan serta bakal memunculkan pukulan perpaduan tentara Sekutu serta Jepang. Menurut prediksi bahwa kekuatan nasional belum sanggup menghadapi pukulan tersebut. Oleh sebab itu, pemerintah hanya membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR), yang bermanfaat sebagai penjaga keamanan umum pada masing-masing daerah.
Tentara Indonesia, via creatifbasoka.blogspot.com
Pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah Indonesia merdeka, Jepang membubarkan PETA dan Heiho. Kemudian tanggal 19 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan sidang dan memutuskan untuk membentuk Tentara Kebangsaan. Baru pada tanggal 22 Agustus 1945 PPKI dalam sidangnya memutuskan untuk membentuk tiga badan sebagai wadah untuk menyalurkan potensi perjuangan rakyat. Badan tersebut adalah Komite Nasional Indonesia (KNI), Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Dua anggota PPKI, yaitu Abikoesno Tjokrosoejoso dan Otto Iskandardinata yang mengusulkan pembentukan badan pembelaan negara tersebut.
BKR merupakan bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP) yang semula bernama Badan Pembantu Prajurit (BPP) dan kemudian menjadi Badan Pembantu Pembelaan (BPP). BPP sudah ada dalam zaman Jepang dan bertugas memelihara kesejahteraan anggota-anggota tentara Pembela Tanah Air (PETA) dan Heiho. Pembentukan BKR diumumkan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 23 Agustus 1945, dengan pemimpin BKR pusat sebagai berikut :
  • Ketua umum : Kaprawi
  • Ketua I : Sutalaksana
  • Ketua II : Latief Hendraningrat
  • Anggota : Arifin Abdurahman, Mahmud serta Zulkifli Lubis
"Saya mengharap kepada kamu sekalian hai prajurit bekas Peta, Heiho, dan pelaut-pelaut serta pemuda-pemuda lainnya untuk sementara waktu masuklah dan bekerjalah dalam Badan-badan Keamanan Rakyat. Percayalah nanti akan datang saatnya kamu dipanggil untuk menjadi prajurit dalam tentara"
- Soekarno
Karena pada saat itu komunikasi masih sulit, tidak semua daerah di Indonesia mendengar Pidato Presiden Soekarno tersebut. Mayoritas daerah yang mendengar itu adalah Pulau Jawa. Sementara tidak semua Pulau Sumatera mendengar. Sumatera bagian timur dan Aceh tidak mendengarnya. Walaupun tidak mendengar pemuda-pemuda di berbagai daerah Sumatera membentuk organisasi-organisasi yang kelak menjadi inti dari pembentukan tentara. Pemuda Aceh mendirikan Angkatan Pemuda Indonesia (API), di Palembang terbentuk BKR, tetapi dengan nama lain yaitu Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) atau Badan Penjaga Keamanan Rakyat (BPKR), kemudian juga ada Barisan Rakyat Indonesia (BARA), serta Barisan Buruh Indonesia (BBI). Kemudian menyusul Badan-badan perjuangan lainnya yang dibentuk diseluruh Indonesia, semacam Barisan Banteng Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS), Pemuda Indonesia Maluku (PIM), Hisbullah Sabilllah, Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo), Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI), Barisan Pemuda Indonesia (BPI), serta Pemuda Republik Indonesia (PRI).

Pada tanggal 16 September 1945 South East Asian Comand (SEAC) yang merupakan angkatan perang Inggris mendarat di Jakarta serta membuat tekanan terhadap Jepang untuk mempertahankan status quo. Faktor itu memunculkan keberanian serdadu Jepang untuk mempertahankan diri terhadap pemuda Indonesia yang sedang melucuti senjata. Pada tanggal 29 September 1945 datang lagi tentara Sekutu yang tergabung dalam Alied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) dengan mengangkat pasukan NICA (Netherlands Indies Civil Administration).

Faktor ini menimbulkan perlawanan sengit dari para pemuda Indonesia terhadap sedadu NICA serta sekutu pada umumnya. Pemerintah memanggil mantan anggota KNIL Mayor Oerip Soemohardjo ke Jakarta. Sementara itu, Wakil Presiden Dr (HC) Drs Mohammad Hatta diangkat sebagai Kepala Staf Umum TKR dengan pangkat Letnan Jenderal dan diberi tugas membentuk pasukan tentara. Pada saat itu Markas Utama TKR berada di Yogyakarta.
Oerip Soemohardjo, via www.jakarta.go.id
BKR tidak berada di bawah perintah presiden sebagai panglima tertinggi angkatan perang maupun di bawah koordinasi Menteri Pertahanan. Lembaga ini berada di bawah komando Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan KNI Daerah. Akhirnya melalui Maklumat Pemerintah pada 5 Oktober 1945, BKR diubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Perubahan nama itu hingga kini diperingati sebagai hari lahir TNI. Pada saat itu, tanggal 6 Oktober 1945, Presiden Soekarno mengangkat Soeprijadi, tokoh PETA dalam memimpin pemberontakan di Blitar untuk menjadi Menteri Keamanan Rakyat dan Pemimpin Tertinggi TKR. Tapi dia tidak pernah muncul sampai awal November 1945, sehingga TKR tidak memiliki pemimpin tertinggi.


