Lambang TNI AL, via id.wikipedia.org |
Hari ini 70 tahun yang lalu, sebuah satuan terhebat yang pernah ada di Indonesia berdiri, kita biasa menyebutnya dengan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut, TNI AL. Sejarah terbentuknya TNI AL ini yang diawali dengan nama Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945. BKR kemudian berkembang menjadi beberapa divisi, salah satunya adalah BKR Laut yang menjadi salah satu divisi awalnya. BKR Laut meliputi wilayah bahari / laut. Pembentukan BKR Laut ini dipelopori oleh Laksamana Mas Pardi, yang kemudian memegang komando (KSAL) pertama dengan dibantu Raden Eddy Martadinata serta pelaut-pelaut yang pernah bertugas di
jajaran Koninklijke Marine (AL Belanda) dan Kaigun di masa penjajahan
Jepang. Faktor lain yang mendorong terbentuknya badan ini adalah adanya potensi
yang memungkinkan untuk menjalankan fungsi Angkatan Laut seperti
kapal-kapal dan pangkalan, meskipun pada saat itu Angkatan Bersenjata Indonesia belum terbentuk.
Pada tahun yang sama, tepatnya tanggal 5 Oktober, penyebutan BKR mulai dihilangkan, seiring keluarnya Maklumat Pemerintah
pada 5 Oktober 1945, di mana BKR diubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat
(TKR). BKR Laut pun berubah nama jadi TKR Laut, kendati di beberapa daerah
pergantian jadi TKR Laut baru efektif terjadi sebulan berikutnya. Sebutan-sebutan lain sempat pula jadi bagian sejarah TNI AL, mulai
dari Tentara Republik Indonesia (TRI) Laut, hingga Angkatan Laut
Republik Indonesia (ALRI). Banyak dari anggota ALRI yang justru tidak ditempatkan di atas
kapal-kapal perang yang memang tak dimiliki pada saat itu. Mereka
banyak yang diberdayakan ikut perang darat, hingga muncul sebutan “ALRI Gunung”.
Alutsista yang lumayan mumpuni baru bisa didapat pasca-pengakuan
kedaulatan Indonesia dari Belanda pada 1949, di mana ALRI menerima
sejumlah kapal perang. Sejak saat itu hingga tahun 1960an, ALRI jadi kekuatan yang ditakuti
sejumlah negara tetangga. Dengan kekuatan kapal Perusak Berat KRI Irian,
sejumlah fregat, kapal selam, serta tank amfibi PT-76, membuat ALRI
disebut sebagai “gladiator” laut terbesar se-Asia.
Laksmana Mas Pardi, va id.wikipedia.org |
Sejumlah Pangkalan Angkatan Laut
terbentuk, kapal-kapal peninggalan Jawatan Pelayaran Jepang
diperdayakan, dan personel pengawaknya pun direkrut untuk memenuhi
tuntutan tugas sebagai penjaga laut Republik yang baru terbentuk itu.
Kekuatan yang sederhana tidak menyurutkan ALRI untuk menggelar Operasi
Lintas Laut dalam rangka menyebarluaskan berita proklamasi dan menyusun
kekuatan bersenjata di berbagai tempat di Indonesia. Disamping itu
mereka juga melakukan pelayaran penerobosan blokade laut Belanda dalam rangka mendapatkan bantuan dari luar negeri.
Monumen / Patung Jalesveva Jayamahe TNI-AL di Surabaya, via www.taganapelalawan.com |
Kepahlawanan prajurit samudera tercermin dalam berbagai pertempuran laut
dengan Angkatan Laut Belanda di berbagai tempat seperti Pertempuran Selat Bali, Pertempuran Laut Cirebon, dan Pertempuran Laut Sibolga. Operasi lintas laut juga mampu menyusun pasukan bersenjata di Kalimantan Selatan, Bali, dan Sulawesi.
Keterbatasan dalam kekuatan dan kemampuan menyebabkan ALRI harus
mengalihkan perjuangan di pedalaman, setelah sebagian besar kapal
ditenggelamkan dan hampir semua pangkalan digempur oleh kekuatan militer
Belanda dan Sekutu.
Sebutan ALRI Gunung kemudian melekat pada diri mereka. Namun tekad
untuk kembali berperan di mandala laut tidak pernah surut. Dalam masa
sulit selama Perang Kemerdekaan ALRI berhasil membentuk Corps Armada
(CA), Corps Marinier (CM), yang saat itu disebut sebagai Korps Komando Angkatan Laut (KKO-AL), Penerbangan Angkatan Laut dan sejumlah Komando Daerah Maritim sebagai komando pertahanan kewilayahan aspek laut dan lembaga pendidikan di berbagai tempat.
Pembentukan unsur - unsur tersebut menandai kehadiran aspek bagi
pembentukan Angkatan Laut yang modern.
Pada 1990-an TNI AL mendapatkan tambahan kekuatan berupa kapal-kapal perang jenis korvet kelas Parchim,
kapal pendarat tank (LST) kelas 'Frosch', dan Penyapu Ranjau kelas
Kondor. Penambahan kekuatan ini dinilai masih jauh dari kebutuhan dan
tuntutan tugas, lebih-lebih pada masa krisis multidimensional ini yang
menuntut peningkatan operasi namun perolehan dukungannya sangat
terbatas. Reformasi internal di tubuh TNI membawa pengaruh besar pada
tuntutan penajaman tugas TNI AL dalam bidang pertahanan dan keamanan di
laut seperti reorganisasi dan validasi Armada yang tersusun dalam
flotila-flotila kapal perang sesuai dengan kesamaan fungsinya dan
pemekaran organisasi Korps Marinir dengan pembentukan satuan setingkat
divisi Pasukan Marinir-I di Surabaya dan setingkat Brigade berdiri sendiri di Jakarta.
Logo DENJAKA, via twitter.com |
TNI AL memiliki beberapa Satuan / Pasukan Elit, salah satunya adalah Denjaka (Detasemen Jala Mengkara) yang merupakan satuan terbaik di dunia. Satuan-satuan lain juga terbentuk seperti Kopaska, Yontaifib, dan Rupanpur. Kesemuanya memiliki fungsi masing-masing.
Selain itu TNI AL juga memiliki beberapa Komando dibawahnya, seperti Komando Armada Barat, Komando Armada Timur, Komando Lintas Laut Militer, Korps Marinir, Komando Pengembangan dan Pendidikan Angkatan Laut, Akademi Angkatan Laut, dan Sekolah Staff dan Komando Angkatan Laut.
Selamat Ulang Tahun TNI AL
Teruslah menjadi yang terbaik dalam menjaga daulat maritim Republik Indonesia
JALESVEVA JAYAMAHE!!!
Sumber :
http://www.tnial.mil.id/
http://tni.mil.id/pages-10-sejarah-tni.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Tentara_Nasional_Indonesia_Angkatan_Laut
https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_TNI-AL
http://indonesiaperkasa.blogspot.co.id/2010/06/sejarah-tni-al-dimulai-pada-tanggal-10.html
http://www.lanalbalikpapan.com/profil/sejarah-lanal-balikpapan
http://news.okezone.com/read/2015/09/09/337/1211441/alkisah-bkr-laut-yang-jadi-embrio-tni-al
http://www.forumbebas.com/thread-57059.html
No comments:
Post a Comment