Friday, February 26, 2016

Pantai Manggar "Segara Sari", Wisata Favorit di Kota Minyak

Setelah berwisata pantai pertama sekaligus wisata sejarah yang kedua, perjalanan kami lanjutkan ke Pantai Manggar "Segara Sari". Nah kalo ini pantai adalah yang selalu ramai dengan wisatawan. Apalagi hari libur gini. Tak sulit mencari lokasinya yang juga masih di deretan pantai Lamaru tadi, cuma agak ke "sono" dikit. Pantai Manggar "Segara Sari" merupakan pantai yang landai dan memiliki air yang bersih.
Pantai Manggar
Pantai ini bernama asli Pantai Segara Sari, namun masyarakat menyebutnya Pantai Manggar, karena lokasinya berada di desa Manggar, berada pada jarak sekitar 20 km dari pusat kota Balikpapan. Layaknya tempat wisata yang sudah terkenal, pantai ini memiliki fasilitas-fasilitas seperti warung makan, penyewaan tikar, ban pelampung, mushala, tempat jual souvenir, tempat bilas dan toilet, serta penyewaan banana boat. Jika hari libur tiba, tempat ini akan ramai dikunjungi oleh wisatawan, baik dari Balikpapan, bahkan dari luar seperti Samarinda dan Kutai Kartanegara.
Penyewaan Pelampung
Kami berhenti untuk istirahat makan diwarung salah satu teman kerja yang kebetulan membuka usaha keluarganya disini. Memesan makanan dan air kelapa sambil istirahat sebentar. Kemudian kami berjalan menyusuri pantai. Menikmati indahnya pantai ini, saya teringat dengan pantai Kute di Bali, hampir mirip hanya saja pantai Manggar tidak memiliki gelombang, air lautnya cendrung tenang, apa karena air sedang surut kali ya. 
Isi perut seeek
Tak jauh dari lokasi kami berisirahat yang juga masih dalam area wisata pantai Manggar terdapat patung Beruang Madu besar. Beruang Madu merupakan binatang khas dan ikon kota Balikpapan dan Kalimantan Timur. 
Yang atas Ikon Balikpapan, bawahnya ikon hatimu, eaaaaaaaa
Tak ketinggalan donk kami menyempatkan diri untuk jepret-jepret sebentar. Lalu kembali ketempat istirahat, dan pulaang. Saat perjalanan pulang saya menyempatkan untuk berhenti di Jembatan Manggar yang tadi waktu pergi sempat saya urungkan. Keluar dari mobil dan menikmati udara sore yang berhembus dimuara sungai Manggar ini, lumayan untuk merefresh kembali otak. Jepret-jepret sebentar, dan akhirnya pulang kost beneran.
Muara Sungai Manggar, dari Jembatan Manggar

Sampai ketemu dipostingan Balikpapan berikutnya.



Sumber :
http://www.travellers.web.id/indonesia/east-kalimantan/manggar-segara-sari-beach-and-bandar-balikpapan/

Thursday, February 25, 2016

Balikpapan, the 1st Beach and the 2nd Historical Tourism

Setelah puas dengan yang bertema hewan-hewanan, perjalanan kami lanjutkan ke Monumen Jepang, berkunjung ke Monumen ini akan dapat dua wisata sekaligus, wisata sejarah dan wisata pantai. Yap, Monumen Jepang terletak di deretan pantai Lamaru Balikpapan, khusus untuk Monumen Jepang nya terletak di pantai Sosialita namanya, begitu kata temanku menceritakan. Untuk mencapainya tidaklah sulit. Selain dengan kendaraan pribadi, biasa juga naik angkutan umum ("taxi" jalur 7) dan ojek. Hanya saja mata kita harus jeli membaca plang penunjuk arah ke Monumen Jepang ini. Jarak Monumen Jepang dan pantai Lamaru (Sosialita) ini tidak begitu jauh dari jalan raya, sekitar 200 meter masuk ke dalam.
Plang Penunjuk Arah, via pegipegi.com
Pantai ini (entah saya bingung dengan namanya apakah Lamaru atau Sosialita) merupakan salah satu objek wisata Balikpapan, meski sudah "punya nama" namun pantai ini jauh dari fasilitas-fasilitas tempat wisata, tidak ada toilet umum, tidak ada tempat bilas dan warung makan. Hanya ada bangunan seperti kapal, mungkin itu sebuah cafe, namun sudah (atau sedang) tutup. Juga ada bangunan seperti rumah adat di dekat pantai nya, yang juga terlihat sepi. Lokasi pantai yang sepi ini sangat pas bagi kita yang ingin "kabur" dari keramaian kota. 
Pantai Lamaru (Sosialita) ?
Bersantai dengan ditemani pepohonan serta suara ombak yang menepi, bikin tenang fikiran yak. Pantai ini memiliki garis pantai yang panjang, dan dihiasi oleh pepohonan pinus sepanjang pantai, kalau di tempat saya sama seperti pantai Sebagul sepertinya, -baper lagi-. Lokasi seperti ini kerap menjadi tempat untuk berkemah bagi sebagian warga. 
Rumah Adat
Tepat di dekat pantai ini (kalau kita masuk dari bangunan yang mirip kapal tadi, ke arah pantai dan jalan ke arah kiri), setelah rumah adat yang saya bilang tadi, terdapat Monumen Jepang. Monumen / Tugu Jepang ini merupakan Tugu Peringatan bagi para serdadu Jepang yang meninggal saat perang dunia kedua melawan serdadu tentara sekutu dipimpin Australia yang mendarat di sana antara tanggal 26 Juni 1945 - 15 Juli 1945. Tentara Jepang saat itu dipimpin Shizuo Sakaguchi yang tanggal 23 Januari 1942 mendarat di sana merebut dari tentara Belanda.
Monumen Jepang, via www.jotravelguide.com
Menurut penduduk setempat, di pantai Lamaru tersebut selain tugu ternyata juga menjadi makam prajurit Jepang yang gugur ketika Perang Dunia. Tempat itu menjadi tanda puluhan prajurit Jepang yang telah gugur di sana. Tugu dan makam itu dibangun tahun 1990 dan merupakan benda cagar budaya yang dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.
Kondisi Pagar yang Sudah Rusak
Di Kuburan Jepang terdapat sebuah tugu peringatan yang berhiaskan huruf Kanji yang dibangun di atas makam pemimpin tentara tersebut. Makam ini dikelilingi dengan taman lengkap dengan sebuah gazebo dan dilengkapi juga dengan toilet umum. Kuburan Jepang ini dikelola oleh “Yayasan Sakura Balindo” yang bekerjasama dengan Pemerintah Kota Balikpapan. 
Narsis dikit dah.
Sayangnya tempat ini seperti tidak terawat, terlihat dari pagar-pagar sudah banyak yang rusak. Saat saya tiba disana juga pintu gerbangnya tertutup dan tidak ada penjaganya. Jadi cuma bisa mengambil gambar dari luar aja. Semoga hal ini dapat perhatian dari pihak yang bersangkutan. Penting bagi pemerintah untuk merawat tempat ini. Tempat ini merupakan saksi bisu tentang sejarah Balikpapan dimasa-masa kemerdekaan. "Jangan Tinggalkan Sejarah" bukan begitu kata Sang Proklamator kita. Saya menyempatkan diri untuk mengeksiskan diri sebentar, jepret-jepret, dan langsung melanjutkan perjalanan.