Untuk mengatasi hal ini, maka pada 12 November 1945 TKR mengadakan Konferensi yang diselenggarakan di Yogyakarta, yang dipimpin oleh Kepala Staf Umum Letjen Oerip Soemohardjo. Hasil dari konferensi itu adalah terpilihnya Kolonel Soedirman sebagai Pemimpin Tertinggi TKR. Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 18 Desember 1945 mengangkat pejabat Komandan Kolonel Sudirman menjadi TKR, dengan pangkat Jenderal.

Selanjutnya, pada 7 Januari 1946, pemerintah mengeluarkan Keputusan Pemerintah No.2 / SD 1946 dan mengubah nama Tentara Keamanan Rakyat menjadi Tentara Keselamatan Rakyat. Kemudian nama Departemen Keamanan Rakyat berganti nama menjadi Departemen Pertahanan. Kemudian pada 24 Januari 1946, melalui Keputusan Pemerintah 4 / SD 1946, Tentara KEselamatan Rakyat diubah lagi menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). Lantaran Indonesia kala itu memiliki barisan bersenjata lainnya, maka pada 5 Mei 1947, Presiden Sukarno mengeluarkan keputusan untuk mempersatukan TRI dengan barisan bersenjata tersebut. 

Akhirnya, pada tanggal 3 Juni 1947 Presiden meresmikan penyatuan TRI dengan perjuangan paramiliter ke dalam wadah tentara nasional dengan nama Tentara Nasional Indonesia. Presiden juga menetapkan komposisi tertinggi militer. Kepala angkatan bersenjata Jenderal Soerdiman ditunjuk sebagai Kepala pimpinan TNI Shoots anggota adalah Letnan Jenderal Oerip Sumohardjo, Laksamana Nazir, Commodore Suryadarma, Sutomo Mayor Jenderal, Mayor Jenderal Ir. Sakirman, dan Mayor Jenderal Jokosuyono.
Jenderal Soedirman, via en.wikipedia.org

Indonesia sempat mengalami perubahan menjadi negara federasi dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS). Perubahan itu terjadi usai Konferensi Meja Bundar (KMB) yang digelar pada Desember 1949. Seiring perubahan itu, dibentuk pula Angkatan Perang RIS (APRIS). Di dalamnya tergabung TNI dan KNIL (Tentara Kerajaan Hindia Belanda). Pada 17 Agustus 1950, RIS dibubarkan dan Indonesia kembali menjadi negera kesatuan, sehingga APRIS berganti nama menjadi Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI).

Pada tahun 1962, upaya penyatuan antara angkatan bersenjata dengan polisi negara menjadi sebuah organisasi yang disebut Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Penyatuan perintah dilakukan dengan tujuan untuk mencapai tingkat efektivitas dan efisiensi dalam menjalankan peran dan mempertahankan pengaruh kelompok politik tertentu. 

Era Presiden Soeharto, banyak orang-orang militer ditempatkan di berbagai perusahaan dan instansi pemerintahan. Di lembaga legislatif, ABRI mempunyai fraksi sendiri di Dewan Perwakilan Rakyat dan Majelis Permusyawaratan Rakyat, yang anggota-anggota diangkat dan tidak melalui proses pemilu yang disebut dengan Fraksi ABRI atau biasa disingkat FABRI.
TNI sekarang, via jakartagreater.com

Usai Soeharto lengser pada 1998, TNI mengalami perubahan tertentu, seperti penghapusan Dwifungsi ABRI dan pemisahan Polri dari TNI. Pada tanggal 1 April 1999 militer dan polisi secara resmi dipisahkan menjadi lembaga yang berdiri sendiri. Polri secara resmi kembali berdiri sendiri dan merupakan sebuah entitas yang terpisah dari militer. Tak hanya itu, nama resmi militer Indonesia juga berubah dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) kembali berubah menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).
HUT TNI, via gambaranehunik.com

SELAMAT ULANG TAHUN TNI
SELALU JAYA DI DARA, LAUT, DAN UDARA



http://www.gurusejarah.com/2015/03/sejarah-lahirnya-tni.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Tentara_Nasional_Indonesia
http://news.liputan6.com/read/2333261/awal-mula-ditetapkannya-5-oktober-jadi-hut-tni?
http://www.gurupendidikan.com/sejarah-terbentuknya-tentara-nasional-indonesia-menurut-ahli-sejarah/