Masih berkutat dengan gempa yang terjadi dini hari tadi, saya penasaran dan melakukan pencarian informasi di internet, berdiksusi dengan teman-teman di Ranai hingga berdiskusi dengan teman-teman di jurusan Geologi di UPN Jogja mengenai hal tersebut. Kita berdiri di atas lempeng-lempeng (benua dan samudera) yang terus bergerak. Indonesia secara geologi diapit oleh tiga lempeng sekaligus, lempeng samudera Hindia (Indo-Australia), lempeng benua Eurasia dan lempeng samudera Pasific.
Peta Tektonik Indonesia, via balai3.denpasar.bmkg.go.id |
Lempeng samudera Hindia (Indo-Australia) cenderung bergerak ke arah
utara dengan kecepatan 7,1 cm pertahun, lempeng samudera Pasific
bergerak kearah barat daya dengan kecepatan 8 - 10 cm pertahun,
sedangkan lempeng Eurasia cendrung stabil. Pergerakan lempeng-lempeng
ini lah yang sering menyebabkan gempa bumi. Jika lempeng-lempeng yang
bergerak bertemu pada titik yang disebut zona subduksi, maka akan
menyebabkan gempa yang besar bahkan gelombang tsunami karena terjadi
gesekan antara lempeng-lempeng bumi.
Ilustrasi, via news.okezone.com |
Secara geologi Kepulauan Natuna terletak di lempeng Eurasia yang
cendrung stabil, kalaupun lempeng Eurasia bergerak maka ia akan bergerak
dengan kecepatan yang sangat sangat lambat. Namun tidak menutup
kemungkinan pergeseran pergeseran bawah tanah masih sering terjadi,
hingga menyebabkan getaran yang dirasakan masyarakat Ranai dan
sekitarnya dini hari tadi. Hal ini sama dengan apa yang dijelas oleh
BMKG Kabupaten Natuna melalui Stasiun Meteorologi (Stasmet). Kekuatan
gempa tektonik dini hari tadi adalah berkisar 2 - 3 skala MMI (Modified Mercally Intensity).
Dalam skala ini, getaran masih dibilang aman, karena terasa sedikit
getaran seperti saat mobil truck sedang lewat. Ternyata hal ini bukan yang pertama, meskipun kali ini getaran terasa sangat kuat hingga radius puluhan kilometer. Gempa kecil sebelumnya pernah terjadi di Cemaga beberapa waktu lalu. Penyebab gempa adalah
pergeseran kontur tanah yang aktif karena terjadi penyesuaian di bawah
daratan pulau Bunguran. Kejadian tersebut berskala kecil tidak akan terjadi
berulang-ulang, tidak menimbulkan tsunami karena terjadi di darat dan ini terjadi karena
mengingat struktur tanah daerah Natuna terdiri dari tanah podsolik merah
kuning dari batuan yang tanah dasarnya mempunyai bahan granit, dan
alluvial serta tanah organosol dan gley humus.
sumber : http://batam.tribunnews.com
No comments:
Post a Comment