Sumber :

Tuesday, February 23, 2016

Balikpapan, the 3rd Destination : Crocodile!

Hari ketiga di tahun yang baru kemarin. Masih dalam tema explore Balikpapan, masih dalam #serbamumpung yang kemarin itu, juga masih ditemani teman kantor yang sama. Kali ini jadwalnya menuju banyak tempat yang sudah diagendakan diarah yang berbeda dari tujuan hari kemarin (gak tau arah apa). Udah bangun dari pagi, mandi dikamar mandi yang berukuran mini dikost itu, siap-siap, udah ganteng dah pokoknya. Tinggal menunggu si temen datang.

Setelah dia sampai, perjalananpun dimulai. Tujuan pertama kali ini adalah Penangkaran Buaya di Teritip. Sekitar 15an km dari kost saya jalan ke arah Handil (Handil juga saya tidak tahu dimana). Perjalanannya melewati daerah industri Batakan, yang kiri kanannya dihiasi oleh kantor-kantor perusahaan ternama Indonesia bahkan dunia, pengen kali awak kerja disalah satunya. O:) . Juga melewati Sadion Sepak Baru Persiba yang baru, sedang dalam proses konstruksi. 

Perjalanan terus berlanjut melewati Jembatan Manggar yang suasananya agak-agak mirip dengan Sungai Bulan di tempat saya, baper lagi. Ada niat untuk berhenti di tempat ini, namun saya urungkan dan fokus ke tujuan pertama dulu. Sekitar 30 menit lebih perjalanan kami, akhirnya sampai juga di TKP, meski dengan sedikit bantuan GPS, karena temen saya ini rada-rada lupa juga. Jika perjalanan kita mulai dari kota Balikpapan, lokasinya berada di kanan jalan, ada plang penunjuk arah juga yang membuat kita tak sulit untuk mencarinya. Saat ada petunjuk arah ditepi jalan, masuklah mengikuti jalan tersebut, sampai menemukan dua buah patung buaya, itu berarti anda tidak kesasar. :D
Patung Buaya, via tempatwisatadaerah.blogspot.com
Penangkaran Buaya Teritip Letaknya tak jauh dari Pantai Manggar, yang merupakan salah satu obyek wisata favorit di Balikpapan. Lokasi penangkaran tersebut berada di Jalan Mulawarman No 66, Desa Teritip, Kecamatan Balikpapan Timur, Balikpapan atau berjarak sekitar 28 kilometer dari pusat kota Balikpapan. 
Dikelola oleh swasta
Ada ratusan, mungkin ribuan jenis buaya disini, dari buaya Muara, Buaya Supit hingga Buaya Air Tawar, yang tidak ada hanya Buaya Darat sepertinya. Penangkaran ni sudah berdiri sejak tahun 1991 diatas lahan seluas 5 hektar (seumuran gueh ni tempat). Dikelola oleh swasta di bawah CV. Surya Raya. Di tempat ini ada berbagai kegiatan, kita bisa berfoto dengan anak buaya dan memberi makan buaya dengan membeli umpan ayam atau bebek di lokasi tersebut. Selain buaya, di lokasi ini juga bisa kita tunnggangi Gajah Lampung dan melihat beberapa monyet. Mungkin tempat ini bakal menjadi Kebun Binatang Mini di Balikpapan.
Kumpulan foto-foto Penangkaran Buaya Teritip
Bahkan menurut artikel yang saya baca. Di sini ada warung yang menyediakan sate buaya. Nah loh, penasaran gak tu ngerasain sate buaya yang memiliki banyak khasiat? Di tempat ini juga terdapat semacam panggung terbuka dengan gaya khas Kalimantan Timur, mungkin digunakan untuk atraksi yang menghibur para pengunjung. Setelah puas berada disini, kami pun langsung melanjutkan perjalanan ke lokasi selanjutnya. Bhaay....




sumber :
http://tempatwisatadaerah.blogspot.co.id/2015/03/beribur-ke-penangkaran-buaya-di-teritip.html
https://kotabalikpapan.wordpress.com/pariwisata/penangkaran-buaya-di-teritip/

Sunday, February 21, 2016

Balikpapan : The Urban Legend

Perjalanan teman saya terhenti, sambil menunjukkan arah rumah tua dengan bibir yang dimonyongkannya. Mata saya tertuju pada sebuah bangunan tua yang sudah tak beratap, terlihat usang dengan ditumbuhi semak belukar. Rumah berwarna putih tersebut sudah dipenuhi lumut dan coretan-coretan tangan "kreatif" manusia (anak kekinian). Namun tak mengurangi kesan angkernya.
Rumah Pembantaian
Yak, ini adalah rumah pembantaian yang melegenda itu. Terletak di kawasan Gunung Dubs di dalam komplek Pertamina Balikpapan. Disebut dengan rumah pembantaian dengan kisah yang bermula di zaman penjajahan Belanda dahulu. Saat itu Belanda sedang menguasai kilang minyak yang ada di Balikpapan. Kemudian datanglah pasukan Jepang ke Kalimantan yang masuk melalui utara lewat Tarakan. Saat itu merupakan masa peralihan kekuasaan antara Belanda dan Jepang yang terjadi di beberapa tempat di Nusantara. 

