Tuesday, March 8, 2016

Ayah, Ibu...... Maaf Belum Bisa Berbuat Banyak...:')

Ayah, Ibu, apa kabar kalian di rumah? Semoga selalu dalam limpahan keberkahan Allah Ta'ala. 

Dulu masih kuingat saat kekhawatiranku tentang biaya kuliah, pembelian modul-modul, kuliah lapangan serta biaya seminar yang mahal, lalu Ayah mengatakan dengan penuh keyakinan :
“Tugasmu di sana adalah kuliah. Jangan fikirkan soal biaya, itu urusan kami di sini. Untuk masa depanmu nak, rejeki akan selalu ada”
Bergetar dada saat kau mengatakan itu padaku. Salah satu kata-kata terindah nan menyentuh yang pernah aku dengar.

Kini masa itu sudah lama berlalu. Dengan kerja keras serta doa tulus Ayah dan Ibu, aku berhasil mengenyam bangku kuliah dengan tuntas. Sudah ku pakai jubah sakral beserta toga itu. Aku seorang Sarjana, Sarjana Teknik tepatnya. Aku juga sudah bekerja, meski dengan penghasilan minim yang hanya cukup untuk hidup sehari-hari di tanah rantau. 


Aku mau Ayah dan Ibu berhenti bekerja. Kini saatnya biarlah aku yang menggantikan perjuangan.
Bersantailah Yah, Bu, biar aku yang berjuang, via semakinra.me
Ayah, Ibu, perjuangan kalian sudah begitu lama. Bahkan sejak aku belum ada hingga akhirnya aku sudah menyelesaikan pendidikan sarjana. Selama kuliah aku selalu berharap cepat lulus, cepat mendapat pekerjaan, dan segera bisa menggantikan perjuangan yang kalian lakukan sekian lama. Ingin rasanya melihat kalian duduk tenang di teras rumah, tak perlu lagi memikirkan apa menu makan esok hari ataupun biaya sekolah adik. Tak perlu Ayah dan Ibu bekerja lagi. Karena kini ada anakmu yang sarjana ini yang siap memenuhi semua kebutuhan.


Hah, tapi hidup selepas kuliah ternyata tak semudah yang kubayangkan. Ekspekstasi tinggi tentang penghasilan hanya ada di angan-angan.
Lelah, via www.satuharapan.com
Baru kusadari pikiran itu begitu naifnya. Dulu kupikir dengan gelar sarjana yang kupunya, aku bisa dengan mudah mendapatkan pekerjaan dengan gaji besar di kota orang. Lalu aku akan rutin mengirim uang kepada Ayah dan Ibu. Tapi kenyataannya, mencari kerja tidak semudah yang kukira. Menganggur berapa bulan juga pernah ku rasakan, bahkan aku masih bergantung pada kalian, betapa malunya. Ketika bekerja, gaji tinggi yang kubayangkan selama kuliah ternyata masih jauh dari jangkauan. Ini baru permulaan, jalani saja, begitu kata orang-orang.


Ribuan niat di hati yang dulu kuucapkan belum bisa kutepati. Nyatanya penghasilan kecilku hanya cukup untuk diri sendiri.
Terus bekerja
Aku pernah berjanji dalam hati untuk melakukan ini dan itu. Banyak konsep kehidupan yang telah kurencanakan. Dan kini aku mengerti, bahwa mewujudkan janji-janji tidak semudah yang kupikirkan. Ah, sedih rasanya mengingat itu semua. Karena kenyataannya, sekeras apapun aku berusaha menyisihkan uang, penghasilan kecilku saat ini hanya cukup untuk diri sendiri. Ibu bilang tak apa, yang penting kamu sudah mandiri, bersyukur atas apa yang kamu dapati saat ini. Tapi dalam lubuk hati ini Bu, aku ingin sekali memberikan sesuatu. Ini dan itu ingin kuberikan dan kubelikan. Tapi untuk saat ini, aku hanya bisa memberikan janji untuk berusaha lebih keras lagi.


Bayangan gurat wajah yang menua dan lelah semakin memacu semangatku. Suatu saat nanti semoga menjadi senyuman bangga yang menghangatkan hati.
Senyum Bahagia, Penyemangat Jiwa, Penggugur Dosa, via www.kompasiana.com
Bekerja memang membuat lelah. Dulu kukira, bila aku bekerja di dunia yang kusukai, setiap hari hanya ada senang yang kurasa. Tapi ternyata tidak juga. Rasa lelah, bosan, dan rindu rumah serta pelukan-pelukanmu nyaris kurasakan setiap harinya. Masakan ibu yang lezat tiada tara, bunyi radio tua yang selalu menyala menemani setiap kegiatan di dapur. Ketika semangat untuk meraih mimpi terasa pudar, kutatap foto kalian yang kuselipkan didompet. Senyum tua di kulit keriput Ayah dan Ibu tak pernah gagal memacu semangatku. Suatu saat nanti, akan kuubah senyum lelah dan ikhlas itu menjadi senyuman bangga penghapus dosa, aamiin. Dan bila nanti saatnya tiba, Ayah dan Ibu tinggal duduk saja, menikmati masa tua dengan tenang dan bahagia. Saat ini aku memang belum bisa memberikan apa-apa. Bahkan sesekali, aku masih membutuhkan bantuan dari kalian. Tapi Ayah dan Ibu yakin saja. Saat ini anakmu sedang berjuang mati-matian untuk berkembang. Suatu saat nanti, janji dalam hati yang dulu kuucap insya Allah akan kutepati. 


Meski tak akan pernah sepadan dengan pengorbanan kalian, selama masih bisa, aku akan terus berusaha.
Terus berusaha dan berdoa, via www.fotodakwah.com
Semua yang kulakukan, Ayah dan Ibu, bukan untuk membalas ataupun mengembalikan segala yang sudah kalian berikan. Karena aku tahu sampai kapan pun aku itu tidak akan pernah sepadan. Bahkan jika aku menggendong mu untuk berjalan Sa'i dari Safa dan Marwah pun belum sedikitpun membalas apa yang telah kalian lakukan padaku. Aku hanya ingin membuat kalian sedikit bangga, tersenyum bahagia. Sebagai tanda terima kasih karena Ayah dan Ibu sudah membawaku ke dunia, dan memberi kehidupan yang luar biasa. 

....................................

Hidup memang tak pernah mudah. Ayah dan Ibu tentu yang paling tahu. Tetapi aku tidak akan menyerah. Mimpi-mimpi untuk membahagiakan orang tua hanya sejengkal lagi untuk kugapai. Ayah, Ibu, sabarlah dahulu. Berilah anakmu ini restu, karena restu Tuhan pun terletak pada restumu. Dan rangkaian doa yang keluar dari hati ikhlas mu adalah doa paling mustajab yang tak akan tertolak. Doa kan aku agar bisa segera mewujudkan mimpi-mimpi yang kalian titipkan kepadaku. Insya Allah, aamiin.



Sumber Inspirasi : 
Hipwee.com

2 comments:

  1. apa yang dibayangkan memang sering tak sesuai harapan.. jika belum bisa bahagiakan orang tua dengan hasil kerja yang ada, setidaknya jangan susahkan mereka lagi... berikan saja kabar bahwa kita yang ada diperantauan sehat2 saja..mungkin dengan begitu mereka tidak kepikiran...

    ReplyDelete
    Replies
    1. terimakasiiih atas sarannya. O:)
      semoga mereka selalu dalam lindungan-Nya, aamiin

      Delete