Tuesday, February 9, 2016

Merantaulah

Merantau, menurut kamusbahasaindonesia.org berarti berlayar (mencari penghidupan) di sepanjang rantau (dari satu sungai ke sungai yang lain dsb) atau pergi ke pantai (pesisir), pergi ke negeri lain (untuk mencari penghidupan, ilmu, dsb). Intinya merantau merupakan kegiatan meninggalkan kampung halaman untuk mencari ilmu, bekerja dengan tujuan merubah penghidupan ke arah yang lebih baik.
Merantau, via chud.com

Namun begitu, ada juga sebagian orang yang tak ingin meninggalkan kampung halamannya dengan berbagai alasan, takut jauh dari orang tua, jauh dari dari orang-orang tersayang dsb. Dan sebagian lain ada pula yang menjadikan merantau sebagai misi hidupnya. Kuliah di luar pulau merupakan bentuk kecil merantau, kita meninggalkan kampung halaman untuk menimba ilmu dan cita-cita yang kelak -insya Allah- akan berguna bagi orang banyak.

Untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik, tentulah ada yang harus dikorbankan. Waktu, materi, bahkan keluarga-keluarga serta teman-teman dekat. Kita harus rela meninggalkan mereka kala merantau. Rindu akan mereka pun kerap menghampiri kala kita berada di negeri orang, dan hanya bisa kita obati dengan memandang gambar atau sekedar menelpon mereka. Namun untuk sebuah cita-cita indah, kita menahannya untuk bertemu hingga waktu yang tepat untuk kembali bersama.

Berikut saya ingin share nasehat dari Imam Syafi'i mengenai merantau. Imam Syafi'i merupakan satu dari 4 Imam Besar yang mahzabnya banyak dipakai di negara kita ini. Beliau berkata :


Merantaulah…
Orang berilmu dan beradab tidak diam beristirahat di kampung halaman.
Tinggalkan negerimu dan hidup asing (di negeri orang).



Merantaulah…
Kau akan dapatkan pengganti dari orang-orang yang engkau tinggalkan (kerabat dan kawan).
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.

Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan..
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, akan keruh menggenang.

Singa jika tak tinggalkan sarang, tak akan dapat mangsa..
Anak panah jika tak tinggalkan busur, tak akam kena sasaran.

Jika matahari di orbitnya tak bergerak dan terus berdiam.. tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang.



Bijih emas tak ada bedanya dengan tanah biasa di tempatnya (sebelum ditambang).
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan.

Jika gaharu itu keluar dari hutan, ia menjadi parfum yang tinggi nilainya.
Jika bijih memisahkan diri (dari tanah), barulah ia dihargai sebagai emas murni.


Merantaulah…
Orang berilmu dan beradab tidak diam beristirahat di kampung halaman.
Tinggalkan negerimu dan hidup asing (di negeri orang)



Jika tiap orang memiliki jatah merantaunya masing-masing, maka habiskan itu saat kau masih muda. Keruk semua ilmu dan pengalaman di rantau orang. Namun ingat, kampung halaman selau menunggumu untuk pulang. Jika saatnya tiba, maka pulanglah, bangunlah daerahmu dengan seribu pengalaman dan ilmu yang telah kau dapat.
Greget, via indonesia.coconuts.co

No comments:

Post a Comment