Jepang yang mengetahui adanya kilang minyak di Balikpapan ingin menguasainya dan mengirim pesan pada Belanda untuk tidak membakar kilang tersebut. Namun oleh Belanda pesan tersebut tak dihiraukan. Jepang yang mengetahui kilang minyak dibakar oleh Belanda menjadi murka dan merangsek masuk ke Balikpapan dan menangkap tentara Belanda di Balikpapan, dan pihak Jepang pun berusaha menangkap semua orang Belanda yang ada di Balikpapan.

Pihak Jepang menyisir semua tempat di Balikpapan dan akhirnya sampai di Gunung Dubs. Disana ada seorang suster bernama Maria van Veenen yang juga ikut tertangkap bersama beberapa orang Belanda lainnya. Sebagian orang Belanda yang ditangkap dibawa ke tempat yang bernama Banua Patra dan dibantai di sana (kejadian ini juga yang melatarbelakangi dibuatnya Monumen Perjuangan Rakyat). Suster Maria dan beberapa Belanda yang lain disekap di sebuah rumah di dekat jembatan gantung.

Terjadi perlawanan oleh orang Belanda pada Jepang di rumah itu. Beberapa orang lain termasuk suster Maria berhasil melarikan diri ke hutan-hutan menuju jembatan gantung yang terletak di belakang rumah tersebut. Namun usaha mereka sia-sia, sigapnya gerakan tentara Jepang menghalau perlawanan dan mengejar mereka yang melarikan diri.

Orang Belanda yang tak sempat melarikan diri dihabisi secara sadis dirumah tersebut. Termasuk keluarga suster Marie. Setelah membantai orang-orang Belanda, tentara Jepang mengejar sebagian lain yang kabur. Suster Marie dan beberapa yang lainnya akhirnya terdesak di jembatan gantung dan dihabisi satu persatu oleh tentara Jepang secara keji.

Hingga saat ini, rumah yang digunakan tentara Jepang untuk membantai orang-orang Belanda itu disebut dengan rumah pembantaian, dan jembatan tempat dibunuhnya suster Marie itu menjadi salah satu tempat paling angker. Sejak saat itu arwah suster Marie selalu muncul didaerah-daerah dekat tersebut, seolah tidak menerima kematiannya yang tragis.
Jembatan Gantung
Cerita tentang rumah pembantaian, jembatan gantung dan suster Marie sudah menjadi urban legend masyarakat Balikpapan. Sebuah daerah yang konon dihantui oleh hantu Suster Maria adalah kawasan Gunung Dubs, Gunung Pancur, kawasan Volker, dan sebuah rumah tua dan jembatan gantung. Seluruh tempat itu memiliki sejarah kelam yang berkaitan dengan kehidupan Suster Maria di masa lalu. Di tempat-tempat itulah, hantu Suster Maria kerap menampakkan dirinya dan mengganggu orang-orang yang memasuki daerahnya.

Menurut orang-orang setempat, Suster Maria sering menampakkan dirinya kepada pengendara ketika melintas di jalanan terjal yang ada di kawasan Volker. Beberapa orang mengaku, ketika melintas di sana, kursi tumpangannya yang semula kosong tiba-tiba terasa berat seolah ada penumpang yang tak kasatmata. Orang-orang yang mengendarai mobilnya juga mengaku melihat penampakan hantu suster di kursi kosong di belakangnya, ketika tanpa sengaja melihat dari kaca spion ketika melaju di tikungan dekat Gunung Dubs. Mitos yang beredar dimasyarakat adalah, konon jika kamu melintas di sana dengan menyisakan satu kursi kosong di kendaraamnu, maka hantu Suster Maria akan menampakkan diri kepadamu. Sosoknya yang mengerikan dengan pakaian lusuh penuh darah akan menghantui dirimu selama perjalanan. Tidak sedikit kejadian menakutkan semacam ini merupakan penyebab dari kecelakaan yang sering terjadi di kawasan Volker dan Gunung Dubs.

Menurut cerita, orang-orang yang pernah mampir di Gunung Dubs atau ke Volker – terutama di sebuah rumah tua, dan jembatan gantung yang ada di kawasan tersebut, pasti merasakan aura-aura mistis dari tempat itu. Beberapa dari mereka bahkan menceritakan pengalamannya melihat seorang perempuan berseragam suster tiba-tiba menampakkan diri di depan mereka. Suara-suara tanpa wujud juga kerap terdengar, seperti langkah-langkah di semak belukar yang ada di sana, siulan-siulan aneh juga sering terdengar bagi pengunjung di sana.





sumber :

Saturday, February 20, 2016

Balikpapan, the 2nd Trip : Wisata Misteri di Siang Hari

Waktu di Monpera sudah habis, saatnya melanjutkan perjalanan. Tujuan kali ini agak sedikit greget, wisata misteri ceritanya. Temen saya ini pernah bercerita tentang “rumah pembantaian” di Balikpapan. Yang ceritanya menjadi urban legend masyarakat. Karena penasaran, jadi pergilah kami kesana. Letaknya di dekat komplek Pertamina Balikpapan, yang memang rumah itu merupakan salah satu dari perumahan Pertamina.

Kami masuk dari arah masjid Istiqomah, kemudian naik ke atas, dan terus terus, ah lupa jalannya. Sebelum ke sana kami beristirahat sebentar di Bukit Lapangan Perahu untuk melihat pemandangan setengah Kota Balikpapan. Nama Lapangan Perahu diambil karena di sini terdapat lapangan yang berbentuk seperti perahu jika dilihat dari atas, udah itu aja. Jepret jepret sebentar, trus lanjut deh perjalanan.
Pemandangan Kota Balikpapan dari Bukit Lapangan Perahu
Perjalanan menuju TKP melewati komplek perumahan dengan khas arsitektur Belanda, serasa berada ditahun jebot saat lewati perumahan ini, udah terasa juga aroma-aroma mistis yang bikin merinding. Sampai akhirnya kita sampai di tempat yang dituju. Saya memarkirkan mobil agak masuk ke dalam di dekat bekas jalan kecil yang saya yakini merupakan jalan menuju “rumah pembantaian” tersebut. Lalu kami turun dari mobil dan menyisiri jalan setapak masuk ke semak-semak. Segerombolan nyamuk hutan sudah lebih dulu menyambut kedatangan kami sejak kami membuka pintu mobil, aliran sungai dan suara khas binatang semak belukar beradu menjadi simfoni irama yang sedikit mengerikan.

Tak lama perjalanan kami, ketika teman saya berhenti dan menunjukkan lokasi rumah pembantaian itu dengan mulutnya yang dimonyongkan. Saya hanya terdiam di tempat, tak berkata-kata, dan sesaat kemudian saya mengambil gambar rumah tersebut, hanya dari kejauhan. Teman saya menawarkan untuk masuk namun saya menolak, entah nyali saya menciut seketika dan tak berani untuk melanjutkan perjalanan memasuki rumah itu.
Penampakan Rumah Pembantaian
Saya memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan. Tujuan kali ini masih adalah jembatan gantung. Letaknya sebenarnya tak jauh dari rumah tadi, hanya saja untuk mencapainya kita harus memutar jalan. Setelah sampai dan memarkirkan mobil, kami pergi ke jembatan tersebut, sebuah jembatan gantung tua namun saya yakin masih kuat, meskipun ada beberapa yang berlubang. Maklum Belanda mempunyai teknik arsitek dan bangunan terbaik di dunia sejak zaman dulu. Makanya banyak beberapa bangunan Belanda di Indonesia ini yang masih kokoh beridir hingga sekarang, termasuk jembatan gantung ini.
Jembatan Gantung
Tak lama kami berada disini, jepret sana jepret sini, lalu perjalanan kami lanjutkan ketempat yang lain lagi. Sebenarnya masih ada beberapa tempat tujuan "wisata angker" di perumahan ini, ada rumah Dalang, dan rumah Belanda yang tak jauh dari lokasi tadi. Hanya saja perjalanan kami terbatas dengan waktu. Akhirnya kami memutuskan untuk tidak melanjutkannya, keluar dari komplek dan berjalan melewati kilang, stadion Persiba, dan pulang istirahat. Mengenai cerita tentang rumah pembantaian dan jembatan gantung akan saya ceritakan di artikel selanjutnya. :)

Thursday, February 18, 2016

Balikpapan, First Destination : Monumen Perjuangan Rakyat

Hari ini merupakan hari pergantian tahun untuk kalender masehi, boleh dibilang tidak ada yang istimewa dihari ini. Hanya saja saya sudah membuat janji dengan teman kantor untuk jalan-jalan mengitari Balikpapan, sekalian jadi guide perjalanan. Mumpung libur, mumpung bos sedang cuti, dan mumpung mobil kantor dititipkan ke saya. #serbamumpung.
Makodam VI/ Mlw di seberang Monpera
Hari ini tujuan pertama adalah Tugu Monpera atau yang lebih dikenal dengan Monumen Perjuangan Rakyat. Monumen ini terletak tepat di depan Markas Komando Daerah Militer VI Mulawarman dan berhadapan langsung dengan laut. Masih terletak di pusat Kota Balikpapan. Letak Monpera ini berada di tepi jalan raya sehingga tidak sulit untuk menemukannya, untuk mencapainya bisa dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum (angkot... Eh "taxi" dengan jalur 6 denk, dengan biaya kisaran 3000 - 5000 saja).
Monumen Perjuangan Rakyat
Saat tiba di sana, lokasi ini sedang ramai dikunjungi, berhubung karena hari libur tahun baru kali ya. Saat masuk, kita akan dikenakan biaya retribusi, 5000 untuk kendaraan roda empat dan gratis jika anda tidak membawa kendaraan. Banyak yang sedang bersantai, berkumpul bersama keluarga, komunitas, dan ada juga yang bermain-main di pantai (yang juga bernama pantai Monpera), #serbamonpera. Ada juga muda-mudi yang sedang memadu kasih (anak jaman sekarang), juga tak ketinggalan para fotogenic yang apa-apa difoto.
Pantai Monpera

Monumen Perjuangan Rakyat merupakan monumen yang didirikan untuk mengenang perjuangan Rakyat Kalimantan Timur pada masa penjajahan dulu. Diresmikan pada hari kamis, 16 November 1995 oleh Panglima ABRI, Feisal Tanjung. Monumen yang memiliki tinggi sekitar 20 meter ini dibangun untuk memperingati dua kejadian bersejarah, yakni penghalangan masyarakat balikpapan atas kedatangan pasukan belanda yang tiba di daerah pantai klandasan ilir yang memakan banyak para korban bangsa belanda dan masyarakat balikpapan. 

Dan yang kedua, telah terjadi pembantaian massal oleh jepang terhadap serdadu belanda untuk memperebutkan sumur mathilda dimana pembantaian tersebut menewaskan kurang lebih 80 serdadu belanda beserta jendralnya. Selepas peperangan, sumur Mathilda direbut kembali oleh masyarakat Balikpapan. Dari peristiwa ini, maka dibangunlah monumen ukiran batu dengan bentuk tentara Indonesia bersama masyarakat Balikpapan mendirikan bendera merah putih yang melambangkan perjuangan rakyat Balikpapan.

Monumen ini merupakan landmark kota dan menjadi ikon Kota Balikpapan (selain Beruang Madu). Monumen dan taman yang terletak di tengah-tengah Kota Balikpapan ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang membuat tempat ini selau menjadi pilihan pengunjung, terlebih lagi muda-mudi, komunitas-komunitas bahkan kumpul keluarga.

Taman Monpera boleh dibilang taman yang bersih, terdapat pohon-pohon rindang, dan beberapa kursi taman. Jangan takut kelaparan jika lupa membawa bekal, karena disini terdapat restoran dengan hidangan seafoodnya yang khas, dan tentu ada juga mas-mas dan mbak-mbak penjual jajanan ringan. Tinggal siapin duit aja deh.
Monumen dan Taman Monpera
Saya hanya berjalan sebentar mengitari monumen dan istirahat sebentar di depan tugu nya, sebuah tempat semacam panggung di tepi pantai. Sambil melihat laut, jadi baper kangen kampung halaman. Setelah saya mencari tau lewat mbah gugel tentang tempat ini, ternyata tempat ini juga merupakan spot yang bagus untuk mengabadikan momen sunset. Hanya saja waktu yang terbatas membuat saya tidak bisa berlama-lama disana, masih ada beberapa tujuan lain.





Sumber :
https://id.wikipedia.org
http://bblogger.web.id/sejarah-yang-terlupakan/
http://portalbalikpapan.com/pantai-monpera-balikpapan/
http://www.travellers.web.id/indonesia/east-kalimantan/monpera-beach-and-monument/

Wednesday, February 17, 2016

Cerita di Bumi Lumbung Energi : Balikpapan, Kota Beriman

Mendengar orang menyebut kota ini yang langsung terlintas dibenak saya saat kuliah dulu adalah "kota minyak" dengan seabrek kekayaan lain yang ada di dalamnya. Termasuk dikehidupan masyarakatnya. Belum pernah terlintas secara pasti mengenai kota yang terletak di pulau "lumbung energi" Kalimantan ini. Yang jelas banyak perusahaan energi, minyak dan tambang yang ada disana.

Akan dipindahkan/dirotasi ke Balikpapan sudah saya dengar beberapa waktu sebelum hal itu pasti. Dari jadwal program management trainee di kantor, hingga pembicaraan langsung dengan GM nya. Saya dengan tegas, menjawab siap saat itu. Ya sambil-sambil nyari pengalaman, dan melanjutkan tradisi merantau ya kan.

Setelah menunggu beberapa waktu dan sedikit "drama", ciee ileeh. Akhirnya awal desember 2015 saya resmi dipindahkan ke Balikpapan. Berangkat dengan 2 orang dari kantor dalam rangka perjalanan dinas. Kami berangkat dari bandara Soetta menuju bandara Sepinggan di Balikpapan. Saat turun dari pesawat, agak pusing, jetleg kali? Hweew.
di Kota Minyak

Sebenarnya ini bukan kali pertama saya menginjakkan kaki di Kaltim, beberapa waktu lalu saya pernah 2 kali kesini juga dalam rangka perjalanan dinas. Namun saat itu hanya sebatas lewat, dan sugesti saya pun bukan sugesti orang yang menetap disini, beda dengan sekarang.
.....

Saya dikirim di sini untuk "belajar", mengenai proyek baru dari cabang unit bisnis baru di kantor. Benar-benar lokasi proyek, tanpa kantor cabang dan alat pendukung lain layaknya kantoran, tapi alhamdulillah terletak di tengah-tengah kota, deket mall pula. Jadi ya gak suntuk amat. Tapi disini lah saya mulai belajar. Berpanas berhujan begadang tidak masalah, sudah pernah dilatih saat kuliah dulu, jadi aman saja untuk beberapa saat.



Tentang Balikpapan. 
Kota Balikpapan merupakan daerah tingkat II (setara Kabupaten/Kota) yang memiliki luas terkecil di Provinsi Kalimantan Timur. Kota ini terletak di tepian selat Makassar, bisa juga dibilang kota pelabuhan, karena dari Balikpapan banyak kapal menuju Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi bahkan Tarakan.
Peta Balikpapan (sumber kiri : mapsofworld, kanan : google)
Saat kecil dulu, saya paling hobi buka atlas, gak tau ya, kalau lihat peta gitu seneng aja rasa hati (bahagia itu memang sederhana). Nah saat lihat peta terus liat Kaltim, ibukotanya Samarinda dengan bulatan merah besar yang kata legenda petanya itu adalah Ibukota provinsi, trus Balikpapan juga bulatan merah gitu, tapi ya agak kecil, pas saya lihat diketerangan legendanya menyebutkan bahwa bulatan merah yang agak kecil itu sebagai kota-kota penting. Sepenting apa ya? 

Yaa ternyata emang pentiing, selain sebagai Kota Minyak, Balikpapan juga merupakan pintu gerbang masuknya para pendatang dari luar, letaknya ditepi laut membuat ia menang di dua sisi, laut dan udara, ditambah lagi Balikpapan memiliki bandara Internasional yang Samarinda sebagai ibukota provinsi pun belum memilikinya (sedang dibangun). Hal ini menyebabkan perekonomian Balikpapan berkempang pesat. Jadi ya atlas gak salah nempatin Balikpapan sebagai kota penting.

Banyak pendatang disini, dominan Jawa dan Bugis.. Kemudian Toraja, dan tak ketinggalan perantau sejati : Minang dan Cina. Melayu?? Hmmm sulit sih, tapi kemarin sempet saya nemuin plat mobil BP cooyy. Manteep. Jadi pengen cari tau apakah ada komunitas perantau Melayu Kepri disini? Bahasa utama nya sih gak ada ya, karena banyak pendatang, jadi bahasanya nyampur ada Banjar, Kutai, Bugis dan Jawa.


Biaya Hidup.
Saya mendapat rekomendasi kost di daerah Sepinggan, dekat dengan bandara tapi jauh ke lokasi proyek. Hha. Salah langkah diawal. Kost lumayan gede, kamar mandi dalam, AC, lemari tempat tidur, meja, tipi dan wifi (ini yang paling penting), harganya 1.4 juta/bulan. Lumayan lah. Fasilitas pendukung lain adalah, dekat dengan masjid dan buanyaaaak tempat makan, meski bukan termasuk orang yang suka ngemil tapi ya seneng aja gitu. Kaya Seturan kalo di Jogja. Hhe. Yang agak kurang nyaman itu dari kost ke jalan utama untuk naik angkot yang lumayan jauh. Biaya angkot ke lokasi proyek 5000. Pp 10000.

Hanya sebulan aja disana, kemudian saya pindah kost yg lumayan dekat dengan lokasi proyek, jalan kaki paling 10 menit doank. Harganya 750, kipas angin, lemari, kasur. Lumayan nyaman tempatnya. Kemudian bulan berikutnya saya pindah kost lagi, gak jauh dari kost yg sebelumnya, yang ini 800rb/bulan, kasur kipas angin, meja, deket tempat makan, dan masjid. Ke lokasi juga deket dah.

Biaya makan di Balikpapan hampir sama dengan di Jakarta, sebelum berangkat kesini, saya sudah tanya dengan beberapa teman kampus yang kerja di Balikpapan. Makan enak banget ya 25 rebuan. Ada warteg dengan harga 12-19rb untuk seporsi nasi, tergantung lauknya sih. Tapi rata-rata harga warteg emang segituan di sini. Es teh nya 3-5 rebuan. Es jeruknya 5-7ribuan, tapi ya bener-bener es jeruk, kerasa banget jeruknya, dan seger tenanan.

Nah yang kerasa mahalnya itu kalo nongkrong gitu, tempat nongkrong disini lumayan banyak. Di sepanjang jalan MT. Haryono ada beberapa cafe, lesehan, dan angkringan. Juga terdapat pusat anak nongkrong, Pasar Segar namanya, di daerah Balikpapan Baru. Harganya menyeseuaikan lah ya. Saya bilang kerasa mahalnya ya karena dibandingin ma Jogja. Ya iya lah mahal jadinya, hha.


Sepi..
Namanya juga tempat baru ya kan, sepi pasti adalah hal yang kerap menghampiri. Teman awal paling temen kuliah yang kerja disini, dan juga alumni organisasi-organisasi kampus dulu yang kerja dan bahkan emang domisili di Balikpapan, tapi karena kesibukan masing-masing jadi jarang ketemu juga. Karena saya ini orang yg suka banget bersosialiasi, mulai deh cari refrensi-refrensi komunitas di Balikpapan, dan binggo! Dapat akhirnya, Backpacker Balikpapan dan Indobarca Balikpapan. Sepik-sepik sama adminnya di twitter akhirnya dapat deh masuk ke grup line IB Balikpapan, sedangkan backpacker Balikpapan saya hold dulu karena ada sesuatu dan lain hal.

Hakss! Bakal dapet temen baru ni, bener aja kopdar pertama kali yang saya ikutin, langsung ngebahas rencana musyawarah chapter, dan alhamdulillah bisa berkontribusi sedikit berkat pengalaman organisasi. Dapat temen baru tentunya, rupanya ada alumni UPN juga, beda fakultas tapi, bahkan ada orang se-Kepri dari Karimun. Alhamdulillah. Ditambah lagi temen-temen yang lain.

"Misi selanjutnya adalah : mencari orang-orang / komunitas Melayu di Balikpapan. :D"


Yang unik.
Ada hal unik di Balikpapan ini (menurut saya sih ya). Cara mereka menyebut angkot, mereka menyebutnya taxi. Sedangkan taxi beneran mereka menyebutnya kargo, belum sempet nyari tau darimana sebabnya kata itu. 
"Taxi" dan "Argo" nya Balikpapan.

Satu hal lagi, yang bikin saya agak kaget, ya adanya -maaf- pengemis dan gelandangan.. Dikota yang boleh dibilang makmur gini seharusnya hal itu gak ada, makanya agak heran aja, pas awal-awal jalan dan berenti di lampu merah, ada pengemis gitu, tapi gak banyak siih, jarang juga ngeliatnya. Kemudian masalah macet-macetan, hanya di jam-jam tertentu dan saat-saat tertentu aja. Ohya, Balikpapan dinobatkan sebagai kota dengan lalu lintas yang paling aman loh. Manteep kan.



Wisata
Sebagai kota besar, tentunya ada tempat-tempat menarik untuk dikunjungi. Setelah cari refrensi lewat mbah gugel dan buka akun instagram yang bertema jalan-jalan itu, akhirnya ketemu beberapa tempat rekreasi di sini. Ditandai dulu, nunggu waktu yang pas. Setelah beberapa waktu, akhirnya bisa pergi ketempat-tempat tersebut bersama seorang teman kantor, meski gak semua karena keterbatasan waktu, tapi lumayan lah untuk mengobati rasa penasaran. Ada tugu Monpera, pantai Manggar, Penangkaran Buaya Teritip, dan Monumen Jepang. Hanya itu yang baru bisa disambangi, next time kita jelajahi lagi tempat-tempat yang lain.


Yah itu lah selintas cerita rantau selama kurang lebih 2 bulan berada di Balikpapan, masih banyak lagi tempat yang ingin dikunjungi. Mumpung masih di tempat orang, dan juga dikelilingi oleh orang-orang baik -alhamdulillah-. Nanti insha Allah akan ada lanjutannya, tergantung mood yak. :D

Sunday, February 14, 2016

Momen-momen Greget Saat Kita Bergelut dengan Skripsi

Skripsi merupakan momen sakral bagi mahasiswa. Skripsi merupakan bukti dan "laporan tertulis" kita kepada orang tua bahwa kita selama ini benar-benar menjalankan amanahnya. Ia merupakan bukti dari hasil jerih payah kita selama bertahun-tahun mengenyam bangku kuliah. Mahasiswa harus memiliki mental baja kala sudah mengklik skripsi di daftar KRS (Kartu Rencana Studi) nya. Skripsi juga akan menampakkan suatu periode dimana mahasiswanya ogah-ogahan, dan mahasiswinya udah mulai minta dinikahkan saja.
 
Berbagai macam cara mahasiswa dalam menjalaninya. Ada yang malas-malasan, sambil kerja sana-sini, hingga akhirnya skripsi keteteran. Mahasiswa tipe ini berprinsip kalau skripsi bisa belakangan, yang penting banyak pengalaman. Ada yang sama sekali gak ngerjain karena asik ngegame onlen, akhirnya keteteran juga. Ada juga yang malah "sengaja" dilambatin sampai akhir mau dilulusin -baca : lolosin- oleh program studi. Ada juga yang terlalu idealis. Namun, banyak mahasiswa akan fokus dulu ngerjain skripsi. Setiap ada kesempatan ngadep dosen pembimbing pasti akan dilakukannya, supaya bisa lulus paling duluan.  
Menyebalkan, sangat! Meski begitu, momen-momen kampret saat mengerjakan skripsi sebenarnya merupakan momen paling berkesan yang akan kita rasakan setelah kita lulus nanti. Bakal kamu ingat sampai tua, bisa juga jadi bahan cerita atau bahkan motivasi untuk minimal ke anak-cucumu kelak.
  
Bagi para mantan mahasiswa, yuk dah kita mengulang kembali momen-momen greget ini, nostalgia membuka cerita lama, daripada pusing mikirin dunia yang kadang tak selalu memihak pada kita. cieeileeh.


1. Hal Menyebalkan Pertama Adalah : PENENTUAN JUDUL.
Pecah Ndase, via belajarmengajar1.blogspot.com


*TING!!! lampu ide menyala terang di atas kepala*  
Ah! Akhirnya aku tau mau nulis apa!” 
-lompat-lompat kegirangan- 

*Besok Ngadep Dosen*

Heeehh (ketawa sinis). Mas, tema ini sih udah banyak banget yang nulis. Coba ajukan yang lain ya.” 


*tiba-tiba semangat hidup jadi padam, barengan dengan lampu ide*

Yap, judul skripsi merupakan hal awal yang pertama datang. Bagi kamu mahasiswa pas-pasan yang tanpa rencana matang. Yang dulunya bodo amat, yang penting skripsi diambil dulu. Trus pas mau nentuin tema baru bingung dah, selalu terfikirkan, terngiang-ngiang di kepala, ngalahin ingatnya kamu sama cinta pertamamu yang udah nikah duluan. Upss.

Difase ini, kamu harus rajin-rajin baca koran, googling, baca jurnal, pahami isu-isu terbaru, atau apa aja deh biar kamu nemuin banyak inspirasi. Kemudian setelah ketemu juga kamu harus cek-ricek lagi ke perpustakaan, apakah ide mu ini sudah pernah dibuatatau belum, kalau udah ya nyari lagi. Yang tabah ya.

2. Dapat Dosen Pembimbing Udah Kayak Ikut Lotere. Enak Atau Nggaknya Tergantung Keberuntunganmu.
Dosbing, via www.idntimes.com
Hal berikutnya yaitu dosen pembimbing. Biasanya mahasiswa sudah punya bidikan nanti saat skripsi mau dibimbing siapa. Biasanya yang jadi primadona adalah dosen yang sehari-hari ngajarnya enak juga terkenal baik, serta gak neko-neko saat bimbingan -refrensi ini kamu dapat dari nguping pembicaraan senior-senior dulu-. Ini juga kita harus bersaing dengan rekan yang juga barengan ambil skripsi, biasanya kita disuruh isi angket dulu, nah disitu tu kita mulai menerawang keberuntungan kita. Kalau bisa nulis angket atau temanya dicocok-cocokin sama dosen incaran itu. Tapi ya namanya keinginan. Ngedapatin dosen incaran itu hoki-hokian dah. Bisa jadi dosen incaranmu sedang nggak bisa bimbing skripsi, atau udah terlanjur bimbing beberapa anak lain.

Akhirnya karena kurang beruntung, kamu harus dapat dosen lain yang nggak sesuai keinginan. Kalau segitu doang sih nggak apa-apa, masalahnya kamu bisa saja dapat dosbing yang paling dihindari semua orang, dengan alasan temamu ini emang cocok kalau beliau yang bimbing. Kalau benar terjadi, maka bersabarlah! Hanya sabar dan shalat yang bisa membantumu.

3. Bimbingan Sesi Pertama : Bimbingan Proposal
Plisssss, via tips.skripsiword.com
Jejeeeng. Setelah dapat pembimbing, tema juga sudah oke, saatnya bimbingan proposal. Di fase ini kamu jangan langsung senang. Saat kamu mengajukan proposalmu, ada berbagai kemungkinan yang bisa terjadi.
Beruntung :
Dosbing : "oke, lanjut sidang proposal" sambil ACC proposalmu

Kamu : Girang bukan kepalang, senyum merekah yang tahan sampe malam.



Kurang beruntung :
Dosbing : "Kasus seperti ini udah kuno mas, teorinya cocok. Gini aja mas, blablablaaaaaa."
Dosbingmu menyarankan teori lain, dan memberi referensi buku untuk kamu baca.

Kamu: "baik pak" senyum kecut.



Nggak beruntung :
Dosbing : "Proposal seperti ini udah banyak mas, kreatif dikit donk, cari masalah yang baru, blablablaaa.......... Ganti topik!!!"
Dosenmu menolak proposalmu secara keseluruhan karena alasan-alasan yang kamu kurang paham, dan memintamu membuat topik yang baru dengan masukan dari dosenmu yang kamu juga kurang paham.
Kamu : "baik, pak, terimakasih" -padahal belum ngerti-



Apes :
Dosenmu : "maaf mas, proposal ini saya tolak"
Dia menolak topik yang kamu ajukan, tapi dia juga nggak ngasih masukan tentang topik apa yang bisa kamu tulis.
Kamu : "ia......" -tatapan kosong, pandangan hampa-

Sampai akhirnya 1 bulan berlalu, dan kamu belum juga menemukan topik lain baru

4. Bagaimanapun Juga, Tiada Skripsi Tanpa Revisi.
Skripsi, via catatanku.web.unej.ac.id
Skripsi dan revisi merupakan pasangan yang sulit dipisahkan. Setelah kerja keras tak tentu jam tidur dan makan, diskusi berjam-jam, debat sana-sini akhirnya proposal skripsimu diterima, dan kamu mulai mengerjakan draft -calon- mahakaryamu itu. Dan itu pun belum tentu berjalan mulus-mulus aja. Setelah menyelesaikan draft bab pertama, kamu akan merasa sangat lega dan dengan bangga kamu menyerahkan hasil jerih payahmu itu ke dosbing. 

Namun kamu juga harus siapkan mental baja, saat draft mu kembali dengan coretan sana-sini penuh revisi. Beruntung jika yang perlu kamu revisi hanya hal-hal kecil perihal metode penulisanmu yang nggak terlalu menghambat. Kadang, dosenmu mempertanyakan kemana sebenarnya arah hidup skripsi mu itu. Ini baru bab pertama loh ya. Kamu pun hanya bisa merenung, menanyakan diri sendiri apa yang sudah kamu tulis. Momen-momen inilah yang kadang-kadang mebuat mahasiswa/i yang lemah mentalnya tereliminasi, yang cowok entah hilang kemana, yang cewek minta cepat-cepat dilamar.

5. Bimbingan Juga Gak Selalu Lancar. 

On whatsApp
Kamu :  "Siang Pak, besok jadi bimbingan kan?"

Dosbing : "Saya lagi di Cepu, Do. Bimbingannya diganti hari ya"

Kamu : "Oh… baik Pak. Kapan pak kira-kira saya bisa bimbingan?"

Dosbing : "Sepulangnya saya"

Kamu : ***heniiiiiing
Cepat lambatnya skripsi mu juga tergantung dosenmu. Jika dosbingmu adalah dosen yang sibuk ngerjain proyek bahkan sering ngisi seminar di luar kota, nah itu alamat dan tanda-tanda skripsimu calon terbengkalai. Belum lagi kalau ketemu dosen yang moody. Nulis udah bener disalahin dan disuruh ganti, bimbingan berikutnya masih anter skripsi yang sama -gak diganti- malah dibilang bagus. Emang kadang dosbing suka becanda gitu.

6. Tiba-Tiba Blank, Tak Tau Apa Yang Harus Dikerjakan, Serasa Otak Berhenti Bekerja Adalah Momen Biasa.
Plongo, via www.walltor.com
Pernah gak, udah duduk manis didepan leptop, udah buka Ms. Word. Lalu tiba-tiba fikiran mu blank, tak tau apa sebabnya? Otakmu bagai kosong seperti terlahir kembali. Kalau pernah, berarti kita sama! Dan kamu coba fokus dan kembali membaca ulang skirpsi mu, dan kamu juga bingung harusmulai dari mana, tak jarang kamu juga tiba-tiba gak ngerti dengan apa yang sendiri kamu tulis. Di momen ini kamu mulai stress karena merasa bego. Dan akhirnya, kamu nangis-nangis curhat ke Mama Papa atau teman sejurusan. Atau jongkok dipojok kamar sambilngais-ngais dinding.

7. Rasa Bosan Kerap Menghampiri. Kalau Keluar Takut Kebablasan dan Malah Skripsi Keteteran, Aku Kudu Piye?
Kudu Piye?, via papasemar.com
Ya kali, sepanjang waktu berada dalam kamar ngebut ngerjain skripsi karenadeadline yang dikasih dosbing. Kadang membuatmu suntuk sendiri. Ruangan 3x4 mu itu membuatmu bosan, otak mu konslet dan akhirnya inspirasimu macet. Kamu pun bisa berujung dengan memandangi lembar Microsoft Word dengan pandangan hampa. Kadang pengin juga ganti suasana. Keluar dan mengerjakan skripsi di mana gitu yang asyik. Tapi khawatir jadinya malah main-main saja.

Kalau momen seperti ini melanda, coba deh tenangkan diri sejenak. Dan gak ada salahnya kamu "putusin" dulu skripsimu dan bilang ke dia "hanya sementara kok, nanti aku balik lagi". Dan kamu seharian keluar, untuk sekedar melepaskan stress yang menumpuk di otak. Ingat, jangan lama-lama, jika semangat dan inspirasimu telah kembali, pacarin lagi noh skripsi.


8. Godaan Datang Dari Berbagai Penjuru.
Nongkrooong, via www.anekawisata.com
Lagi ngetik, temen datang 
Temen : "Bro, nongkrong yuk"

Kamu : "lagi nyekripsi ni, deadline bro, deadline"

Temen "ah elah bro, masih jaman skripsian? Nongkrong dulu lah, malam ini aja, kapan lagi coba"

Kamu berhenti ngetik, berfikir, dan berkata "bener juga ya, ayuk dah",

-matiin leptop-

-Dan nongkrongpun terus berlanjut ke malam-malam berikutnya-

Nah itu dia, salah satu godaan yang datang saat skripsi. Bagi yang awal-awalnya suka nongkrong bareng temen-temen. Saat ngerjain skripsi, teman nongkrong yang udah lama ngilang itu kembali datang dan kembali ngajakin nongkrong lah, futsal lah, nonton lah, apa aja deh. Dan bagi kamu yang suka ngegame onlen juga bahaya ni, godaan teman dan game onlen yang datang padamu terasa seperti saat orang makan ayam goreng didepanmu saat kamu sedang puasa. Harus kuat iman boo. Hati-hati dengan ini ya.

9. Masa Nyekripsi Biasanya Merupakan Waktu yang Longgar, Tapi Jangan Terlena Dengan Itu Ya. Mau Magang Atau Part Time Harus Dengan Perencanaan yang Matang.
Magang, via riauposting.com
Hati-hati, nah ini dia. Biasanya skripsi yang kita ambil di semester akhir kuliah sudah nggak ada jadwal kuliah lagi. Ke kampus pun cuma buat bimbingan atau nyari bahan di perpus. Tak jarang dari kamu berpikir lebih baik disambi magang, supaya dapat pengalaman untuk mengisi CV. Atau bahkan mau part time untuk nambah-nambah uang jajan. Toh masih banyak waktu kosong juga untuk ngerjain skripsi. Ternyata eh ternyata, kamu malah keasyikan. Kamu malah jadi loyal dengan magang / part time mu. Waspadalah, waspadalah!

10. Lagi Enak-Enak Ngetik Tiba-Tiba Laptop Eror, Mati Tiba-Tiba, dan File Nggak Ke-Save. = STROKE!
SHOCK!!!!!, via cara-memperbaiki-laptop.blogspot.com
Ini merupakan peristiwa yang samasekali tidak diinginkan terjadi saat proses penyelesaian skripsi. Leptopmu yang berumur atau mungkin karena kesalahan teknis bisa saja eror dan mati tiba-tiba saat kamu tengah semangat-semangatnya nyekripsi. Parahnya lagi file mu balum kamu save sementara kamu udah ngetik beberapa lembar, nah kan?

Atau tak jarang, laptopmu rusak total dan harus diformat ulang sementara -calon- mahakaryamu sudah hampir rampung kamu kerjakan.


Kamu cuma bisa berkata : Yaa Rabb, apa salah ku? Sambil mengingat-ingat maksiat apa yang sudah kamu kerjakan hingga dapat cobaan seperti ini. Looh..

Agar hal seperti itu tak terulang dan tak terjadi padamu, ada perlunya kamu menyiapkan banyak back up-an. Entah itu simpan di hardisk ekxternal, atau simpan di drop box juga boleh. Persiapan agar sewaktu-waktu jika leptopmu mati, kamu masih bisa ngelanjutin skripsi.


--------------
Begitulah suka duka para pejuang skripsi, namun jika kita mengerjakan dengan sungguh, tentu kita kan dapat hasil maksimal. Karena hasil takkan pernah menghianati proses. Selamat bagi kalian yang menyelesaikan skirpsinya, sebuah mahakarya agung yang mungkin tak akan kalian lupa (prosesnya). Dan bagi kalian yang sedang atau akan menghadapi hal ini. Bersiaplah, siapkan mental baja, dan berusahalah dengan sungguh-sungguh untuk membahagiakan orang-orang tersayang.
Skripsweet, via S 11 arisubagio.blog.unej.ac.id




Salam supret.
Mantan pejuang skripsi.






Sumber inspirasi : hipwee.com via @faktual